Bab 14

9.6K 486 27
                                    


"Mau ngapain?"

"Berenang!"

"Kenapa di kasur?"

"Putar otakmu untuk mengetahui jawabannya." Sewot Ali sebelum menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Seharian ini kenapa Prilly selalu saja membuatnya jengkel sih?

Sudah tahu Ali memakai piyama dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur kenapa harus ditanya lagi? Sepertinya kadar kebodohan wanita itu meningkat drastis dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam.

Prilly yang mendengar jawaban Ali sontak mencibir. Ia hanya ingin berbasa-basi dengan pria ini tapi kenapa Ali terlihat begitu sewot padanya. Aneh.

"Eh?"

"Ali. Namaku Ali bukan Eh."

"Yaya Ali. Mau tanya dong kira-kira sampai kapan kau akan mengurungku disini?" Prilly mencolek punggung lebar Ali saat pria itu tidak memberikan respon apapun atas pertanyaan Prilly.

Ali memejamkan matanya namun ia tidak benar-benar tidur. Ali hanya pusing mendengar pertanyaan-pertanyaan Prilly yang tidak ada habisnya itu.

"Sebenarnya nggak apa-apa juga sih kalau gue tinggal disini lagian gue dirumah juga sendiri." Prilly berbicara sendiri karena mengira Ali sudah tidur. "Tapi kalau tinggal disini tanpa bekerja lama-lama gue bosen juga. Kayaknya emang cocok kalau gue jadi pembantu disini." Ali nyaris tersedak ludahnya sendiri saat mendengar omongan Prilly yang benar-benar tidak masuk akal itu.

"Dan kau pikir aku bersedia meniduri seorang pembantu?" Suara berat Ali tiba-tiba terdengar hingga membuat Prilly tersentak kaget. "Astaga! Kau mengagetkan ku sialan!" Maki Prilly yang membuat Ali bergerak cepat melumat bibir wanita itu.

Prilly terlihat memukul dada Ali dengan sekuat tenaga namun sayangnya pukulannya sama sekali tidak membuat Ali kesakitan justru tangannya yang berubah merah dan sakit.

Beberapa menit kemudian Ali melepaskan bibir Prilly yang terlihat bengkak dan merah akibat cumbuannya. "Sekali lagi kau memaki tidak hanya bibir ini yang akan aku lumat." Ali memberikan kerlingan nakalnya yang sontak membuat Prilly merona. Ia sudah paham bibir mana yang dimaksud oleh pria ini.

Berdehem pelan Prilly mendorong wajah Ali menjauh supaya pria ini tidak tahu jika dirinya sedang merona. Sialan! Hanya dengan bualan murahan pria ini ia bisa merasa seluruh wajahnya memanas.

"Aku akan terus mengumpat sampai kau benar-benar mengantarkan aku pulang!"

"Maka mengumpat lah sampai mati." Suruh Ali dengan santainya.

Prilly nyaris menendang pria ini namun ia masih sadar jika Santa pasti sedang menunggu dirinya. Berdehem kembali Prilly berusaha menormalkan ekspresi wajahnya, ia harus menghadapi pria ini dengan penuh kelembutan supaya Ali luluh dan membiarkannya pulang.

"Tidur! Kita bicarakan ini besok pagi." Titah Ali bahkan sebelum Prilly mempraktekan kelembutannya pada pria ini.

Prilly hanya bisa menghela nafasnya saat melihat Ali sudah kembali berbaring dengan mata tertutup. Tidak punya pilihan lain, akhirnya Prilly ikut berbaring dengan wajah menghadap kearah Ali. Tak berapa lama dengkuran halus Prilly terdengar hingga membuat Ali membuka matanya secara perlahan.

Ali terlihat begitu intens menatap wajah polos Prilly ketika terlelap dan lagi-lagi pria itu menarik sudut bibirnya tanpa sadar. Setelah puas menatap Prilly akhirnya Ali turut memejamkan matanya menyusul Prilly ke alam mimpi mereka.

***

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi Gab?" Ali bertanya pada anak buahnya. Gabriel baru saja mengabari dirinya jika salah satu club miliknya digeledah oleh polisi.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang