11

2.5K 301 11
                                    

Lisa sesekali menggigit kukunya dengan menempelkan handphone ke telinga,ia berulang kali mencoba menghubungi Alice.

"Halo,ini Alice. Silahkan tinggalkan pesan,aku akan telepon balik". Apa Alice sibuk?

"Halo Alice,ini Lisa. Aku semakin khawatir dengan kondisi Rosie. Bisakah kau telepon kembali?". Lisa meninggalkan pesan suara.

Lisa mondar-mandir,Alice sama sekali tidak bisa di hubungi. Apa ia harus menghubungi nyonya Park?.

"Jangan telepon mommy ". Suara Rosie membuat Lisa kaget.

"Mengapa?". Lisa menoleh ke arah sumber suara.

"Semua akan membaik, Lisa". Rosie berucap dengan mata yang terpejam.

"Apa kau butuh sesuatu?". Lisa meletakkan kembali handphone nya.

"Hanya temani saja aku".

Lisa menurut dan duduk di sofa seberang tempat tidur Rosie.

"Kemarilah".

Lisa beranjak dari tempatnya kemudian duduk di sebelah wanita blonde yang terbaring lemah,bibir pucat dan wajahnya yang seperti mayat hidup.

Dibalik sifat arogan yang selama ini Rosie tunjukkan hanyalah sebagai pertahanan hidup akan penilaian dan juga tatapan orang padanya .

Wanita ini ternyata memiliki sisi yang lembut,tutur kata yang halus dan sikap yang tulus dalam memperlakukan seseorang.

Walaupun Lisa baru mengenal Rosie selama tiga minggu,tapi ia dapat merasakan wanita itu adalah orang yang baik.

Lisa tidak pernah merasa kasihan pada Rosie, melainkan semakin penasaran seperti apa sosok sebenarnya selama ini?.

"Hai". Alice menyapa Lisa yang sedang memandangi salju yang turun dari balik jendela kamar .

"Maaf,aku harus jalan kaki kesini". Suara Alice tersengal. "Cuaca sangat tidak mendukung, bagaimana keadaannya?".

"Tidak baik. Dia sering kehilangan kesadaran dan belum minum". Lisa menjelaskan dengan suara yang panik.

"Berapa lama dia seperti ini?". Alice segera menghampiri adiknya.

"Sekitar empat atau lima jam. Aku menelponmu,aku memberi obat pereda nyeri?". Lisa mengekor di belakang Alice.

"Kau memberinya obat pereda?". Tanya Alice sedikit kaget.

"Katanya dia ingin tidur". Lisa merasa bersalah sekarang.

"Semuanya ada di berkas, Lisa". Alice menyingkap selimut tebal Rosie.

"Rosie tak berkeringat seperti kita. Jika ia sedikit kepanasan saja, temperaturnya akan kacau". Alice mengangkat tubuh Rosie setengah duduk dan membuka bajunya.

"Ambilkan kipas dan handuk basah, cepat". Perintah Alice dengan terburu-buru.

"Baik". Lisa langsung berlari keluar kamar dan segera mengambilkan barang yang di butuhkan Alice.

"Hey, Rosie. Kau tak apa?. Aku disini". Alice mencoba mengobrol dengan adiknya yang sama sekali tidak mau membuka matanya.

Lisa memperhatikan tubuh Rosie yang sudah bertelanjang dada dan juga mengapa tangan wanita itu seperti tergores di urat nadinya juga mengeluarkan darah?.

"Fokus Lisa. Kau harus melihat apa yang ku lakukan". Ucap Alice.

"Maaf". Lisa berkata lirih.

"Dia akan baik saja". Alice seperti menyesal telah membentak wanita poni itu dari tadi.

Alice mengelap seluruh tubuh adiknya dengan kain basah dan juga Lisa yang menyalurkan angin dari kipas.

Setelah suhu tubuh Rosie kembali normal,Alice pamit karena masih ada pekerjaan di kantor yang tertinggal karena mendadak pergi tadi siang.

Lisa mengamati Rosie yang tidur dengan memakai selimut sebatas dada. Alice mengatakan,Rosie belum di perbolehkan memakai baju hingga esok hari.

Lengan polos wanita itu terpampang jelas dan Lisa sepertinya menikmati keindahan yang ada di depan matanya.

Lisa beranjak dari sofa untuk menutup tirai jendela kamar dan kembali duduk sambil memegang laptop si empunya yang terbaring sakit.

Lisa membuka salah satu file yang bertuliskan happy birthday my hubby. Dan ia membukanya yang merupakan potongan-potongan foto dan video masa kecil Rosie.

Lisa tertawa kecil melihat tingkah Rosie yang sangat ceria,tanpa beban dan selalu menebarkan senyuman pada semua orang yang berada di sekelilingnya.

Lisa jadi bertanya,apa ini sifat asli Rosie yang sebenarnya?.

Potongan video terakhir Lisa melihat Rosie dengan seseorang yang ia tidak kenal dan belum pernah bertemu di rumah ini.

Siapa dia?.

Mereka berpose sangat menempel, terlihat dari gaya Rosie yang memeluk wanita itu dari arah belakang.

"Aku harap kau tidak melihat videoku berciuman dengan Jennie". Rosie bersuara serak  dan melihat Lisa yang sedang asik membuka laptopnya.

"Layarnya sangat buram". Lisa menutup benda persegi tersebut.

Dan kepalanya mendongak melihat kearah Rosie yang baru bangun tidur tanpa senyuman.

Ada apa Lisa?. Kemana senyuman manis yang selalu kau tampilkan?.

"Jam berapa ini?. Dimana Alice?". Rosie bertanya masih dengan berbaring lemah.

"Jam setengah delapan malam. Alice mengunjungi kliennya". Lisa bersandar di bahu sofa.

Ini pertama kalinya Lisa bekerja sampai malam.

"Bukankah kau harus pulang?". Rosie melirik Lisa yang berada di ujung tempat tidurnya.

"Kau terjebak bersama ku". Lisa berusaha ceria walaupun sebenarnya ia penasaran hubungan antara Rosie dengan Jennie.

"Rosie,aku boleh bertanya sesuatu?". Lisa berkata ragu.

"Sudah ku duga". Rosie ingin duduk tapi terhalang karena tubuh bagian atasnya yang hanya di tutupi selimut.

"Kau mau bertanya apa?. Aku hanya punya waktu 10 menit sebelum tertidur lagi". Lanjutnya.

"Apa yang terjadi padamu?". Lisa penasaran.

"Apa mommy ku tidak memberitahu mu?. Mengingat itu adalah cerita favoritnya". Sarkas Rosie.

"Ada apa?". Lisa berdiri di sisi ranjang dan wajahnya sedikit menunduk.

"Motor". Rosie menjawab singkat.

Rosie sedikit gugup karena Lisa terlalu dekat padanya dan ia juga dapat mencium bau parfum dari wanita tersebut .

"Kau mengendarai motor?". Dahi Lisa berkerut.

"Bukan. Tapi motor menabrak ku".

"Maaf, aku mengoceh lagi. Dan kau harus beristirahat". Lisa menyesal telah bertanya dan berdiri tegak ingin segera pergi dari sisinya.

Lisa dapat melihat perubahan raut wajah Rosie atas kejadian buruk yang menimpanya dan ia tidak tega harus berlama-lama melihat wajah cantik seperti itu harus bersedih.

"Tidak. Tinggal lah". Rosie berkata tegas.

"Setelah check up,kau sering melantur nona Rosie". Lisa tertawa pelan.

Bagaimana mungkin si arogan mengatakan ia tinggal dan menginap malam ini?. Hanya berduaan?.

Rosie meraih pergelangan tangan si wanita poni susah payah dan mengaitkan jemarinya secara perlahan dengan wajah yang enggan menatap Lisa.

"Stay with me".

***

Hanya mengingatkan, cerita ini genre romance tipis sampai akhir ya😌.

See y.

HER [CHAELISA] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang