19 : Kecewa Yang Kesekian

1K 72 3
                                    

Happy Reading!



Sesampainya Janu, Raga dan bu Meta di area lapangan SMA Negeri 2 Jakarta, mereka disambut oleh teriakan-teriakan dari para siswa-siswi SMA Gardapati yang ikut serta menyemangati mereka.

"Ibu bergabung dengan guru yang lain. Kalian semangat! Jangan lupa berdoa!" Setelah mendapat persetujuan, bu Meta melangkahkan kakinya menuju area yang sudah di siapkan khusus untuk para guru.

"RAGA! JANU! SEMANGAT!" pekik Jesa ditengah bisingnya teriakan suporter lainnya. Tak hanya Jesa, semua murid SMA Gardapati ikut menyemangati keduanya.

"KALAU KALIAN BERDUA MENANG, GUE TRAKTIR MAKAN SEPUASANYA DI KANTIN SELAMA SATU MINGGU DEH!" pekik Kenzo menambahkan

Janu dan Raga mengedarkan pandangan, mencari keberadaan sahabat-sahabat mereka beserta murid SMA Gardapati. Setelah menemukannya, Raga dan Janu tersenyum sebagai balasan.

Saat matanya tak sengaja melihat papa Janu yang berdiri disebelah Josep, mata Raga semakin mengedar kesegala arah. Mencari keberadaan sang ayah yang tadi pagi menyetujui untuk datang.

Bahunya melemas saat tak melihat sosok yang dinantikannya itu, raut wajahnya juga terlihat menjadi sedikit muram. Ah, ayahnya ingkar janji lagi, seperti olimpiade-olimpiade sebelumnya, padahal dia berharap ayahnya bisa datang kali ini.

Seharusnya Raga sadar, ayahnya tidak mungkin datang.

Seharusnya dirinya tidak terlalu senang tadi pagi, hingga menyebabkan dirinya terlalu berharap.

Seharusnya Raga tidak berharap lebih, ayahnya pasti sedang sibuk saat ini.

Lagi-lagi dirinya harus mendapatkan kekecewaan lagi dari orang yang sama, yaitu ayahnya sendiri.

Janu yang menyadari perubahan raut wajah dari temannya itu langsung saja merangkul Raga. Dia tahu apa alasan yang membuat Raga menjadi seperti ini. Sudah pasti itu karena ayahnya.

"It's okey! Semangat!" ucap Janu pelan mencoba menyemangati.

"Makasih! Lo juga semangat." Raga balas merangkul Janu.

Tak lama pemberitahuan bahwa acara akan segera dimulai membuat mereka yang semula berdiri langsung terduduk.

Sedangkan disisi lain, ayah Raga yang sudah bersiap untuk pergi ke tempat olimpiade sang putra yang akan dilaksanakan, harus tertunda sebab sebuah telepon masuk dari sekretarisnya. Ia menerima sambungan telepon tersebut.

"Ada apa?" tanyanya langsung dengan nada tegas berwibawa.

Tak berselang lama sambungan telepon tersebut terputus. Julian menghela napas, kenapa mendadak sekali? Sekretarisnya bilang hari ini akan ada meeting dengan salah satu koleganya yang tidak bisa diwakilkan apalagi dirinya tinggalkan.

Mau tidak mau Julian harus membatalkan janjinya yang akan datang ke tempat olimpiade Raga. Karena bagaimanapun, perusahaan saat ini sangat penting daripada apapun, menurutnya!

Julian melangkahkan kakinya kembali memasuki rumah. Ia akan mengganti setelan pakaiannya sebelum ke kantor. Karena saat ini dirinya hanya memakai kemeja putih dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam.

Bi Munasih yang melihat mengernyitkan dahi. Dirinya lantas bertanya, "Lho Tuan? Bukannya Tuan akan pergi ke tempat olimpiade Den Raga ya? Bibi kira Tuan sudah pergi."

"Tidak jadi, saya hari ini ada meeting dadakan," balas Julian singkat.

Bi Munasih terdiam. "Pasti Aden akan sedih," gumamnya membayangkan raut wajah sedih juga kecewa putra sang tuan.






Selama olimpiade berlangsung, Raga mencoba fokus dengan soal-soal yang diberikan penguji. Olimpiade kali ini terdapat dua tahapan. Karena ada 6 sekolah yang mengikuti olimpiade.

Tahap pertama, kedua siswa yang terpilih sebagai perwakilan dari sekolah masing-masing akan diberikan selembaran kertas berupa soal yang isinya seratus soal berbau Fisika, sudah termasuk pilihan ganda dengan essay, dari yang termudah hingga ke level tersusah.

Janu dan Raga terlihat fokus mengerjakan, begitupun dengan lawan mereka. Saat dirasa kurang tepat mereka akan berbicara pelan saling berdiskusi. Untuk tahap kesatu ini mereka diberikan waktu selama satu jam untuk mengisinya.

Prittt

Prittt

Prittt

Mendengar bunyi pluit yang ditiup membuat Janu maupun Raga menghela napas lega. Karena tepat setelah pluit dibunyikan, keduanya sudah selesai di soal terakhir.

Masing-masing dari perwakilan sekolah mengumpulkan selembaran tersebut, yang nantinya akan diperiksa dan di seleksi, siapakah yang akan masuk ke tahap selanjutnya.

Janu dan Raga berjalan mendekati bu Meta yang sejak tadi berdiri tak jauh dari keduanya, mencoba menyemangati mereka berdua.

"Gimana?" tanya bu Meta.

"Pusing Bu, soal-soalnya bikin Raga rasanya mau pingsan aja," balas Raga mencoba melucu ditengah kagugupan dan kecemasan.

"Iya Bu, saya setuju sama ucapan Raga. Pas baca soal-soalnya," timpal Janu menyetujui. "Tapi untungnya, semua soalnya pernah kita pelajari. Walaupun berbeda bentuk penempatan dan kalimat-kalimatnya."

Bu Meta yang mendengar hanya bisa terkekeh pelan. "Tapi kalian bisa menyelesaikan semua soalnya?"

"Bisa dong Bu, Ibu kayak gak tahu Janu aja Bu, Janu kan murid terpintar di SMA Gardapati, lagian soal segitu mah gak ada apa-apanya," balas Janu penuh percaya diri.

Raga yang mendengar ucapan penuh percaya diri juga terselip kesombongan itu memutarkan bola matanya malas. Ini beneran teman kecilnya yang dahulu pendiam? Kenapa sekarang menjadi seperti ini?

"Lo jangan sombong gitu, bagaimanapun soal tadi dapat diselesaikan juga karena gue, bukan lo aja," ucap Raga.

Bu Meta kembali terkekeh mendengar ucapan kedua siswanya. "Sudah, kalian berdua pintar, buktinya menjadi perwakilan SMA Gardapati untuk olimpiade Fisika ini. Daripada ribut tidak jelas, mending kita istirahat dahulu, masih ada waktu satu jam. Kita bisa sholat dahulu, lalu makan siang. Setelah itu menyiapkan untuk tahap kedua, jika kalian terpilih. Ingat! Setelah sholat, jangan lupa berdoa!"

"Siap Bu!"

_______________________________________________
To Be Continue

Ini harinya fullsun ya. Selamat ulang tahun Haechan!🐻💚

Mau promosi sedikit!

Tada! Aku ada cerita baru spesial Haechan birthday

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tada! Aku ada cerita baru spesial Haechan birthday. Yang penasaran boleh langsung cek lapak sebelah. Karena narasinya sudah di publish hari ini, walaupun baru prolog sih. Kalau suka jangan lupa masukkan ke library kalian ya, jangan lupa voment juga!

See you in the next chapter!

Terima kasih.

Piala untuk Ayah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang