Bab 16

9.4K 445 29
                                    

Di dalam ruangannya terlihat Ali yang sedang menegak alkohol sambil menatap sendu selembar foto wanita yang masih ia simpan sampai hari ini.

Mata Ali terlihat memerah, campuran antara rasa sedih atas kehilangan kekasihnya juga efek alkohol yang mulai membuatnya sedikit mabuk. Ali sudah menghabiskan dua botol minuman namun kesadarannya masih tak sepenuhnya hilang. Membawa Prilly bersamanya ternyata memberi efek yang begitu menyakitkan untuk Ali.

"Bagaimana kabarmu disana Anna?" Suara Ali terdengar begitu lembut. "Apa disana begitu indah?" Ali tersenyum pedih. "Maaf karena sampai detik ini aku belum bisa menjenguk mu." Suara Ali terdengar begitu lirih dan pedih.

Kembali pria itu meneguk alkohol miliknya. Tenggorokannya terasa terbakar namun ia masih belum ingin berhenti. "Rasanya sakit sekali Anna." Kembali Ali berbicara pada lembar foto yang ada ditangannya. "Melihat tubuhmu terbujur kaku dengan bersimbah darah membuatku mengutuk takdir yang sudah Tuhan gariskan untukku dan juga untukmu."

Mata Ali semakin memerah, rahang pria itu tampak mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka yang sudah membunuhmu hidup tenang Anna. Aku bersumpah akan membunuh mereka dengan kedua tanganku sendiri." Ali mulai kehilangan kesadarannya ketika ia membuka botol ke tiga.

Jika Ali sedang seperti ini tidak ada yang berani menganggu pria ini termasuk Gabriel yang sejak tadi hanya bisa berdiam diri dibalik pintu Bosnya. Ia hanya sedang berjaga-jaga takut-takut kalau Ali berbuat nekat.

"Aku sangat mencintaimu Anna!" Suara Ali terdengar begitu keras memenuhi seluruh ruangannya. "Tapi aku tidak bisa berhenti dari pekerjaan ini. Maafkan aku." Lanjut Ali kali ini air mata pria itu benar-benar menetes. Ali menangis dalam diam ketika mengingat kembali bagaimana masa-masa indahnya bersama kekasihnya dahulu. Mereka begitu bahagia sampai akhirnya Anna diculik dan dibunuh oleh musuhnya dengan begitu keji.

"Kau pembunuh Ali! Aku pembunuh!"

"Bukan aku yang membunuh Anna!"

"Jika kau tidak mencintai Anna, Anna-ku tidak akan mati seperti ini!"

"Aku tidak membunuh Adikmu! Aku sangat mencintai Anna! Aku sangat mencintai Anna!" Racau Ali sebelum membanting botol minuman ditangannya.

Beberapa anak buah Ali yang berjaga bersama Gabriel tampak saling melirik saat mendengar suara pecahan di dalam sana. Gabriel menoleh menatap mereka lalu menggeleng pelan, mereka kembali ke posisi tegak seperti semula.

Di dalam ruangannya terlihat Ali yang membanting seluruh barang miliknya tak ia pedulikan untuk membeli barang-barang ini kembali ia harus merogoh kocek mahal. Guci yang bernilai dua ratus juta yang ada di dalam ruangan juga tak luput dari amukan Ali.

"Argh! Brengsek! Kenapa hidupku harus seperti ini?!" Raung Ali sambil terus membanting dan merusak barang-barang miliknya.

Andai saja ia tidak tumbuh dan besar di panti asuhan, ia tidak akan diadopsi oleh keluarga barunya yang menjadi dalang utama Ali seperti ini. Ayah angkat Ali merupakan seorang mafia dulunya dan ketika Ali dewasa semua kekuasaan yang ia miliki ia alihkan pada Ali sampai akhirnya Ali terkenal seperti sekarang ini.

Ali dikenal sebagai sosok yang baik dan sukses dimata masyarakat tanpa mereka tahu jika sebenarnya Ali adalah sosok madia yang keji dan kejam. Ali memiliki banyak club dan lapak perjudian lainnya untuk menambah pundi-pundi rupiahnya, ia juga menjalankan bisnis ilegal lainnya dan sampai detik ini Ali tidak berniat keluar dari lembah hitam itu tepatnya belum ada yang bisa membuat Ali kembali ke jalan yang baik. Pria itu sudah terlalu tenggelam dalam kubangan hitamnya.

****

Menjelang pagi, Prilly yang masih terlelap dipaksa terjaga oleh kantung kemihnya yang sudah penuh. Dengan malas-malasan wanita itu beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian wanita itu keluar dengan wajah yang sudah basah. Kedua mata Prilly juga sudah terbuka dengan lebar.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang