"Kau pikir bisa kabur setelah menganggu kesayanganku?"
Dua orang penyerang Prilly tadi terkejut bukan main saat melihat sosok tinggi dan besar sedang bersandar pada tembok belakang bar sambil menghisap rokoknya. Dua manusia hina ini terlalu menganggap dirinya lemah dan sekarang Ali akan memperlihatkan seberapa 'lemahnya' dia.
Prilly yang tak sadarkan diri mereka letakkan di tanah sebelum mereka menyerang Ali. Malam ini jika mereka berhasil membunuh pria ini mungkin bukan hanya uang yang akan mereka dapatkan tapi juga beberapa properti lainnya.
Mereka benar-benar akan menjadi orang kaya raya hanya dengan melenyapkan dua nyawa manusia tidak berguna ini.
Ali terlihat santai bahkan ia sama sekali tidak mengeluarkan tangan kanannya yang berada di saku celananya. Ali hanya menghindari setiap pukulan yang mereka layangkan sampai akhirnya Ali merasa jengah dengan gerakan cepat Ali meraih kedua tangan penyerang itu lalu mematahkannya dengan begitu mudah.
Keduanya tampak berteriak nyaring saat merasakan sakit yang luar biasa. Ali membuang puntung rokok miliknya lalu berjalan menuju dua orang itu, dengan kaki panjangnya Ali menendang mulut salah satu dari mereka hingga sederet gigi pria itu terjatuh ke tanah.
Raungan kesakitan pria itu kembali terdengar dengan mulut yang sudah dipenuhi darah. Melihat temannya yang sudah tidak berdaya pria itu yang memegang tangan kanannya yang patah berniat melarikan diri namun baru beberapa langkah ia bergerak muncung pistol sudah tertempel ditekuk nya.
"Lari dan kepalamu akan meledak detik ini juga." Bisik Ali bak nyanyian iblis yang membuat sekujur tubuh pria itu bergetar.
"Am--pun."
Ali menyeringai matanya melirik kearah Prilly yang masih terbaring tak sadarkan diri. Amarah Ali kembali membumbung tinggi tanpa aba-aba ia menekan pelatuk pistolnya di detik itu pula kepala pria itu meledak hingga darahnya berjipratan sampai menodai wajah tampan Ali.
Tak berapa lama anak buah Ali datang. "Bereskan mereka!" Perintah Ali pada anak buahnya.
Anak buah Ali segera bergerak melaksanakan perintah Tuannya, salah seorang dari penyusup itu masih hidup namun sudah tak sadarkan diri. Ali meminta penyusup yang hidup itu untuk diserahkan pada Gabriel.
Ali tidak lagi memperdulikan apa yang dilakukan oleh anak buahnya. Ia segera mendekati Prilly lalu membopong tubuh mungil itu. Ali dapat melihat ruam-ruam merah yang menjalar di lengan telanjang Prilly.
Seketika Ali merasa bersalah karena ia lalai menjaga Prilly sampai akhirnya wanita ini harus mengalami hal mengerikan seperti ini. Jika tidak sigap memeriksa cctv mungkin ia tidak akan menemukan Prilly.
Untung saja wanita ini cukup tangguh melawan dua orang penyerangnya hingga memunculkan alarm peringatan pada ruang keamanan. Ali akui ia cukup menyesal karena tidak meningkatkan keamanan pada bar miliknya dan mulai malam ini semua bar dibawah kekuasaannya harus segera meningkatkan keamanan mereka supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi.
"Sekarang kau aman bersamaku otak udang." Bisik Ali lalu mengecup hangat kening Prilly yang bersandar di dadanya.
*****
Prilly tidak dapat menahan rasa panas pada tubuhnya. Efek bius itu sudah hilang dan sekarang tubuhnya kembali merespon obat perangsang yang sempat ia teguk tadi.
Saat ini Prilly sudah berada di dalam kamarnya di rumah Ali. Pakaiannya juga sudah diganti dengan gaun tidur berbahan sutra, entah siapa yang mengganti bajunya namun yang pasti saat ini Prilly benar-benar butuh pertolongan.
Prilly beranjak dari ranjang sambil mengusap lengan juga anggota tubuhnya yang lain. Suara desahan serta desisannya terdengar begitu menggoda, Prilly nyaris menangis saat dirinya tidak kunjung menemukan titik kenikmatan pada tubuhnya.
Tubuh lemah Prilly tersungkur ke lantai yang berlapis ambal tebal. Disana Prilly mendesah dan melenguh sambil terus memanggil nama Ali. Wanita itu tampak memohon dengan air mata yang mulai mengucur deras. Rasanya sungguh sangat menyiksa.
Prilly tidak tahu berapa lama ia menangis sesenggukan di lantai kamar sampai akhirnya ia merasa tubuhnya melayang, Prilly memaksa kedua matanya untuk terbuka dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Ali.
"Kenapa?" Tanya pria itu begitu lembut. Kini tubuhnya sudah dibaringkan Ali ke atas ranjang.
Prilly benar-benar kehilangan akal sehatnya tanpa aba-aba ia menarik leher Ali hingga tubuh pria itu condong ke atasnya. Prilly segera melumat ganas bibir Ali seolah ia sedang menumpahkan seluruh kegelisahan juga penderitaannya melalui cumbuan panasnya.
Ali yang sudah paham keinginan Prilly membalas cumbuan wanita itu tak kalah panas. Ia sudah menemukan siapa dalang dibalik semua ini dan ternyata bukan hanya Jack yang berniat untuk mencelakakan Prilly melainkan ada satu orang pria lainnya yang merupakan mantan kekasih wanita ini.
Untung saja Gabriel sigap dan dapat diandalkan sehingga pria itu membocorkan beberapa rahasia lain termasuk Arlan yang menginginkan wanita ini kembali ke pelukannya.
"Jangan dilepas!" Prilly terisak pelan saat Ali menjauhkan tangannya dari payudara besar miliknya. "Pegang lagi!" Rengeknya dengan mata terpejam serta mulut terbuka, mulut Prilly tidak berhenti mengeluarkan desahannya ketika tangan Ali dengan terampil memanjakan dirinya.
"Kau tau siapa yang memberikan minuman laknat itu?" Ali bertanya tanpa menghentikan tangannya yang terus bekerja.
Kening Prilly tampak berkerut ia berusaha mengingat kembali sosok pemuda yang memberikan minuman itu padanya. "Pemuda bertopi." Jawab Prilly sekenanya. Ia sedang tidak ingin memikirkan hal lain selain kenikmatan yang Ali berikan.
"Dan pria itu adalah suruhan mantan kekasih terindahmu!" Ucap Ali yang sontak membuat kedua mata Prilly terbuka. "Aduh! Kenapa kau cubit putingku?" Pekik Prilly saat Ali mencubit puting miliknya dengan begitu kuat.
"Sialan! Berani sekali pria bajingan itu menganggu ketenangan hidupku!" Ali dibuat terkejut ketika mendengar Prilly yang tiba-tiba mengumpati mantan kekasihnya.
Ternyata selama ini diam-diam pria berprofesi Dosen itu menyuruh beberapa orang untuk membuntuti Prilly hingga puncaknya malam ini pria itu memanfaatkan kesempatan untuk mendapati Prilly kembali dan membunuh Ali namun sayangnya justru dua orang suruhannya itu yang terlebih dahulu Ali kirim ke neraka.
Ali sempat menduga jika semua ini ulah Jack namun setelah diselidiki ternyata Arlan-lah yang menjadi dalang dibalik kejadian ini.
"Sudahlah sekarang lebih baik kita saling memuaskan daripada memikirkan pria berotak mesum itu!" Ali menundukkan kepalanya menatap Prilly yang kembali melilitkan lengan kecilnya di leher Ali.
"Sudut bibir mu mulai membiru sebaiknya kita obati dulu." Ali berniat untuk beranjak dari tubuh Prilly untuk mengambil obat namun Prilly sudah terlebih dahulu bertindak menarik leher Ali dengan kedua lengan kecilnya hingga pria itu kembali menimpa tubuh mungilnya.
"Aku baik. Luka sekecil ini tidak akan menganggu performa ku dalam mendesah dan menyebutkan namamu. Tenang saja." Ucap Prilly dengan seringaian nakalnya yang seketika membuat Ali gelap mata.
Detik berikutnya mereka mulai melanjutkan kembali kegiatan panas mereka tanpa memperdulikan apapun lagi termasuk Arlan yang saat itu sedang melempari barang-barang miliknya karena mendapat kabar jika orang yang dia bayar telah gagal membawa Prilly kembali padanya.
"Sialan! Brengsek!" Arlan memecahkan semua barang-barang yang ada didekatnya setelah puas pria itu meraih ponselnya lalu menghubungi seorang 'teman' yang ia yakini bisa membantu dirinya.
"Halo Jack?" Sapa Arlan begitu panggilan itu dijawab. "Aku membutuhkan bantuanmu. Tolong bantu aku!" Mohonnya pada Jack yang ternyata menerima permintaannya dengan senang hati.
*****
Po terakhir cerita ini, harga PO 50k. Silahkan list nama ke wa +62 821-6196-6480. Harga normal 70k.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mafia
RomanceNext story yang menceritakan tentang seorang mafia yang jatuh cinta pada seorang gadis setelah mereka melalui malam panas tanpa kesengajaan. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..