Bab 10

11.7K 502 30
                                    


"Pacar lo beneran marah sama lo Ar?" Tanya teman Arlan yang semalam sempat menyaksikan pertengkaran Arlan dengan kekasihnya.

Arlan yang baru selesai mengajar menoleh menatap temannya. "Marah tapi nanti juga dia bakalan menyesal dan balik minta maaf sama gue." Jawab Arlan percaya diri.

Arlan berusaha untuk terlihat tenang, ia terus berpikir tentang kebaikan serta kebodohan Prilly selama ini. Gadis itu tidak akan pernah bisa kehilangan dirinya sehingga apapun yang terjadi Arlan tetap yakin jika Prilly akan kembali dan memohon pada dirinya.

Teman Arlan itu tampak menganggukkan kepalanya. "Syukurlah kalau begitu. Gue nggak kebayang kalau lo sampai kehilangan cewek lo itu Ar! Nyesel seumur hidup lo." Kata teman Arlan yang kembali membayangkan betapa cantik dan seksinya pacar temannya ini.

Arlan terdiam sesaat. Kata putus yang keluar dari mulut Prilly tadi malam kembali terngiang di kepalanya, Prilly benar-benar mengakhiri hubungan mereka tadi malam dan Arlan bisa melihat keseriusan di wajah Prilly.

Arlan segera mengenyahkan pemikiran itu, ia kembali memegang keyakinannya jika Prilly akan kembali dan memohon padanya.

"Oh ya Anara semalam benar ke tempat lo?" Arlan menganggukkan kepalanya. "Gue nggak mungkin nyia-nyiain kesempatan emas itu." Jawab Arlan dengan wajah sombongnya.

Teman Arlan yang berprofesi dosen sama seperti Arlan tampak iri dengan kehidupan Arlan yang menurutnya benar-benar beruntung tanpa ia tahu jika tadi malam Arlan sama sekali tidak bisa menikmati tubuh molek mahasiswinya karena sepanjang malam Arlan terus dibayangi wajah datar dengan tatapan kebencian yang sempat Prilly layangkan padanya.

"Gue juga berniat untuk meniduri Anara." Bisik teman Arlan pada Arlan.

"Cobalah dan lo bakalan tahu bagaimana enaknya jepitan mahasiswi kita itu." Balas Arlan lalu keduanya tertawa bersama.

***

Ditempat lain tepatnya di sebuah hotel terlihat seorang pria yang datang bersama dengan anak buahnya melangkah memasuki lift yang akan membawanya ke kamar hotel dimana ia menghabiskan malam panas dengan seorang wanita bernama Prilly.

Gabriel yang turut hadir disana tampak sibuk dengan ipad ditangannya, ia mendapat perintah langsung dari Bosnya untuk mencari asal usul dan segala hal yang berkaitan dengan wanita yang bernama Prilly. Gabriel tidak menyangka jika Bosnya bisa seobsesi ini pada wanita yang ia tiduri.

Pintu lift terbuka ketika mereka tiba dilantai teratas dimana kamar yang Ali gunakan bersama Prilly berada. "Kalian tunggu dibawah!" Perintah Ali begitu ia keluar dari lift. Seluruh anak buahnya termasuk Gabriel serempak menundukkan kepala mereka sebelum pintu lift tertutup kembali.

Ali berjalan dengan penuh perhitungan menuju pintu kamar lalu tanpa basa-basi pria itu membuka pintu kamar dan matanya sontak menyipit saat melihat ranjang yang kosong dengan selimut dan sprei yang masih sangat berantakan karena pertempuran mereka tadi malam.

Ali memasuki kamar dengan langkah yang begitu tegap. Sebagai seorang mafia ia jelas harus mengantisipasi keadaan ini, sekarang ia baru menyadari jika semalam ia terlalu terlena dengan belaian wanita itu, bahkan ia sampai lengah dan melupakan fakta jika bisa saja wanita yang ia tiduri itu adalah mata-mata atau mungkin pembunuh bayaran yang dikirimkan oleh musuh-musuhnya.

Tingkat kewaspadaan Ali semakin meningkat ketika ia berjalan menuju ke kamar mandi dengan sigap ia membuka pintu kamar mandi bahkan sampai memasang kuda-kuda sebagai antisipasi kalau-kalau wanita itu menodong senjata kearahnya.

Dan semua kewaspadaan Ali lenyap saat melihat wanita yang sempat ia curigai justru sedang terlelap di dalam bathub. Ali refleks memijit pangkal hidungnya saat melihat bagaimana cerobohnya wanita itu. Lihat saja nyaris busa didalam bathub nyaris menyentuh mulutnya namun wanita itu masih terlelap dengan begitu nyaman.

