"Pergi! Cepetan pergi ih!" Prilly terus berusaha mendorong tubuh besar Ali keluar dari rumahnya namun sayangnya jangankan terdorong keluar bergerak saja tidak.Ali hanya menatap datar wanita kecil yang sedang mendorong tubuh besarnya itu. "Berhentilah! Kau akan kelelahan." Peringat Ali yang sama sekali tidak diacuhkan oleh Prilly.
Prilly begitu kesal karena Ali kembali muncul dihadapannya. Menurutnya, tidak ada sesuatu apapun yang membuat mereka harus kembali bertemu. Dan yang lebih gilanya lagi Ali mengetahui semua tentang dirinya bahkan pria itu sampai tahu dimana ia tinggal dan lihat bagaimana pria itu bisa memasuki rumahnya dengan begitu mudah.
"Aku akan keluar." Seketika Prilly berhenti mendorong Ali. "Tapi jika kau ikut keluar denganku!" Lanjut Ali yang kembali membuat Prilly berang.
"Manusia gila!" Maki Prilly namun seketika ia menutup mulutnya saat mengingat ancaman terakhir Ali padanya.
Seringaian Ali terbit, ia merasa senang karena Prilly masih mengingat ancaman terakhirnya dan itu tandanya Prilly tidak sepenuhnya melupakan dirinya.
Ali melirik kearah koper putih yang terletak disudut ruangan, lalu beralih menatap Prilly yang masih menutup mulutnya. "Jangan kemanapun aku tidak akan mengizinkannya." Tegas Ali yang membuat Prilly naik pitam.
"Memangnya kau siapa brengsek?"
Cup!
Kedua mata Prilly sontak melotot lebar saat Ali melumat bibirnya dengan tiba-tiba. Prilly berusaha untuk mendorong tubuh Ali namun tangan Ali justru meraih kedua lengan kecilnya untuk ia lilitkan pada lehernya. Seperti terpana kedua lengan Prilly kini justru memeluk erat leher jenjang Ali.
Keduanya larut dalam cumbuan bahkan Prilly membiarkan Ali merebahkan tubuhnya diatas sofa untuk pria itu tindih. Prilly benar-benar terlihat begitu mungil dibawah tindihan Ali.
"Eugh.." Prilly refleks mengerang saat Ali beralih menciumi lehernya. Prilly bahkan tidak kuasa melarang Ali untuk tidak meninggalkan jejak disana. Semua terasa begitu nikmat.
"Jangan kemanapun tetap disini Prilly." Bisik Ali begitu lembut namun panas hingga membuat wajah Prilly semakin memerah.
Ali menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Prilly lalu ia tatap kedua mata Prilly dengan penuh ketegasan. "Kau milikku Prilly dan sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa lepas dariku." Ucap Ali tak main-main.
Prilly tidak mengeluarkan protesnya seperti biasa, ia hanya ingin menyelami bola mata Ali yang begitu tenang namun menghanyutkan. "Apa yang membuatmu begitu ingin memilikiku?" Tanya Prilly dengan suara begitu lirih. Penampilan wanita itu terlihat berantakan dengan bibir yang begitu bengkak akibat kepandaian Ali dalam mencumbu.
Ali terdiam. Ia tidak tahu apa yang membuat dirinya begitu terobsesi dengan wanita ini, Ali tidak tahu apakah ini cinta atau hanya perasaan sesaat pada Prilly yang berhasil memuaskan gairahnya.
"Cukup tinggal dan nanti kau akan mengetahuinya." Ali memberi jawaban yang sama sekali tidak membuat Prilly puas namun melihat ketulusan juga keseriusan di mata Ali membuat perasaan Prilly goyah.
Ia mulai ragu untuk melanjutkan rencana awalnya, sebagian dirinya justru menginginkan untuk tetap tinggal dan terus bersama laki-laki yang terasa masih asing bagi Prilly. Tapi jika ia tinggal bagaimana dengan semua list kehidupan baru yang sudah ia buat.
Ali bisa merasakan kebimbangan Prilly namun ia tetap tidak bisa membiarkan wanita ini jauh darinya. Ia sudah menandai Prilly sebagai miliknya jadi apapun yang terjadi Prilly akan tetap menjadi miliknya.
"Malam ini kita pulang!"
"Ini rumahku kalau kau lupa." Jawab Prilly sengit.
Ali beranjak dari tubuh Prilly diikuti Prilly yang terlihat berantakan. Ali mengulurkan tangannya untuk membantu membenarkan ikat rambut Prilly juga kancing baju wanita itu yang sempat ia buka namun tak sempat ia cicipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mafia
RomanceNext story yang menceritakan tentang seorang mafia yang jatuh cinta pada seorang gadis setelah mereka melalui malam panas tanpa kesengajaan. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..