21

2.1K 226 35
                                    

Empat bulan berlalu...

Setelah melakukan perjalanan seharian terakhir kali,Rosie semakin gencar dalam melakukan pengobatan juga beberapa kali terapi tapi hasilnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan kakinya bisa di gerakkan bahkan kata sembuh sangat jauh untuk di harapkan.

Mungkin di depan semua orang Rosie bisa tersenyum sedikit dan tidak menunjukkan kesedihan dan keputusasaan tapi sering kali saat sendiri ia menangis meratapi kedua kakinya yang tak berguna.

Demi apapun Rosie sangat ingin sembuh. Segala jenis obat terus masuk ke dalam tubuhnya hingga ia merasakan muak dan jenuh tapi hasilnya tetap sama.

"Kaki sialan" Rosie meneteskan air bening dari kedua matanya sambil menepuk kedua lututnya dan langsung buru-buru menghapus wajahnya karena takut Lisa mengetahuinya.

Dia tidak mau wanita poni ikut bersedih akan dirinya. Dan juga Rosie tidak mau mematahkan semangat Lisa dalam hal proses kesembuhannya.

Selama dua bulan terakhir ini, mereka banyak melakukan kegiatan di luar rumah walaupun kadang Rosie menentangnya tapi bukan Lisa namanya jika tidak dapat meruntuhkan keras kepalanya.

Rosie dan Lisa menonton konser klasik,balap kuda dan juga mengunjungi bangunan tua Australia, tempat favorit si wanita blonde.

"Jadi, Jisoo ingin bertemu denganmu" Lisa duduk berlutut di bawah sambil meletakkan dua  gelas minuman.

Lisa dan Rosie sedang melakukan piknik dadakan di sore hari ini dan tentu saja di taman rumah milik si wanita blonde.

Rosie menatap wajah Lisa yang sangat lucu seperti sedang memohon "Jisoo? Sahabat mu?"

"Dia ingin tau siapa wanita yang ku jaga" Lisa menghapus sudut bibir Rosie karena ada bekas air minum di sana.

"Aku gugup saat kau memintaku menemuinya. Apa hanya Jisoo orang yang kau kenal? Dan mengapa tidak langsung pada kedua orang tuamu?" Goda Rosie.

"Aku anak yatim-piatu" Lisa menunduk sedih.

"Aku minta maaf. Kemarilah" Rosie memintanya berdiri dan duduk di pangkuannya.

Jika Lisa anak yatim-piatu, lantas bagaimana caranya wanita ini hidup dan bertahan di negara asing? Siapa yang membantunya selama di sini?.

"Aku turut berdukacita cita atas kedua orangtuamu" Rosie memeluk tubuh Lisa dengan lembut.

"Itu sudah lama berlalu dan aku terbiasa hidup sendiri serta Jisoo yang menemaniku selama beberapa tahun belakangan ini" Lisa sepertinya enggan bercerita tentang masa lalunya dan Rosie tidak akan memaksa.

"Jisoo sudah seperti keluarga ku,dan hanya dia yang ku miliki disini" Lisa tersenyum.

"Oh, jadi kehadiran ku tidak di anggap sekarang?" Rosie memutar matanya dengan malas.

"Bukan seperti itu" Lisa tertawa melihat tingkah Rosie yang sedang cemburu " kehadiranmu sangat penting di hidupku sekarang dan selamanya"

Wajah Rosie memerah dan juga hatinya senang mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Lisa.

"Jisoo ingin aku mengundang mu ke makan malam ulang tahun ku"

"Kau berulang tahun?" Rosie sedikit kaget.

"Yeah"

"Dan kau tidak memberitahuku, menyebalkan" Rosie memalingkan wajahnya ke samping.

"Aku sudah memberi tahu mu " Lisa terkekeh.

"Tetap saja Jisoo yang tau pertama dan juga orang yang sibuk menyiapkan pesta hari lahir mu" Rosie kesal sekarang.

"Seseorang sedang cemburu?" Lisa menggelitik pinggang Rosie.

HER [CHAELISA] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang