Sepanjang perjalanan Prilly tampak terlelap sehingga ia tidak bisa menikmati rimbunan pepohonan yang berjejer sepanjang jalan menuju mansion Ali. Suara dengkuran halus Prilly terdengar membuat Ali yang sedang memeriksa beberapa pekerjaannya menoleh menatap wanita kecil yang terlelap dengan posisi sangat aneh menurut Ali. Lihat saja bagaimana wanita itu terlelap dengan kepala menadah keatas serta mulut yang terbuka lebar.Kembali Ali merasakan sakit pada kepalanya. Benarkah wanita yang disebelahnya ini adalah wanita seksi yang mampu memuaskan gairahnya tadi malam? Kenapa Prilly yang tadi malam sangat berbeda dengan Prilly yang di dalam mobil ini?
Gabriel diam-diam tampak memperhatikan Bosnya melakui kaca spion. Inilah pertama kalinya Ali menatap seorang wanita lebih dari satu menit bahkan Gabriel bisa melihat bagaimana tatapan Ali pada Prilly. Pria itu terbiasa dengan sorotan tajam ketika menatap lawan bicaranya tidak seperti sekarang mata tajam itu terlihat teduh saat menelisik wajah cantik wanita disebelahnya.
"Sebenarnya wanita ini siapa Gabriel?" Ali bertanya pada Gabriel tanpa melepaskan tatapannya dari wajah aneh Prilly.
Berdehem pelan Gabriel mulai mengisahkan asal usul Prilly berdasarkan bukti yang berhasil ia kumpulkan. "Jadi dia sebatang kara?" Ali merespon setelah mendengar kisah hidup Prilly yang menurut Ali lumayan menyedihkan.
"Benar Bos." Gabriel menghidupkan lampu sen ketika mobil yang ia kemudikan harus berbelok ke sebelah kanan.
"Lalu bagaimana ceritanya ia bisa sampai tiba di club kita jika selama ini bukti menyatakan bahwa Prilly bukanlah wanita yang gemar mengunjungi club malam." Ali bertanya panjang lebar pada Gabriel. Sebelah tangannya terangkat untuk menyingkirkan rambut Prilly yang bergerak menutupi wajah lucu wanita itu.
"Nona Prilly sedang patah hati Bos." Gabriel kembali melirik spion untuk memastikan perubahan ekspresi Bosnya namun sayangnya Ali tidak memperlihatkan ekspresi lain selain datar seperti biasanya.
"Patah hati?"
"Benar Bos."
"Tapi kenapa perangainya sama sekali tidak menunjukan jika wanita ini sedang patah hati?" Ali bertanya kembali. Untuk pertanyaan ini Gabriel tidak memberikan jawaban apapun karena ia juga tidak mengerti perangai seperti apa yang dimaksud oleh Bosnya.
"Kita sudah sampai Bos." Gabriel memberitahukan Ali setelah mobil yang ia kemudikan berhenti tepat pintu utama mansion pria itu.
"Hm." Ali berdehem sebagai jawaban begitu Gabriel turun dari mobilnya Ali mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Prilly untuk menelisik wajah Prilly, ia ingin melihat jejak-jejak patah hati di wajah cantik itu.
Bugh!
"Sialan!" Ali memegang hidung mancungnya yang terasa seperti patah akibat terbentur dengan kening Prilly.
Prilly juga merasakan hal yang sama gadis itu sampai terbangun dari tidurnya karena rasa sakit pada bagian keningnya. "Aduh!" Ringis Prilly dengan mata setengah terbuka.
Ali sudah menormalkan kembali ekspresi wajahnya ia bisa melihat kening Prilly yang memerah akibat terbentur dengan hidungnya namun ia enggan bersikap lebih ia tidak mau gadis ini besar kepala nantinya.
"Bangun kita sudah sampai!" Ali membuka pintu mobil disebelahnya setelah menempeleng kepala Prilly satu kali. Cara Ali membangunkan Prilly benar-benar sangat 'romantis'.
Prilly memegang kepalanya yang ditempeleng oleh Ali. Kedua matanya sontak terbuka dan menatap Ali yang sudah berdiri diluar mobil dengan pandangan penuh dendam. Ali tampak santai menunggu Prilly keluar hingga akhirnya Prilly keluar dan berdiri tepat didepan Ali.
"Masuk!"
"Ogah!"
"Kamu masuk sendiri atau mau diseret masuk?" Ancam Ali yang membuat Prilly menatap penuh tajam kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mafia
RomanceNext story yang menceritakan tentang seorang mafia yang jatuh cinta pada seorang gadis setelah mereka melalui malam panas tanpa kesengajaan. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..