Bab 8

11.6K 488 32
                                    


"Aku mencintaimu Prilly. Aku berjanji akan menjaga dan mencintaimu sampai mati."

Prilly tersenyum pedih saat mengingat perkataan Arlan beberapa tahun lalu tepatnya dihari jadi mereka. Arlan bahkan sampai memohon kepada dirinya supaya menerima cinta pria itu. Arlan terlihat sangat tulus kala itu hingga membuat Prilly memberikan seluruh hatinya pada Arlan.

Arlan begitu baik dan penyayang namun siapa sangka semua yang pria itu lakukan padanya bukanlah didasari dari sebuah ketulusan melainkan sebuah obsesi dimana pria itu ingin meniduri dirinya.

Prilly kembali memamerkan senyuman pahitnya. Alkohol yang ia tegak sama sekali tidak memberikan efek lupa pada ingatannya tentang Arlan. Prilly terlihat memainkan gelas kosong miliknya. Ia tidak lagi meminta alkohol pada bartender karena ia tidak begitu menyukai sengatan pada tenggorokannya ketika ia meneguk minuman haram ini.

Prilly terlihat begitu asik dengan dunianya sehingga ia tidak menghiraukan orang-orang yang menatap lapar kearahnya. Bagian dada dress yang ia kenakan terlihat semakin turun ketika ia menunduk sehingga nyaris menampakkan setengah dari payudaranya.

Prilly terus merenung dengan kilasan kenangan bersama Arlan yang membuatnya semakin terluka. Arlan memang sudah menyakiti dirinya namun melupakan pria itu ternyata tidak semudah yang ia ucapkan. Bayangan tawa dan canda yang pernah mereka lalui bersama terus berputar seperti kaset rusak di kepala Prilly.

"Nanti kita akan menikah dan Mas ingin memiliki banyak keturunan dengan kamu."

"Bajingan!" Lirih Prilly ketika kenangan dimana Arlan berkata semanis itu kembali terlintas di kepalanya. "Banyak keturunan? Najis!" Maki Prilly namun kedua matanya mulai kembali memanas.

Prilly tidak ingin semakin larut hingga akhirnya ia mendongak berniat untuk meminta minuman lainnya pada bartender namun ketika menaikkan kepalanya ia justru terkejut dengan sesosok pria yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi yang ada dihadapannya.

Pria ini memiliki garis wajah yang begitu tegas namun terlihat begitu tampan sangat-sangat tampan bahkan ratusan kali lipat lebih tampan dari pada mantan kekasihnya. Namun, aura yang menguar dari tubuh pria ini benar-benar penuh intimidasi dan sangat 'panas'.

"Ingin minum bersama Nona." Ajakan pria ini terdengar begitu menarik di telinga Prilly.

"Aku tidak ingin mabuk." Jawab Prilly tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok pria dihadapannya ini. "Lalu apa yang kau inginkan?" Tanya pria itu dengan suara beratnya yang justru terdengar begitu seksi di telinga Prilly.

Prilly sadar, menegak satu gelas kecil alkohol tak serta merta menghilangkan kesadarannya sehingga ketika ia meletakkan gelas ditangannya lalu beranjak dari kursinya semua itu terekam penuh dalam memori otaknya.

"Aku ingin melupakan semuanya!" Jawab Prilly yang kini sudah berdiri tegak disisi pria itu. Senyuman kecil pria itu tertangkap oleh matanya namun sentuhan di pinggang rampingnya membuat sekujur tubuh Prilly merinding.

Pria itu terus memberi usapan lembut pada pinggangnya hingga mata mereka beradu namun sentuhan itu tidak terjeda sama sekali. Prilly tidak mengeluarkan protesnya ia biarkan saja pria itu berbuat semaunya.

"Kau yakin?" Suara berat pria itu kembali terdengar. Dengan penuh tekad dan keyakinan Prilly menganggukkan kepalanya. "Sangat yakin dan tolong hilangkan semua kenangan brengsek itu di kepalaku!" Perintah Prilly sambil menyentuh kepalanya.

Dia sudah tidak kuat, malam ini Prilly ingin menggantikan kenangan bersama Arlan dengan kenangan bersama pria asing ini. Katakan Prilly gila karena ia sadar apa yang ia lakukan saat ini memang luar biasa gila.

"Baiklah. Aku akan membuat kau lupa tapi setelah apa yang terjadi nanti sampai mati kau tidak akan pernah bisa melepaskan diri dariku." Peringatan dari pria itu terdengar menyeramkan namun Prilly sudah terlalu larut dalam tekadnya sehingga ia menganggukkan kepalanya begitu saja tanpa berpikir jika malam ini ia benar-benar sudah terikat dengan sosok pria dihadapannya.

"Siapa namamu?" Tanya pria itu kali ini usapannya mulai bermain kearah pinggul Prilly bahkan nyaris menyentuh bokong padat gadis itu.

"Prilly." Jawabnya tanpa memutuskan tatapan dari pria ini. "Panggil aku Ali dan mulai malam ini kamu akan menjadi milikku, Prilly." Tekan Ali sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Prilly hingga refleks membuat Prilly memejamkan matanya.

*****

"Aku akan bertanya sekali lagi." Prilly masih memfokuskan tatapannya pada pria dihadapannya. Prilly tidak tahu kapan ia beranjak dari club hingga ia berakhir disebuah kamar hotel mewah bersama pria tampan yang terlihat sangat menawan itu.

"Apa kau akan menyesal jika semua ini berlanjut sampai---"

"Sssttt.. jangan katakan apapun lagi cukup diam dan kita nikmati malam ini." Prilly menyentuh bibir tebal Ali dengan begitu lembut.

Untuk pertama kalinya Ali merasakan kembali getaran pada jiwanya bahkan tanpa sadar refleks memejamkan matanya. Sentuhan wanita ini benar-benar membuatnya nyaman.

"Apa kau yakin?" Ali kembali bertanya tanpa membuka matanya. Bukan hanya Ali yang larut dalam suasana tetapi Prilly juga.

Selama dua puluh empat tahun hidupnya, Prilly belum pernah merasakan gairah yang seperti ini bahkan saat Arlan berkali-kali menggoda dirinya tapi ia masih mampu menahan dirinya tapi tidak untuk malam ini. Keduanya sama-sama mendekat hingga tubuh mereka menempel satu sama lain.

Mini dress yang Prilly kenakan membuat payudara Prilly semakin terlihat karena terlalu menekan perut keras Ali. Perbedaan tinggi mereka terlihat begitu kentara namun ketika saling menempeli seperti ini Ali dan Prilly justru terlihat begitu serasi.

Prilly dapat merasakan telapak tangan besar Ali mulai bergerilya di sekitaran pinggulnya namun ia biarkan. Malam ini Prilly benar-benar akan melupakan Arlan dengan menyerahkan dirinya pada Ali.

Tanpa menunggu lama keduanya mulai bercumbu, melumat bahkan mengigit satu sama lain hingga membuat Prilly mendesah tak karuan. Ali begitu pandai mengobrak-abrik rongga mulutnya hingga air liur mereka bersatu lalu keduanya serempak menghisap lidah satu sama lain.

Tangan Ali bergerak mencari resleting dress yang Prilly kenakan namun tidak ia temukan hingga akhirnya terdengar bunyi sobekan diiringi pekikan Prilly yang teredam mulut Ali.

"Kenapa kau merobek bajuku sialan?" Maki Prilly tanpa sadar. Ia benar-benar tidak menyangka jika dress yang ia beli dengan menabung nyaris setengah tahun itu harus berakhir mengenaskan akibat ulah tangan pria dihadapannya ini.

Dengan nafas terengah-engah Ali kembali menarik wajah Prilly lalu melumat bibir gadis itu dengan penuh gairah. "Aku akan membelikan 1000 dress seperti itu untukmu!" Ucap Ali lalu kembali melahap bibir Prilly. 

Keduanya sama-sama tidak lagi memperdulikan keadaan sekitarnya sampai akhirnya tubuh mungil Prilly terhempas ke ranjang. Tatapan mata Prilly hanya fokus pada sosok pria yang berdiri menjulang di hadapannya.

Kedua mata Prilly tampak tidak berkedip saat Ali mulai melepaskan pakaian yang melekat pada tubuhnya hingga akhirnya pria itu bertelanjang dada di hadapannya. Nafas Prilly tercekat saat matanya begitu dimanjakan dengan otot liat yang terbentuk sempurna di tubuh pria ini.

Ali tidak dapat menahan lagi gairahnya saat tubuh molek Prilly yang hanya berbalut pakaian dalam terlihat begitu indah dan menggoda di matanya. Ali segera bergabung dengan Prilly di atas ranjang kembali suara ciuman panas mereka terdengar.

Prilly sudah benar-benar pasrah bahkan saat Ali menelanjangi dan membuka lebar pahanya. Ia tidak tahu sejak kapan pria ini sudah membuka celananya. Hingga detik-detik penyatuan itu terjadi, suara pekikan serta tangisan Prilly terdengar membuat Ali tersentak kaget.

"Shit! Kau masih perawan?" Pekik Ali dengan tatapan membulat sempurna saat melihat bercak darah di kelaminnya. Ia mengalihkan pandangannya pada Prilly yang sedang menangis sambil memegang alat vitalnya yang juga berlumuran darah.

"Oh kesialan macam apa ini? Brengsek!" Ali beranjak dari ranjang lalu menendang meja yang ada di sebelah ranjang. Demi Tuhan, Ali sangat membenci situasi seperti ini.

*****

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang