🌷[ 30 ] ARC 1 : TRANSMIGRASI

349 33 0
                                    

"Singkirin tangan lo."

Kedua mata Zion berkilat penuh amarah, membidik tajam manik Gisel yang berani membalas tatapannya.

Gisel menurunkan tangannya yang hendak melayangkan tamparan ke wajah Daisha. Bibirnya mencebik, ia berpaling wajah. Lagi-lagi, pahlawan kesiangan pelindung cewek burik itu datang.

"Lo nggak ada kerjaan lain, ya, selain ngusik ketenangan Icha? Ziana sama Helen udah gak temenan sama lo lagi, tapi lo masih aja nge-bully cewek gue," ujar Zion merasa geram tertahan.

Daisha di sebelahnya terlihat sendu, memandang Gisel dengan sorot terluka. "Gisel, ini kesekian kalinya, loh. Kamu masukin cecak ke makanan aku. Padahal makanan itu aku masak sendiri buat Zion."

Gisel mengeratkan kepalan tangan di sisi tubuhnya. Atmosfer di sekitarnya berat, hingga mempengaruhi orang-orang yang menyaksikan.

"Harus berapa kali gue bilang?" Intonasi Gisel terdengar rendah, tapi menahan kegeraman yang teramat.

Detik berikutnya dia mendongak, menatap Daisha dengan riak berapi.

"GUE GAK MASUKIN CECAK KE MAKANAN ELO, BITCH!!"

PLAK!

"GISEL!!" Zion memekik kencang.

Daisha ditampar. Wajahnya memerah, tertoleh ke samping.

Semakin banyak murid berkerumun, tidak ingin ketinggalan keseruan dari keributan yang terjadi. Sudah lama sekali sejak Gisel membully Daisha, jadi mereka semua merasa penasaran. Khususnya para lambe turah sekolah.

"LO BENER-BENER, YA!" Zion mencengkeram kuat bahu Gisel, kemudian mendorongnya sekuat tenaga hingga termundur.

Di hadapan Zion, beraninya Gisel menampar Daisha. Itu membuat Zion sangat murka padanya.

"Gisel!"

Tubuh Gisel ditahan, Reja datang tepat waktu. Baru saja ia menyibak kerumunan.

"Rei?" gumam Gisel lirih.

"Jangan bilang lo mau ikut campur? Berandalan ngebelain ratu bullying. Hh, nggak kaget, sih. Kalian emang best couple yang cocok," satir Ziana.

Reja mengepalkan buku-buku jemarinya kuat. Giginya mengerat menahan emosi. "Beraninya ngasarin cewek. Apa masih pantes lo disebut laki?"

Zion panas mendengarnya. Di hadapan banyak orang, ia direndahkan oleh seorang berandalan.

Awal mulanya adalah ketika Daisha menemukan cecak di dalam tupperware berisi masakan yang dia buatkan untuk Zion. Dengan tergesa, dia pun menghampiri Gisel yang sedang berada di pinggir lapangan dan menanyakan apa maksud gadis itu berbuat demikian. Padahal, akhir-akhir ini mereka sudah tak lagi terlibat pertikaian.

Gisel sama sekali tak merespon Daisha dan tak menganggap keberadaannya. Tetapi, Daisha yang kepala batu terus-menerus melancarkan pertanyaan, membuat Gisel merasa jengkel.

Ketika sebuah tamparan akan melayang di pipi Daisha, Zion datang menjadi tameng untuk gadis itu. Sehingga, berakhirlah tangan Gisel menggantung di udara, karena bukan Zion tujuan tamparannya.

"Sebelum ngatain gue, harusnya lo ngaca, sampah!" desis Zion, tak terima perkataan Reja.

Dengan adanya Reja, pertikaian semakin terasa sengit. Dua gadis, dengan masing-masing pelindung yang bersikukuh berdiri untuk membela.

Di radius beberapa meter, lima inti Trevor menyaksikan adanya kerumunan dan suara ribut-ribut. Mendengar suara yang cukup familier sayup-sayup, mereka pun memutuskan untuk ikut bergabung ke kerumunan tersebut.

ALAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang