Setelah kehilangan pekerjaannya, Lalisa Manoban terpaksa menerima pekerjaan untuk merawat Roseanne Park, seorang wanita kaya yang lumpuh. Seiring waktu, benih-benih cinta pun mulai tumbuh di hati mereka.
"No, but ...this" Lisa mengusap bibir wanita blonde itu dengan jari yang bermain-main di sana " Ini adalah ciuman pertamaku"
"Is this your first kiss?" Matanya terbelalak.
"Yeah,so can i?"
"Of course" Rosie berucap senang dan memeluk pinggang si wanita poni dengan posesif.
Siapa juga yang tidak bahagia mendapat ciuman pertama dari seorang Lalisa Manoban? Begitu juga dengan Rosie, hatinya seakan bengkak akan kebenaran yang baru ia ketahui.
"Jangan coba beranjak dari atas pahaku dan pegangan yang erat" Rosie memperingati dan menekan tombol kursi rodanya dengan sedikit tergesa.
Lisa tersenyum manis akan sikap majikannya yang tiba-tiba berubah manis dan juga perhatian. Seperti apa rasanya jadi kekasih wanita ini?.
"Haruskah aku memeluk leher mu?" Tanya Lisa dengan manja.
"Yeap" Rosie membalas senyumannya.
"Oh my God, what are you doing?" Jennie sedikit melompat dan hampir saja menjatuhkan handphone yang berada di genggamannya.
Bukannya menjawab Rosie malah melesak masuk dengan Lisa yang memeluknya bak koala "Honey, bisakah kau keluar sebentar?"
"Kau mengusirku?" Jennie berkacak pinggang dan tatapan mata kucingnya seakan membunuh.
"Bawa ini" Rosie meletakkan sebuah black card miliknya di telapak tangan Jennie"Berbelanja lah sepuasnya"
"Kau yakin?" Jennie tersenyum penuh arti
"Yes, setahuku ada keluaran terbaru dari Chanel" Rosie berkata tapi tetap memerhatikan wajah Lisa yang berada di hadapannya.
Rosie sangat tahu sifat sahabatnya yang suka berbelanja dan menghamburkan uang demi memuaskan nafsunya dan berburu barang kesayangannya.
"Kau tidak akan mengungkit nya di kemudian hari?" Jennie memastikan
"Honey,stop basa-basi nya"Rosie jengah sekarang karena ia tahu sahabatnya hanya mengulur waktunya untuk berduaan dengan Lisa.
"Oke. Aku butuh penjelasan mu soal ini nanti" Jennie memperhatikan Lisa yang enggan beranjak dari pangkuannya, seolah hal seperti ini terbiasa terjadi.
"Jennie Kimmmmm" Rosie berdecak kesal
Jennie tertawa puas dan mendekati sahabatnya dengan mengecup pipi Rosie
"Have fun" ucapnya berbisik.
Sementara Lisa hanya menunduk dan memeluk leher Rosie dengan erat tanpa mau mengalihkan pandangannya sedikitpun untuk menatap Jennie.
Aku seperti wanita murahan! Batin Lisa.
Bagaimana bisa Rosie bersikap manis dan mengucapkan kata cinta pada orang lain sementara Lisa berada dalam dekapannya?.
"So apa yang akan kita lakukan dengan ciuman pertama mu?" Rosie mengusap sayang rambut Lisa.
"Tidak ada" Lisa berdiri.
"Sudah ku peringatkan jangan pergi" Rosie mencoba meraih tangannya lagi.
"Ini tubuhku,jadi aku berhak atas apapun" Lisa memunggunginya.
"Ada apa?" Rosie memasang wajah datarnya.
Bukankah tadi Lisa seperti tidak dapat menahan hormonnya? Tapi mengapa jutsru bersikap tidak pasti seperti ini?.
"Nothing" Lisa memutar tubuhnya dan ingin segera pergi dari hadapannya.
"Lalisa!" Rosie berteriak begitu melihat wanita poni itu mendekati gagang pintu kamarnya.
"Wae Park Chaeyoung!" Mata cantik Lisa seakan menantang.
"Kau mau kemana?" Rosie mendekatinya
"Bukan urusanmu" Lisa membuka gagang pintu.
"Jika kau melangkahkan kaki dari sini sedetikpun,aku bersumpah tidak akan pernah berbicara padamu!" Rosie berkata dengan sungguh-sungguh.
Lisa tidak mendengarkan dan tetap melangkahkan kakinya perlahan dan menutup pintu kamar.
Lisa bersandar di dinding dengan mata yang terpejam. Bagaimana bisa ia sangat mudah menyerahkan diri pada Rosie? Apa yang sebenarnya Lisa pikirkan? Ia bahkan tidak tahu apa-apa soal wanita blonde tersebut.
Lantas mengapa bersikap seperti pelacur?
Sementara di kamar, Rosie sudah menghancurkan semua yang bisa ia gapai dengan kedua tangannya.
"Brengsek!" Wanita itu terlihat marah dengan membuka lemari dan membuang asal semua pakaian bermerek nya layaknya sampah yang tidak berharga.
"Baiklah jika kau menganggap aku bersikap lunak padamu" gumamnya.
"Kau telah mengeluarkan iblis dari dalam diriku dengan perlawanan sialan mu" Rosie memandangi dirinya dari pantulan cermin.
Detik kemudian dia melemparkan handphonenya dan menghancurkan cermin itu hingga berkeping-keping "kau telah salah menilai ku, Lisa"
"Rosie"
"Get out!" Rosie enggan memutar kursi rodanya karena ia sudah sangat hapal siapa yang menyebut namanya.
Lisa berdiri di depan kamarnya karena mendengar barang pecahan dan khawatir terjadi apa-apa pada wanita blonde tersebut. Lisa menutup mulutnya seakan tidak percaya atas apa yang terjadi di sini.
Kamar ini sudah tak berbentuk lagi! Seperti kapal pecah. Pakaian yang berceceran, cermin yang hancur,bantal yang mengeluarkan isinya dan berserakan di mana-mana.
"Rosie apa yang kau lakukan?" Lisa menghampirinya dengan wajah yang pucat.
"Pergi" suara Rosie seperti iblis
Untuk pertama kalinya Lisa merasa takut untuk menghadapi majikannya. Dia kebingungan menghadapi sifat dan moodnya yang secepat kilat berubah.
"Rosie" Lisa berlutut sekarang dan mencoba menyentuh tangannya.
"Pergi" Rosie mendorong Lisa hingga tubuh wanita itu jatuh tersungkur di atas puingan kaca yang berserakan di lantai.
"Aww" Lisa meringis karena telapak tangannya berdarah akan dorongan kuat yang di lakukan wanita blonde ini.
Lisa berusaha bangun dan tetap keras kepala ingin memastikan keadaan dan keselamatan Rosie.
Rosie meraih vas bunga dan melemparkannya tepat di sisi kaki panjang Lisa.
"Pergi sialan!"
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kursi roda elektrik yang biasa di gunakan oleh Rosie,biar kalian ada bayangan sedikit.