Rosie POV.
Dasar!. Lisa mengatakan kalau Jisoo hanya sahabatnya, buktinya setelah ia pulang lebih awal kemarin mengirim pesan singkat pun tidak.
Oh,aku lupa kami belum bertukar nomor telepon.
Dan hari ini dia juga telat, untuk pertama kalinya. Mungkin dia bersenang-senang bersama Jisoo?
Hingga melupakan tanggungjawabnya sebagai pekerja disini atau Jisoo menyuruhnya berhenti bekerja?.
Aku benci pikiran buruk ku!.
"Pagi". Sudah tentu adalah suaranya, Lisa.
Orang yang ku tunggu dari tadi. Aku sengaja menunduk supaya dia bersuara lagi.
Entah mengapa,aku seperti kecanduan akan suaranya."Hey Rosie". Dia melambaikan tangannya.
"Cantik ". Aku spontan dan mulutku sedikit menganga melihatnya.
Lisa berani menunjukkan dahinya dengan menyapu poni ikoniknya yang tampak elegan mengirimkan gelombang kekaguman dariku.
Dia tampak mempesona dan juga jauh lebih cantik dengan penampilan seperti ini.
"Are you okay?". Lisa terlihat khawatir.
Apa wajahku memucat?. Yang benar saja!.
"Umm". Aku bergumam.
Dan juga mati-matian menahan perasaan gembira di dalam hatiku untuk bersikap biasa saja.
Pernahkah kau melakukan hal semacam itu?. Berusaha tenang di depan bahaya yang akan menghancurkan hidupmu?.
"Tumben telat". Aku mengedarkan pandangan ke arah lain walaupun sebenarnya hatiku tidak ingin.
Aku benar-benar ingin menatap wajahnya dalam waktu yang lama!.
Tapi pikiran ku mengatakan yang sebaliknya,aku harus jaga image di depan Lisa.
"Aku minta maaf. Jisoo tadi menyuruhku untuk sarapan dulu". Lisa tersenyum.
Ya ampun. Senyumannya yang lebar mampu mengalihkan duniaku.
Ada apa dengan ku?. Bukankah sejak pertama kali dia datang memang selalu senyum seperti ini?.
Lantas, mengapa berbeda sekarang?.
"Btw,kau cantik sekaligus mempesona dengan penampilan barumu". Aku langsung memutar kursi roda.
Aku sungguh takut,Lisa beranggapan yang tidak-tidak atau mengira sedang menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER [CHAELISA] ☑️
RomanceSetelah kehilangan pekerjaannya, Lalisa Manoban terpaksa menerima pekerjaan untuk merawat Roseanne Park, seorang wanita kaya yang lumpuh. Seiring waktu, benih-benih cinta pun mulai tumbuh di hati mereka.