"Pergi sialan!" Sepertinya emosi Rosie sudah di ubun-ubun. Dia menatap Lisa dengan penuh kebencian dan segera memalingkan wajahnya, sebenarnya hatinya meringis melihat telapak tangan wanita tersebut mengeluarkan cairan berwarna merah.
Tapi untuk saat ini egonya lebih mendominasi.
"Rosie" Lisa berdiri sambil memegangi tangannya yang sakit "kau tidak apa-apa?"
"Keluar" suara Rosie menggema.
"Tapi aku khawatir padamu"
Lisa memang takut, wanita ini melakukan hal-hal yang tidak wajar mengingat ia memiliki temperamen yang menyeramkan.
"Keluar!!!" Rosie bahkan mengepal kedua tangannya di sisi kursi roda dengan nada yang memekakkan telinga.
"Hey, Rosie ada apa? Mengapa kau..." Alice muncul tiba-tiba.
"Lisa? Apa yang terjadi dengan tanganmu?" Alice panik dan memegangi tangannya yang berubah jadi merah.
"Alice, ini hanya masalah kecil" Lisa berusaha melepaskan tangannya karena semakin takut membuat keadaan jadi rumit.
"Tidak. Kau harus di obati" tegas Alice.
"Mengapa kau berteriak padanya?" Tanya Alice pada adiknya memasang wajah tidak peduli.
"Keluar dan bawa wanita sialan ini!"
"Wait,kau bilang apa?" Alice sangat tidak menyukai perkataan yang terlontar dari mulut saudaranya. Mereka selalu di ajarkan sopan santun oleh kedua orangtuanya.
"Hanya karena kau cacat bukan berarti mulutmu juga melakukan hal yang sama" Alice menunjuk padanya.
"Keluar! Dan tuntaskan hasrat lesbian mu padanya" Rosie berucap tenang seakan tidak peduli akan kemarahan kakaknya.
Alice memang memiliki seksualitas yang berbeda dari dulu dan keluarganya sudah mengetahuinya.
"Wanita yang kau bela ini juga murahan " Rosie mencemooh.
"Kau!" Alice melayangkan sebelah tangannya dan menampar pipi chubby adiknya.
Wajah Rosie tetap datar walaupun pipinya sudah kelihatan memerah dan menampilkan bekas lima jari di sana karena kulitnya yang pucat.
"Kau memang tidak pantas untuk siapapun" Alice membalas dan menarik tangan Lisa untuk keluar.
Lisa hanya diam dengan menahan sakit hatinya akan semua ucapan Rosie. Benarkah ia terlihat murahan? Dia ingin menangis sekarang tapi air matanya seakan tidak mau keluar,dadanya terasa sesak.
"Eonni,ada apa dengannya?" Jennie mendapati Alice yang sedang mengobati tangan Lisa di ruang tengah.
Alice hanya tersenyum tipis " temani Rosie".
Jennie langsung melangkahkan kakinya menuju kamar sahabatnya sambil menenteng empat kantong besar hasil berburunya tadi .
"Rosie,aku membelikan beberapa barang untukmu juga. Bukankah aku sahabat yang baik?" Jennie berkata riang dengan tidak memperhatikan keadaan di dalam kamar.
"Ya ampun! " Jennie meletakkan barang belanjaannya dengan asal karena terlalu shock dengan apa yang di lihatnya sekarang.
"Ada apa ini?" Jennie mengambil beberapa pakaian yang berserakan.
"Rosie?" Jennie memegang pundak sahabatnya dari belakang "mengapa kau diam saja?"
Jennie penasaran dan akhirnya berdiri dihadapan si wanita blonde.
"Pipimu?" Jennie ingin berlutut.
"Tidak" Rosie akhirnya bersuara" ada banyak pecahan kaca di situ"
Rosie menjauh dengan mendorong pelan kursi rodanya dan meraih sebelah tubuh Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER [CHAELISA] ☑️
عاطفيةSetelah kehilangan pekerjaannya, Lalisa Manoban terpaksa menerima pekerjaan untuk merawat Roseanne Park, seorang wanita kaya yang lumpuh. Seiring waktu, benih-benih cinta pun mulai tumbuh di hati mereka.