"Benar-benar perempuan berotak udang!" Umpat Ali sebelum beranjak mendekati bathub dimana Prilly masih terlelap.

***

"Lepasin! Lepasin nggak?"

"Enggak!"

"Lepasin gue brengsek!"

"Maki sesekali lagi dan kau bakalan jadi korban mutilasi malam nanti!" Ancam Ali tak main-main yang seketika membuat Prilly refleks menutup mulutnya.

Prilly sedang berjalan tepatnya sedang diseret oleh Ali menuju mobil pria itu. Setelah memarahi dirinya di dalam kamar hotel sekarang pria itu kembali memaksa dirinya untuk mengikuti laki-laki asing ini.

"Mau kemana sih hah? Gue mau pulang sialan!" Kembali Prilly memaki Ali hingga mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di lobi hotel.

Keberadaan Ali yang selalu diikuti oleh anak buahnya sudah cukup menarik perhatian dan sekarang pria itu sedang menyeret seorang perempuan yang terlihat seperti remaja SMP semakin membuat Ali dan anak buahnya menjadi pusat perhatian.

Ali menggeram marah tanpa ia perdulikan pandangan orang-orang disekitarnya ia segera meraih tubuh kecil Prilly lalu ia pikul seperti memikul karung beras. Prilly nyaris memuntahkan isi perutnya karena gerakan Ali yang begitu cepat dan tiba-tiba membuat kepalanya pusing bukan main.

"Hei!" Prilly memukul punggung lebar Ali dengan begitu keras bertujuan menyakiti pria itu namun sayangnya justru ia yang harus mengiris karena tangan kecilnya yang sakit bukan Ali.

Pria itu dengan begitu tenang melangkah menuju parkiran dimana mobilnya berada. Prilly kembali berulah dengan memukuli punggung Ali sampai akhirnya wanita itu terdiam saat Ali memukul serta meremas bokongnya dengan begitu kuat.

"Brengsek! Itu pelecahan bodoh!" Maki Prilly begitu nyaring yang membuat anak buah Ali termasuk Gabriel yang berjalan dibelakang Bosnya tampak menelan ludah.

Untuk pertama kalinya mereka mendengar seseorang memaki Bos mereka dengan begitu berani. Ali bukanlah pribadi yang baik ia bahkan tega memotong jari-jari anak buahnya jika mereka melakukan kesalahan bahkan ada diantara mereka yang harus kehilangan lidahnya karena berdecak tanpa sengaja dihadapan Bos mereka ini.

Dan sekarang wanita kecil ini dengan begitu berani mengatai Bos mereka bodoh. Tidak bisa dibayangkan hukuman seperti apa yang akan wanita ini dapatkan nantinya.

Brak!

"Auh!" Prilly meringis saat sikunya berbenturan dengan pintu mobil ketika Ali dengan begitu kejam melemparkan dirinya ke dalam mobil pria itu.

"Bajingan!" Maki Prilly begitu Ali memasuki mobil dan duduk disebelahnya. Dengan berani Prilly menendang paha kokoh Ali dengan kaki kecilnya hingga membuat Ali menoleh menatap Prilly dan kaki kecil perempuan itu dengan penuh intimidasi.

"Jangan sampai kaki kecilmu berakhir menjadi santapan Santa-ku." Kata Ali sambil menyebut nama harimau kesayangannya.

"Lo pikir gue takut!" Tantang Prilly dengan wajah songongnya. "Lo bawa Santa lo kemari biar gue congkel tuh gigi si Santa!" Lanjut Prilly yang mengira Santa adalah sosok manusia seperti Ali.

Seringaian kecil Ali terlihat. "Kita akan menemui Santa! Gabriel kita ke mansion." Perintah Ali pada Gabriel yang sudah siap dibalik kemudinya.

"Baik Bos."

Prilly tidak lagi mengeluarkan suara, ia juga mulai penasaran dengan sosok Santa yang sepertinya sangat berarti untuk pria disampingnya ini. Prilly menyeringai licik, lihat saja ia akan membuat si Santa ompong karena Ali sudah berani mempermalukan dan melecehkan dirinya hari ini.

Ah, Prilly benar-benar sudah tidak sabar untuk mencubit gigi-giginya si Santa itu.

*****

Aku buka cloter 1 PO dengan harga 40k. Slot hanya untuk 4 orang. Nanti dibab akhir bakalan ada lagi PO dengan harga 55k.

Yang mau PO boleh ya yang penting sabar dan tidak ada pemaksaan sama sekali. Silahkan list nama kalian ke wa  +62 821-6196-6480

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang