Lisa POV.
Pagi yang cerah tapi aku merasakan dunia seakan gelap dan tak berwarna. Mengapa kisah hidup ku selalu rumit dan juga sangat menyedihkan. Pertama, kepergian kedua orangtuaku yang meninggal dunia akibat kecelakaan maut hingga mengharuskan aku hidup sebatang kara di dunia ini dan di besarkan di salah satu panti asuhan di Thailand, negara asalku.
Aku berjuang sendirian dari usia remaja, tidak punya waktu untuk bermain-main, selalu fokus belajar dan juga mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu hal yang paling ku syukuri adalah memiliki otak yang encer hingga pada akhirnya bisa melanjutkan pendidikan melalui jalur bea siswa dan akhirnya bisa sampai di Australia, negara yang ku impikan dari dulu.
Tak sampai di situ, selama mencari pekerjaan dan beberapa kali magang aku selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adil hanya karena berasal dari Asia tenggara. Orang-orang selalu memperlakukan seperti sampah yang tidak berharga.
Pepatah mengatakan orang yang ceria adalah orang yang paling menderita. Itu benar.
Aku tidak mau memperlihatkan wajah sedih pada orang lain karena tidak ada untungnya juga. Itu sebabnya aku selalu terlihat bahagia dan juga menebar senyuman pada semua orang.
Aku tidak pandai membalas perlakuan buruk seseorang selain memaafkan dan tetap melakukan hal yang baik padanya.
Dan sekarang keputusan Rosie, wanita yang sangat ku sukai membuat hidupku jauh lebih menyakitkan. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi dengan hari-hari yang akan ku jalani nantinya. Separuh hatiku telah di bawa pergi olehnya.
"Jadi bagaimana?" Jisoo bertanya sambil menyentuh pundak ku yang sedang duduk di taman apartemen.
Aku menggelengkan kepala dan menangis sejadinya. Jisoo mendekap tubuhku yang bergetar karena tangisan yang tidak mau berhenti. Dadaku sangat sesak tiap kali memikirkan wanita blonde yang keras kepala tersebut.
"Aku sudah berusaha,Jisoo. Berusaha keras tapi aku gagal" wajah ku menunduk lemas dengan airmata yang bersimbah.
"Siapa bilang kau gagal? Aku yakin tak ada orang di dunia yang bisa meyakinkan wanita itu setelah dia memutuskan sesuatu. Kau tak bisa mengubah jati diri seseorang" Jisoo berkata dengan lembut.
"Lantas apa yang ku bisa kulakukan?"
"Terima keputusannya. Tak ada yang bisa melakukannya lebih baik darimu. Hatimu yang sebesar istana itu dan aku menyayangimu karenanya" Jisoo memeluk ku lagi.
"Bukankah kau belum mendengar semua perkataannya?. Temui dia,kau masih punya waktu."
Jisoo benar. Setelah meninggalkannya di pantai beberapa bulan yang lalu aku langsung resign bahkan tidak mau menerima uang gajiku karena merasa gagal tidak dapat mengubah pikiran Rosie.
Aku menjauhi wanita itu dan menerima suratnya yang berisikan seperti wasiat dan seakan-akan ingin meninggalkanku selamanya.
Mengapa aku sangat bodoh? Menyimpulkan semuanya sendiri tanpa mendengar langsung?Bukankah Rosie bilang mendukungnya? Bisa jadi ia ingin melakukan pengobatan dan bukan bunuh diri.
Aku bahkan mengabaikan telepon Alice selama ini. Dan juga tidak berniat menghubungi Rosie biarpun hanya sekali.
Bodoh! Bodoh! Kau sangat bodoh Lisa!.
"Terima kasih, Jisoo." Aku langsung berdiri dan berlari dengan tergesa.
Aku berharap masih punya waktu dengan Rosie setelah dua bulan meratapi dan memikirkannya tanpa melakukan apapun.
Semoga saja dia belum berangkat ke Swiss.
***
"Halo" pelayan menyapa ku. " Dia ada di dalam sana"
Aku tersenyum kikuk dan memandangi rumah ini setelah beberapa bulan tidak menginjakkan kaki di sini,aku merindukan suasananya.
Aku menghela nafas sebentar dengan jantung yang berdetak tidak karuan sebelum membuka pintu kamar Rosie. Dan dengan ceroboh lenganku menyentuh barang hingga terjatuh.
"Maaf aku tak sengaja" ucapku sambil membenahi barang tersebut.
"Suara familiar Lalisa Manoban ketika memasuki ruangan" Rosie berkata sambil tersenyum pada kedua orangtuanya yang sedang menemaninya terbaring di ranjang.
"Kami akan meninggalkan kalian" nyonya Park keluar dan di ikuti oleh suaminya.
"Terima kasih telah datang" nyonya Park menyentuh pundak ku .
Aku melangkahkan kaki mendekati ranjangnya dan menampilkan senyuman manis sebisanya sambil memandangi wajah cantiknya yang terlihat sangat pucat.
"Jangan katakan,kau datang untuk menyiapkan teh terakhir untukku " dahinya berkerut.
"Bukan. Aku datang untuk menculikmu. Aku akan merebut dan membawamu ke..."
"Kemana?" Potong Rosie cepat.
"Thailand "
"Buka jendelanya, Lisa "
Aku langsung mengiyakan permintaannya dan dapat melihat udara yang cerah bersinar masuk ke dalam ruangan ini.
"Kemarilah" pintanya lagi.
Aku berdiri di sisi ranjangnya kemudian duduk.
"Lebih dekat lagi" suara Rosie terdengar lemah.
Tubuhku berbaring di sisinya dengan kepala yang bersandar di dadanya.
"Tatap aku" Rosie menunduk.
Aku menggelengkan kepala dengan tangan yang erat memeluk perutnya juga air mata yang menetes begitu saja. Mengapa jika bersangkutan dengannya aku begitu lemah?.
"Kumohon,tatap aku"
"Aku tak bisa " Jawab ku enggan melepas pelukan.
"Aku ingin melihat wajahmu" Rosie setengah berbisik. "Wajahmu yang merah muda"
"Kau adalah wanita yang keras kepala, Roseanne Park " aku mendongakkan kepala melihat wajahnya yang tersenyum.
"Dan dunia akan lebih baik tanpa diriku "
"Tidak. Tidak." Aku memeluk tubuhnya lagi dengan erat.
"Jangan bersedih,nona Lalisa Manoban "
Aku menatap wajahnya dengan lekat dan juga suara nafasnya yang terdengar indah kemudian semakin mengusap pelan bibir pink kesayangan ku.
Aku mencium bibirnya dengan gerakan lembut dan di sambut hangat olehnya.
Aku tidak akan bisa hidup tanpanya.
"Pengacara ku sudah mendatangimu?" Tanyanya.
"Kau tidak perlu repot melakukan hal itu" aku mengusap pipinya yang semakin menirus.
"Hiduplah dengan baik dan juga bahagia"
Aku memeluk tubuhnya sambil berharap bahwa pikirannya yang mengubah keputusan adalah kebahagiaan yang paling ingin ku dengar saat ini.
"Cium aku lagi" Rosie berucap sensual.
Aku mendekati wajahnya kemudian melumat habis bibirnya secara bergantian hingga terlihat sedikit bengkak.
Jantungku tetap berdetak kencang dan juga rasanya selalu manis.
"Lisa,maukah kau menungguku?"
Aku membuka mata dan juga tersenyum bahagia.
"Selama yang kau inginkan."
Lisa POV end .
***
Gara-gara Lisa nih, readers ikutan nethink 😜
Sampai kapan Lisa menunggu?
Apakah rosie bisa sembuh?
Hidup terus berlanjut bukan?
See y.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER [CHAELISA] ☑️
RomansaSetelah kehilangan pekerjaannya, Lalisa Manoban terpaksa menerima pekerjaan untuk merawat Roseanne Park, seorang wanita kaya yang lumpuh. Seiring waktu, benih-benih cinta pun mulai tumbuh di hati mereka.