Bab 22

8.3K 441 47
                                    


"Kalian dari mana saja hah?!" Marah Prilly ketika dua anak buah Ali kembali menghampiri dirinya.

"Maaf Nyonya kami lupa kalau Nyonya masih disini." Keduanya tampak takut menatap Prilly terlebih saat ini Prilly masih menatap tajam kearah mereka.

Ingin sekali Prilly mengunyah kedua pemuda ini namun ia harus sadar jika yang terjadi tadi bukanlah salah mereka. "Ya sudah tolong minta mereka bungkus kan dua cup es krim untukku!" Perintahnya yang segera dilaksanakan oleh salah satu dari anak buah Ali.

Prilly kembali termenung mengingat kejadian beberapa saat lalu. "Oh ya, kamu kenal pria yang bernama Jack?" Tanya Prilly pada anak buah Ali yang berdiri di hadapannya.

"Apa pria itu menyakiti Anda Nyonya?" Anak buah Ali itu tampak panik sehingga membuat Prilly semakin penasaran dengan sosok pria bernama Jack.

Prilly yakin pasti ada sesuatu antara Ali dengan pria itu. Kenapa makin kesini ia semakin merasa penasaran dengan kehidupan Ali? Niatnya hanya ingin memoroti Ali kenapa sekarang ia justru ingin mengetahui masa lalu pria itu? Ada apa dengan dirinya?

Prilly baru akan membuka mulutnya kembali namun Ali sudah terlebih dahulu datang menghampiri dirinya. Prilly jelas terkejut dengan kedatangan pria itu yang tiba-tiba dan Prilly semakin kebingungan saat melihat Ali seperti orang kebingungan juga ketakutan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Ali dengan nafas terengah-engah, masih dengan wajah bingungnya Prilly menganggukkan kepalanya. "Baik. Kenapa kesini?" Tanya Prilly pada Ali.

Anak buah Ali sudah menyingkir dari sana sehingga kini hanya ada Ali dan Prilly di meja itu. Ali menarik kursi di samping Prilly matanya tertuju pada mangkuk es krim yang sudah mencair. "Milik siapa itu?" Tanya Ali memastikan.

Prilly menatap sekilas mangkuk es krim yang tidak sentuh sama sekali oleh pria tadi lalu tatapan kembali pada Ali yang terlihat menatap kosong kearah mangkuk itu. "Milik pria bernama Jack." Jawab Prilly tanpa mengalihkan tatapannya dari Ali.

Wajah Ali tampak datar, ekspresi pria itu benar-benar tak terbaca. "Apa yang kau bicarakan dengannya?" Tanya Ali lagi masih dengan ekspresi begitu datar.

Ali menoleh ketika Prilly tak kunjung memberinya jawaban hingga mata keduanya bertemu, mereka larut dalam aksi tatap-tatapan seolah-olah mereka sama-sama sedang menyelami kejujuran di diri mereka masing-masing.

"Apa kau seorang mafia?" Tanya Prilly dengan suara cukup pelan. Prilly tidak bisa membaca wajah datar Ali, pria itu tampak tenang namun aura yang menguar ditubuhnya mulai membuat Prilly tidak nyaman.

"Bukan urusanmu!" Jawab Ali yang membuat Prilly menganggukkan kepalanya. "Benar bukan urusanku karena satu-satunya yang akan menjadi urusanku hanya uangmu!" Balas Prilly tanpa malu. Ia tidak keberatan di cap matre oleh Ali karena inilah konsekuensi yang harus pria itu terima karena berani memaksa dirinya untuk masuk ke dalam kehidupan pria itu.

Ali terdiam pria itu tidak lagi mengomentari apapun sampai akhirnya anak buah Ali kembali dengan menenteng es krim pesanan Prilly.

Prilly beranjak dari kursinya mengabaikan Ali yang masih terpaku sampai akhirnya langkah Prilly terhenti karena tangan Ali tiba-tiba menahannya. Pria itu menggenggam erat tangannya hingga membuat Prilly menoleh. Kembali mereka bertatapan kali ini cukup lama sampai Ali membuka suara. "Apapun bisa kau miliki tapi jangan berpikir untuk pergi dari hidupku!"

Dan Prilly kembali mengalami debaran pada jantungnya kali ini debaran yang Prilly rasakan benar-benar kuat bahkan nyaris melubangi rongga dadanya. Ada apa dengan dirinya?

***

Ali dan Prilly turun dari mobil bersamaan dengan Alphard yang dikemudikan oleh anak buah Ali memasuki pekarangan rumah pria itu. Prilly kembali bersama dengan Ali menggunakan mobil pria itu tepatnya Ali memaksa Prilly ikut dengannya.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang