🌷[ 13 ] ARC 1 : TRANSMIGRASI

491 42 2
                                    

Setiap kali Reja dan Nicko berjalan di koridor, siswa-siswi pasti akan saling berbisik menggosip. Apalagi soal Reja yang dihajar oleh Geno dan dua antek-anteknya sudah menjadi berita terbaru di sekolah ini.

Ketika merasakan Nicko tak lagi berada di sebelahnya, Reja menghentikan langkah dan membalikkan badan. Ternyata cowok itu sedang berhenti untuk mengangkat telepon.

"Rei, markas diserang." Usai mematikan sambungan, Nicko barulah melapor.

Reja sedikit terkejut, tapi tak tahu harus melakukan apa. Saat ini tujuannya adalah mencari keberadaan Gisel. Mana mungkin ia bolos sekolah hanya demi berkelahi dengan musuh-musuh Trevor?

"Kalo gitu, gue percayakan semuanya sama lo. Trevor di bawah kendali lo untuk sementara," titah Reja seraya melanjutkan perjalanan.

Nicko tak mengerti jalan pikiran Reinald saat ini. Biasanya cowok itu akan semangat soal tawuran atau perkelahian. Tetapi, sekarang kenapa kelihatannya sama sekali tidak tertarik?

Yah, apa boleh buat? Kalau memang Reinald ingin istirahat sejenak dari kelelahannya mengurus Trevor, Nicko tidak bisa memaksa. Jika memang Reinald membutuhkan suasana baru, Nicko akan selalu mendukung kemauan bosnya.

"Gue kumpulin anak-anak. Sori gue tinggalin lo di sekolah sendirian," kata Nicko, raut di wajahnya selalu tegas ketika keadaan serius.

Reja mengangguk satu kali. It's okay.

Setelah kepergian teman-temannya, Reja melihat Gisel dari balkon lantai dua. Cowok itu buru-buru turun untuk menyusul ke bawah. Sayangnya, ketika sampai, Gisel sudah tak ada lagi di tempat yang sama.

Reja mengedarkan pandangan, tak menemukan figur siapapun di taman belakang sekolah ini.

Tidak ada Gisel yang duduk di bawah pohon sambil mengotak-atik ponsel.

Ke mana perginya gadis itu?

"Aduh!"

Reja menggulirkan pandangannya ke sumber suara.

Sosok yang dicarinya ternyata masih ada di sekitar sini. Berpindah ke gazebo yang teduh, tapi dia terpekik ketika ranting pohon jatuh tepat ke atas kepalanya.

Baru saja akan menghampiri Gisel, tiba-tiba saja ada dua orang cowok telah lebih dulu menghampirinya, sambil lalu salah satunya melemparkan bola basket hingga mengenai bahu Gisel dengan keras.

"Gisel!" Reja memekik pelan, tapi masih tercekat di tempat.

"Lo berdua buta, ya, sampe-sampe ngira gue ring basket?" sarkas Gisel sambil menukik alisnya tajam. Padahal dia sedang asyik menyendiri dan menjauhi kerumunan, tapi kenapa ada saja yang mengganggunya?

"Nggak, itu emang sengaja gue kenain ke elo. Masa sih lo ga paham?" balas cowok dengan name tag Hiro.

"Ini tuh namanya pem-bully-an. Seperti halnya yang lo lakuin ke Daisha," timpal si cowok satunya yang bernama Arka.

Reja masih mematung di tempat, mengamati gerak-gerik mereka dari posisinya.

"Daisha? Ada hubungan apa sama cewek burik itu? Pasti korbannya juga, ya?" Gisel memutar malas bola matanya.

Namun, dua cowok itu menggeleng. Mereka hanyalah suruhan Zion untuk merundung Gisel sebagai pembalasan karena telah memfitnah masakan Daisha di kompetisi masak.

Memang benar Gisel sempat melakukan itu. Ia memberikan obat pencuci perut dan membuat seorang juri yang memakannya kesakitan hingga harus dilarikan ke UKS. Daisha tidak bisa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, jadi dia didiskualifikasi.

ALAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang