Bab 29

10.5K 503 35
                                    


Sejak kepergian Prilly siang tadi, Ali tidak lagi menampakkan dirinya bahkan pria itu melewatkan makan malamnya. Yang Ali lakukan hanyalah merenung di dalam ruang kerjanya.

Ali tidak menyangka jika Prilly benar-benar membawa pengaruh besar ke dalam hidupnya lihat saja bagaimana wajah yang biasanya terlihat datar dan bengis itu berubah menjadi sendu dan penuh penyesalan.

Ali terus menatap gelapnya malam sambil memikirkan dimana malam ini wanita itu akan tidur, nyamankah tidurnya Prilly malam ini? Kondisi wanita itu sedang hamil apakah Prilly sanggup menangani semuanya sendiri? Bagaimana jika wanita itu pusing atau muntah hebat siapa yang akan menggendongnya ke ranjang?

Segala kecemasan itu terus berputar di kepala Ali sampai pria itu tidak sadar jika Gabriel memasuki ruangannya sambil membawa nampan makanan untuk Bosnya. Gabriel pernah melihat Ali seperti ini beberapa tahun lalu tepatnya setelah kematian Anna namun pria itu masih bisa bekerja bahkan mengunjungi beberapa negara untuk melakukan tugasnya tapi kali ini jangankan untuk bekerja pria itu bahkan enggan untuk membuka mulutnya hanya untuk sekedar beberapa butir nasi.

Ali belum memakan apapun sejak siang tadi dan hal itu berlanjut sampai malam hingga membuat Gabriel serta yang lainnya khawatir dengan kondisi Bos besar itu.

"Dia memintaku untuk tidak lagi menunjukkan diri di hidupnya Gab." Suara Ali terdengar lirih. "Dia sangat membenciku." Lanjutnya lagi.

Gabriel tampak diam, pria kaku itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa selain tatapannya begitu tulus pada bagian tubuh belakang Ali yang membelakangi dirinya.

"Bahkan ia memintaku untuk tidak mengakui diriku sebagai Ayah dari janin yang ada di kandungannya Gab. Kenapa semua jadi seperti ini? Tujuanku baik tapi kenapa--"

"Maaf Bos. Tujuan Anda memang baik namun Anda lupa jika tidak semua yang baik menurut Anda juga akan baik untuk Nyonya Prilly." Potong Gabriel yang membuat Ali terdiam kaku.

"Nyonya Prilly sedang hamil seharusnya kita terutama Anda berada disisinya untuk memberinya semangat supaya Nyonya Prilly bertahan dan kuat menjalani masa-masa beratnya selama mengandung." Sambung Gabriel yang membuat rasa bersalah Ali semakin mencekik lehernya.

"Maaf jika saya terlalu banyak bicara Bos." Gabriel baru sadar jika selama bekerja dengan Ali baru kali ini ia begitu berani menceramahi Bosnya sendiri. Ternyata pengaruh Prilly tidak hanya berlaku pada Ali tetapi pada Gabriel juga si pria kaku yang diam-diam merasa tenang saat melihat Bosnya yang selalu tersenyum ketika menceritakan hal-hal konyol yang dilakukan oleh wanita yang diberi panggilan sayang yaitu otak udang oleh Bosnya.

Ali berbalik menatap Gabriel dengan tatapan datar khas dirinya. "Dan aku benar-benar bersalah disini bukan?"

"Dengan sangat terpaksa saya jawab iya Anda sangat bersalah Bos." Tegas Gabriel tanpa mengalihkan tatapannya dari Ali.

Keduanya saling menatap dengan pandangan berbeda sampai akhirnya Ali terlebih dahulu memutuskan aksi tatap mereka. "Dan sekarang apa yang harus aku lakukan Gab?" Tanya Ali dengan wajah frustasi, pria itu tampak menyugarkan rambutnya ke belakang.

"Anda harus mencari dan membawa Nyonya Prilly kembali ke rumah ini Tuan." Jawab Gabriel lantang.

"Tapi dia sudah membenciku Gab? Bagaimana mungkin wanita otak udang itu mau kembali ke sisiku?" Suara Ali melemah pada akhirnya, ia merasa getaran hebat pada jantungnya saat menyebut nama panggilan kesayangannya untuk Prilly.

"Maka Anda harus berjuang untuk meluluhkan kembali hati Nyonya Prilly." Gabriel mendekat lalu berdiri tepat didepan Ali. "Sebaiknya Anda jujur saja tentang perasaan Anda pada Nyonya Prilly Bos, saya takut Anda akan benar-benar kehilangan Nyonya Prilly nantinya." Nasihat Gabriel yang membuat kembali Ali merenung.

***

"Kenyang?" Tanya Jack saat Prilly mulai menyeka mulutnya yang belepotan bumbu kacang.

Prilly tidak langsung menjawab ia terlebih dahulu bersendawa lalu menganggukkan kepalanya. "Kenyang banget." Ucapnya sambil menepuk pelan perutnya.

Jack menganggukkan kepalanya, jelas saja wanita ini kenyang Prilly menghabiskan 5 piring sate tanpa repot-repot memikirkan Jack yang hanya memakan beberapa tusuk sate selebihnya sate milik Jack juga dihabiskan oleh Prilly.

Nafsu makan Ibu hamil ini benar-benar luar biasa sekali, pikir Jack.

"Kalau begitu kita pulang sekarang!" Ujar Jack sebelum memanggil bapak-bapak yang berjualan sate. Jack menyerahkan beberapa lembar uang merah untuk membayar sate yang mereka habiskan tepatnya Prilly habiskan.

Prilly terlihat memandang wajah Jack lamat-lamat sampai Jack merasa risih sendiri karena tatapan dalam Prilly. "Kenapa?" Tanyanya setelah Bapak penjual sate itu pergi.

"Aku ingin menanyakan satu hal."

"Silahkan!"

"Kau mengenal sosok Anna?" Prilly bisa melihat perubahan pada ekspresi wajah Jack. Pria itu tampak tegang sesaat setelah Prilly menanyakan perihal Anna. "Anna mantan kekasih Ali yang ku maksud." Perjelas Prilly lagi saat Jack tak kunjung memberinya jawaban.

"Dan kau mantan kekasih Arlan?" Jack balik bertanya meskipun terkejut karena pria ini mengenal Arlan namun Prilly tetap menganggukkan kepalanya. "Benar."

Jack meraih minuman botol miliknya lalu meneguknya pelan. "Dan kau tahu mantan kekasihmu itu sedang mencari cara untuk merebut mu dari Ali?" Prilly kembali dikejutkan dengan apa yang Jack katakan. "Pria brengsek itu sempat menyuruh orang untuk menculik ku." Ucap Prilly yang membuat Jack menoleh cepat padanya.

Prilly menganggukkan kepalanya saat merasa tatapan tajam Jack yang terlihat ragu pada perkataan. "Pria bajingan itu bahkan sampai memberiku obat perangsang kala itu." Lanjut Prilly yang kembali mengejutkan Jack. Ia tidak menyangka jika Arlan akan senekat itu pada Prilly.

"Untungnya Ali menolongku dan inilah hasilnya." Kata Prilly sambil mengusap perutnya pelan menunjukkan pada Jack jika di dalam perutnya ada benih Ali.

Jack berdehem lalu kembali meneguk minumannya sampai tandas. "Dan sekarang kau lepas dari pengawasan Ali tentu saja hal itu akan memudahkan Arlan untuk menculik mu lagi." Prilly menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang baru saja Jack katakan."Ya mau bagaimana lagi, Ali sudah menendangku dari hidupnya." Wajah Prilly tampak sendu ketika membicarakan pria itu.

"Bisa kau katakan darimana kau tahu tentang Anna?"

"Aku mendengar sendiri Prilly menyebutkan nama wanita itu bahkan pria itu dengan lantang membeberkan kenyataan jika kekasihnya itu pernah mengandung calon anaknya sebelum mati terbunuh." Prilly begitu lancar membicarakan prihal Anna sedangkan Jack sudah mulai kehilangan kontrol atas dirinya.

"Ali yang membunuhnya!"

"Benarkah?" Prilly menatap Jack sama tajamnya. "Rasanya tidak ada orang gila di dunia ini yang mampu melenyapkan orang yang sangat dicintainya." Lanjut Prilly tanpa mengendurkan tatapannya.

"Kau tidak tahu apa-apa!" Jack mulai melampiaskan rasa sakitnya pada Prilly.

"Jelas karena aku tidak berada di lingkaran hubungan kalian yang ku rasa sama sekali tidak sehat itu." Prilly sangat gamblang dalam berbicara ia sama sekali tidak terlihat takut dengan raut bengis yang Jack perlihatkan.

"Kalau memang kau memiliki hubungan yang baik dengan Anna atau Ali tentu saja kau tau bagaimana watak mereka sebenarnya. Lalu, saat Anna mati terbunuh kau melihat Ali yang membunuhnya?" Tanpa sadar Prilly justru memihak pada Ali, pria yang jelas-jelas sudah membuang dirinya.

"Tidak perlu melihatnya karena aku yakin memang Ali yang membunuh Anna!"

Prilly tertawa tawa yang terdengar begitu mengejek hingga membuat Jack memasukkan satu sendok lontong miliknya ke dalam mulut wanita hamil itu bukannya marah Prilly justru mengunyahnya lalu memberikan jempol pada Jack seolah mengatakan jika lontong sisa milik Jack terasa enak di mulutnya.

Jack yang hampir hilang kontrol itu sontak tertawa melihat tingkah lucu wanita hamil didepannya ini. "Biarkan Ali membuang mu karena mulai saat ini aku yang akan bertanggung jawab penuh atas dirimu dan calon anakmu." Ucap Jack tiba-tiba yang membuat kedua mata Prilly teralih pada pria itu.

Apakah Jack benar-benar tulus atau hanya memanfaatkan dirinya untuk membalas Ali?

*****

Married With MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang