🛬(3) Awal Dari Kebingungan 🛫

31 3 0
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Sepanjang perjalanan, Kanaya hanya memainkan hp-nya sambil mendengarkan musik lewat earphone yang terpasang di kedua telinganya. Sementara, Gio hanya melirik Kanaya sekilas sambil fokus menyetir. 

“Masih marah sama aku ya?” tanya Gio, Kanaya hanya diam tak menjawab karena tak mendengar. 

Tak lama mobil berhenti di depan gerbang rumah Kanaya. 

“Udah sampai,” ucap Gio, Kanaya menyadari mobil Gio berhenti lalu menatapnya sekilas. 

Kanaya sambil memasukkan hp-nya ke dalam tas yang masih terpasang earphone, ia pun membuka safety belt dan keluar mobil. Tapi, tangan Gio menahannya, membuat Kanaya menatap wajahnya. 

“Sebentar,” ujar Gio yang keluar duluan dari mobil, lalu ia membuka pintu untuk Kanaya. 

“Makasih udah nganter,” ucap Kanaya saat turun dari mobil. 

“Sayang ada yang lupa,” ucap Gio menatap Kanaya.

Kanaya mengangkat sebelah alisnya sambil menunjukkan wajah yang datar, “apa?”

Gio mendekatkan wajahnya pada wajah Kanaya dan mencium pipi kirinya, “maafin aku ya, udah bentak sayang tadi,” tuturnya. 

Kanaya terkejut dan langsung tersenyum pada Gio, “maafin aku juga yang suka maksa kamu,” ucap Kanaya dan membalas ciuman di pipi kanan Gio. Mereka pun tersenyum menatap satu sama lain. 

“Yaudah, aku—” hp Gio berdering membuat ucapan Kanaya terpotong. Gio yang melihat nama di layar hp-nya, langsung sedikit menjauh dari Kanaya untuk mengangkat teleponnya. Kanaya hanya menatap heran Gio dan menunggunya sampai selesai. 

“Siapa?” tanya Kanaya saat Gio kembali

“Mami,” ucap Gio, “aku harus jemput mami ke bandara sekarang,” Kanaya hanya mengangguk dengan ragu.

“Yaudah hati-hati ya ke bandaranya,” Gio pun langsung memasuki mobilnya. 

Kanaya melambaikan tangannya lewat kaca pintu mobil. Lalu mobil Gio pun melaju meninggalkan rumah Kanaya. Sementara Kanaya masih menatap mobil Gio yang sudah menghilang dari penglihatannya. 

“Kenapa Gio aneh banget ya hari ini?” gumam Kanaya, “yaudah deh biarin aja, mungkin mami nya udah nunggu dia.” 

Pertanyaan demi pertanyaan muncul memenuhi pikiran Kanaya. Tapi Kanaya mengindahkan semua pemikiran negatif tentang Gio, ia pun memasuki rumahnya sambil menarik napas dalam-dalam. 

Kanaya mengerutkan keningnya saat 2 orang ibu-ibu sedang duduk di teras rumahnya sambil mengobrol dengan mamanya yang diyakini teman arisan mamanya. 

“Eh, Naya, sini nak,” sahut mama Rita saat melihat Kanaya datang, 2 orang tamu itu tersenyum pada Kanaya. 

“Oh ini, jeng, anakmu yang bungsu itu?” ucap ibu yang berbaju putih dengan blazer hitam menatap Kanaya. 

“Iya, ini Kanaya,” kata mama Rita memperkenalkan anak bungsunya. 

“Cantik ya, pasti calonnya sangat beruntung pilih anakmu, jeng,” ucap ibu berbaju dress biru selutut. Mama Rita hanya tersenyum menanggapinya. 

Calon? 

“Yaudah, kami pamit dulu, jeng. Semoga lancar ya,” ucap mereka berdua berpamitan yang diangguki mama Rita, Kanaya pun mencium punggung tangan kedua tamu tersebut. 

Setelah teman mama Rita itu pulang, Kanaya ingin menanyakan langsung soal 'calon' yang dimaksud teman mamanya barusan. 

“Bersih-bersih dulu gih, abis itu makan,” perintahnya saat Kanaya yang sudah membuka mulutnya akan bertanya. 

Thank You Mas Captain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang