🌷[ 31 ] ARC 1 : TRANSMIGRASI

353 34 0
                                    

Kenan dan Arthur berjalan tergesa-gesa. Di koridor rumah sakit itu, mereka celingukan. Mencari sosok familier seorang gadis berkacamata. Begitu menemukannya di depan ruang UGD, mereka menghampirinya.

"Lo gapapa kan, Sha? Apanya yang sakit? Gisel ngelukain lo lagi?" tanya Kenan cemas, menangkup wajah Daisha dengan kedua tangannya.

"Nggak, kok, aku gapapa." Daisha menjawab.

Arthur di sebelahnya menyela, menatap lembut Daisha. "Syukurlah kalo lo gapapa. Sorry ga lindungin lo waktu itu. Harusnya gue ada di sana, ngasih pelajaran yang setimpal buat Gisel."

Daisha menggeleng, tidak apa.

Ziana berdeham, membuat perhatian mereka teralih. "Daisha emang gapapa. Tapi saudara gue yang kenapa-kenapa."

Dengan tampang innocent, Kenan bertanya, "Emang kenapa sama Zion?"

Tentu saja Ziana marah. Bisa-bisanya Kenan masih bertanya. "Ya lo pikir aja! Emang lo kira kita bertiga mangkir di sini buat ngapain kalo bukan nunggu Zion sadar?!"

Helen yang duduk di kursi hanya diam, ia tak berminat untuk ikut campur dalam pertengkaran.

"Nunggu Zion sadar? Emang dia kenapa? Gisel ngehajar dia juga?" ceplos Kenan. "Sebenernya kita berdua buru-buru ke sini karena ngira Daisha yang kenapa-kenapa. Ternyata bukan. Untung, deh."

Ziana tampak berapi-api. Kenan sangat menyebalkan seperti biasa. "Untung mata lo?! Sini pala lo gue gedik!"

Daisha mencegat mereka ketika akan main kucing-kucingan. "Jangan ribut di sini, nanti dimarahin dokter."

Pintu UGD terbuka, seorang dokter muncul dari baliknya. Ia menanyai siapa keluarga dari Zion, lalu menjelaskan keadaan cowok itu saat ini. Setelahnya, ia pamit kembali ke ruangannya.

Mereka bergegas masuk dan mendapati kondisi Zion yang terbaring di brankar dengan lebam di pipinya.

"Zion? Lo udah sadar?" Ziana yang khawatir mendekati kembarannya.

Zion hanya bergumam pelan.

"Sakit banget, ya?" Daisha menyentuh lengan Zion, menatapnya sendu penuh penyesalan. "Maafin aku, gara-gara aku kamu jadi dihajar sama cowok barunya Gisel."

Zion menggeleng, "Gapapa, kok."

"Dihajar cowok barunya Gisel? Siapa? Si berandalan itu?" pikir Kenan.

Helen mendekati Kenan, membisikkan sesuatu. "Dia pingsan gegara dihajar satu kali doang sama si berandal itu. Hebat kan?"

Kenan sontak menoleh, menatap tak percaya pada Helen. "Dihajar satu kali langsung pingsan? Yang bener aja!"

Arthur juga mendengar bisik-bisik di antara dua orang itu. Dalam hati ia berpikir bahwa Reinald benar-benar berbahaya. Ia harus menjauhkan Daisha dari mereka.

Di ambang pintu, Gisel datang. Kehadirannya mampu mengalihkan atensi orang-orang yang ada di dalam.

Dengan raut sedih ia melangkah masuk, tapi tak diterima baik oleh Ziana dan yang lainnya.

"Mau apa lo ke sini?! Mau nyorakin Zion?!" tuding Ziana geram.

"Mending lo pergi dari sini! Kita muak liat muka lo!" Helen menimpali.

Gisel tak merespon. Ia hanya berfokus menatap Zion yang terbaring tanpa mau menatapnya sedikitpun. Pemuda itu berpaling ke sisi lain, hanya agar tidak perlu melihat wajah Gisel.

"Zion, gue minta maaf-"

"Maaf? Penjahat kayak lo minta maaf?" selak Ziana tak membiarkan Gisel bicara. Ia tak cukup percaya pada kata yang barusan terucap dari bibir Gisel. "Sumpah, lo ga tau malu banget, ya!"

ALAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang