🛬(6) Rumah Sakit 🛫

19 3 0
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Banyak orang yang bilang kalau misalnya kita menemukan uang terus kita ambil, harus dilangkahin dulu 3 kali biar gak sial. Sama halnya yang dilakukan Mia di koridor sekolah yang kebetulan sepi. kanaya memutar bola matanya malas melihat kelakuan Mia.

"Lo kek bocah banget sih, Mia!" ucap Kanaya.

"Lumayan kan, Nay," jawab Mia yang sibuk melangkahi uang temuannya.

"Cuman 5 ribu doang elah."

"Ya ampun lo gak tau 5 ribu tuh gede buat gue," tutur Mia.

"iya deh, terserah lo." ucap Kanaya dengan malas dan berjalan duluan.

"Lo tau gak yang punya duit ini siapa?" tanya Mia membuat Kanaya menoleh.

"Ya mana gue tau lah!" jawab Kanaya mengedikkan bahunya.

"Makanya sebelum diambil sama orang lain, mending gue ambil duluan," jawab Mia mengusap-usap selembar uang.

"Kalau itu uang pemiliknya setan lo mau apa?" ucap Kanaya menunjukan ekspresi santai yang membuat Mia takut.

"Naya! Lo jangan nakut-nakutin gue!" Mia langsung mendekati Kanaya hingga mereka sejajar tanpa celah.

"Gue kan nanya, bukan nakutin."

"Ya sama aja lo nakutin gue!" balas Mia berdecak kesal, "lumayan buat beli es kelapa di depan gerbang," kata Mia memasukkan uang ke saku celananya.

"Ya udah ke gudang buruan," ucap Kanaya mengajak Mia yang tujuannya tertunda gara-gara uang 5 ribu.

Jam pelajaran kelima adalah pelajaran olahraga dan nasib apes menimpa mereka berdua membuatnya telat kumpul di lapangan. Karena Mia yang tiba-tiba kehilangan celana olahraganya, padahal minggu kemarin ia simpan di lokernya. Sedangkan Kanaya ketinggalan baju olahraga yang masih digantung di jemuran belakang rumahnya.

Maka dari itu mereka berdua kena hukuman pak Radit disuruh untuk mengambil semua peralatan olahraga di gudang belakang. Mau tidak mau mereka harus menuruti perintahnya ke tempat yang dikenal angker oleh banyak orang.

"Katanya disini tuh banyak penunggunya," kata Mia nada takut memasuki gudang yang berantakan dan gelap.

"Lo jangan nakut-nakutin gue deh!" decak kesal Kanaya yang ikut merinding.

"Gue bukan nakut-nakutin, tapi gue serius!"

"Makanya lo diem, gue kan jadi takut!" Kanaya berjalan mencari peralatan olahraga yang katanya disimpan di dekat tumpukkan kardus.

"Fix, kita sama-sama penakut," ucap Mia bangga dan mengangkat tangannya untuk bertos ria, Kanaya langsung menoleh, "gak penting!"

"Nyebelin lo!" Mia langsung mencibir. Ia pun berjalan meraba-raba tembok mencari sesuatu, "gak ada lampu apa disini? Mana gelap lagi, miskin amat punya sekolah luas tapi gudang kagak di pasang lampu gini," komentar Mia.

"Lo bisa diem gak mulutnya? Berisik tau!" sentak Kanaya risih dengan ocehan Mia.

"Iye nih, gue diem."

Mia mengeratkan pegangannya pada pundak Kanaya yang membuatnya lebih risih lagi.

"Lo apaan sih pegang-pegang pundak gue! Geli tau!" Kanaya menghentakkan bahunya dari tangan Mia yang mencengkramnya kuat.

"Gue takut, Nay!"

"Ya gak gitu juga kali! Kan yang takut gue! Kenapa jadi elo yang takut sih!" sentak Kanaya dibuat heran.

"Ya mana gue tau lah, pake nanya lagi!" balas Mia dengan nada serupa.

Mia berjalan ke dalam dan langsung berteriak sambil menunjuk sesuatu, "aaaaa, itu tangan apaan, anjiir!! Pucet banget!!"

Thank You Mas Captain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang