Bab 25

8.1K 496 38
                                    

Prilly mulai merasakan tubuhnya tidak enak sejak tadi malam. Perutnya terasa begah namun tidak menyakitkan hanya saja ia sangat tidak nyaman. Hubungannya dengan Ali semakin dekat bahkan sejak terakhir kali berhubungan intim pasca kejadian di bar mereka memutuskan untuk menempati kamar yang sama layaknya suami istri.

Kehidupan Prilly ketika bersama Ali juga berhasil membuat Prilly kembali menikmati momen bahagianya, tiada hari tanpa pertengkaran atau perdebatan antara dirinya dan Ali namun justru hal itulah yang membuat Prilly benar-benar merasa bahagia.

"Udah mau dua bulan aja gue disini." Gumam Prilly sambil melihat-lihat galeri foto yang ada di ponselnya. Ia tidak beranjak kemanapun karena perutnya yang tidak bisa diajak kompromi hari ini padahal sejak pagi tadi ia sudah ingin sekali mencicipi nasi bakar yang ia pesankan pada Karmila dan Mia untuk makan siangnya nanti namun sampai saat ini ia belum bisa beranjak dari ranjangnya.

"Berati udah 3 bulan berlalu sejak gue lepas perawan." Gumam Prilly lagi ketika ia menemukan foto dimana ia berpose bersama Keyla tepat sehari sebelum ia menyerahkan keperawanannya pada Ali.

"Aduh!" Ponsel ditangan Prilly terjatuh ketika perutnya tiba-tiba melilit sakit. "Kayaknya mau mens nih gue." Ujar Prilly namun detik berikutnya ia baru sadar jika dirinya nyaris dua bulan ini tidak kedatangan tamu bulanannya.

Prilly seketika menggelengkan kepalanya. "Enggak mungkin! Gue nggak mungkin--" Dan kembali Prilly dipukul kenyataan saat ia menyadari jika selama berhubungan dengan Ali sekalipun pria itu tidak pernah memakai pengaman dan pria itu begitu rajin membuang bibir kecebongnya ke dalam intinya.

"Owh! Sialan! Prilly! Kenapa lo bego banget sialan!" Prilly tampak berguling-guling di ranjang tanpa menghiraukan sakit pada perutnya kali ini bukan hanya perutnya yang sakit tapi jiwanya juga.

Sebentar lagi Prilly akan gila! Sebentar lagi ia benar-benar akan berakhir dirumah sakit jiwa.

"Tuhanku!" Raung Prilly begitu kencang hingga membuat Ali yang sedang membuka pintu sontak melangkah cepat mendekati ranjang. "Ada apa?" Tanyanya tanpa bisa menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya.

Kening Ali semakin berkerut saat Prilly terus berguling-guling di ranjang hingga hampir terjungkal jika ia tidak cepat menangkap tubuh wanita itu. "Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Ali kembali bertanya pada Prilly yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong.

Ali semakin khawatir saat melihat Prilly menyentuh wajahnya dengan begitu lembut. "Dunia ini sebentar lagi pasti akan kiamat." Gumam Prilly yang membuat Ali semakin kebingungan.

"Kenapa kau tercipta begitu sempurna? Tuhan benar-benar memperlihatkan kuasanya pada saat menciptakan makhluk setampan dan seindah dirimu." Ujar Prilly kacau sambil terus menyentuh wajah Ali.

Refleks Ali melepaskan tangannya yang menahan punggung kecil Prilly hingga detik itu pula tubuh Prilly terjungkal dengan sempurna ke lantai. "Astaga leherku!" Raung Prilly saat merasakan lehernya seperti mau patah. Sakit luar biasa.

"Wanita gila!" Maki Ali sebelum beranjak meninggalkan Prilly yang meraung memaki dirinya. Senyuman Ali sontak terbit saat sudah berada diluar kamar, pria itu sengaja pulang lebih awal karena mendapati telpon dari Ibu Ratna jika Prilly belum keluar dari kamarnya sejak pagi.

Ali memang melarang siapapun memasuki kamarnya tanpa seizinnya terlebih dahulu dan alih-alih meminta Ratna atau yang lainnya mengecek kondisi Prilly, Ali justru merepotkan dirinya dengan kembali ke rumah hanya untuk memastikan keadaan wanita itu.

Ali menuruni tangga menuju dapur dimana Ratna juga Karmila serta Mia sudah menunggu kedatangan Tuannya dengan ekspresi khawatir, mereka sangat mencemaskan kondisi Nyonya Prilly.

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang