Bab 7

11.1K 516 25
                                    


Prok!

Prok!

Prok!

"Prilly?" Arlan dan temannya sama-sama terkejut saat melihat Prilly keluar dari balik gorden sambil bertepuk tangan.

Teman Arlan menoleh menatap seolah bertanya apakah wanita cantik ini adalah Prilly kekasih? Ketika Arlan menganggukkan kepalanya seketika temannya berdecak.

"Sialan! Cantik sekali."

Arlan menoleh menatap tak suka temannya karena memuji kekasihnya secara terang-terangan, Prilly justru tertawa ia tidak akan mempertaruhkan harga dirinya dengan menangis didepan laki-laki bajingan ini.

"Benarkah? Selain cantik saya juga masih perawan tentunya." Prilly sengaja menekankan kata perawan pada teman Arlan yang membuat pria itu sontak salah tingkah.

"Kenapa kamu disini?" Arlan bertanya hingga membuat Prilly menoleh menatap kearahnya. Tatapan Prilly terlihat berbeda dari biasanya dan jujur saja Arlan tidak suka.

"Eum rencananya saya mau kasih kejutan untuk Anda tapi sayangnya justru saya yang mendapat kejutan." Prilly kembali tertawa dan demi apapun teman Arlan kembali dibuat terpukau dengan wajah cantik Prilly.

Arlan tampak mengepalkan kedua tangannya. "Aku nggak suka kamu berbicara seperti itu! Tidak sopan!" Marah Arlan yang membuat Prilly menutup mulutnya lalu berpura-pura terkejut. "Justru itu sudah sangat sopan Pak Arlan yang terhormat." Ekspresi wajah Prilly sontak berubah dengan anggun ia melangkah mendekati Arlan. "Seharusnya detik ini ludah saya menempel diwajah Pak Arlan sebagai bentuk penghormatan saya kepada calon profesor seperti Anda." Kecam Prilly tanpa rasa takut sama sekali.

Teman Arlan yang melihat perdebatan sengit itu sontak mengundurkan diri meninggalkan Prilly yang sedang membalas tatapan tajam Arlan dengan tak kalah tajam.

"Kamu salah paham Prilly."

"Sudah lama saya salah paham Pak." Sahut Prilly cepat. "Seharusnya sejak bertahun-tahun yang lalu saya sadar jika pria mata keranjang seperti Anda sama sekali tidak pantas menerima ketulusan hati saya!" Tekan Prilly dengan mata semakin menyipit tajam.

Arlan terdiam selama mengenal Prilly baru pertama kalinya ia melihat sosok tak bersahabat ini. Prilly seperti dirasuki oleh makhluk lain sehingga bisa berkata setajam ini padanya.

"Dan selamat untuk malam panas Anda bersama mahasiswi Anda nanti." Prilly tersenyum lebar seolah-olah apa yang baru saja ia katakan bukanlah sesuatu yang besar. "Saya harap dia mampu memuaskan nafsu binatang Anda!" Tutup Prilly sebelum beranjak dari hadapan Arlan.

Setelah bertahun-tahun memperjuangkan cintanya ternyata beginilah akhir dari semuanya. Begitu pedih dan tragis.

Prilly terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan Arlan yang memintanya untuk berhenti. Sebelum benar-benar meninggalkan apartemen Arlan, Prilly meraih box makanannya lalu kembali melanjutkan langkahnya. Ia benar-benar muak dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Arlan bahkan ia tidak sudi memberikan hasil masakannya untuk disantap oleh pria bajingan itu.

"Kita putus!" Ujar Prilly sebelum menutup pintu apartemen Arlan meninggalkan Arlan yang terpaku menatap kepergian Prilly.

Ini pertama kalinya Prilly menggumamkan kata putus dengannya bahkan dulu sejahat apapun tindakannya gadis itu akan datang memohon-mohon padanya untuk tidak mengakhiri hubungan mereka tapi malam ini dengan santainya Prilly mengucapkan kata putus dan jujur saja hati Arlan terasa sakit ketika mendengar keputusan kekasihnya itu.

Kedua tangan Arlan mengepalkan kuat tanpa ia sadari kedua matanya berkaca-kaca sebelum akhirnya teriakan Arlan terdengar memenuhi seluruh ruangan di apartemennya.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang