18 : Olimpiade Fisika

826 70 0
                                    

Happy Reading!



Di pagi hari yang cerah ini, Raga sudah siap dengan seragam sekolahnya. Hari ini merupakan hari dimana olimpiade Fisika akan dilaksanakan. Olimpiade kali ini dilaksanakan di sekolah SMA Negeri 2 Jakarta. Hanya butuh waktu tempuh 1 jam dari SMA Gardapati.

Sebelum keluar kamar. Raga sempat menghela napas panjang, mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Dalam hati, dirinya bertekad untuk memenangkan olimpiade ini. Dirinya ingin membuat ayahnya bangga padanya.

Walaupun dalam hati dirinya merasa tak yakin, ayahnya akan senang atau tidak. Sebab, sudah banyak piala olimpiade yang Raga menangkan. Namun, respon ayahnya selalu sama, acuh tak acuh saat didepannya. Tetapi, jika didepan kolega bisnisnya, ayahnya akan terlihat seolah membanggakan juga menyayangi dirinya.

Faktanya yang selalu ayahnya lakukan didepan koleganya hanyalah sebuah kebohongan semata, sebuah tipuan agar mereka percaya. Miris sekali!

Oke, lupakan cerita sedih dan miris itu. Lebih baik jika kita mendukung Raga saja!

Raga menarik kursi meja makan, tepat didepan sang ayah yang saat ini sedang membaca koran ditemani dengan secangkir kopi. Tangan Raga meraih piring bersih juga sendok disebelahnya, dan mengambil satu centong nasi goreng kesukaannya.

Ayah Raga melirik sekilas pada putranya, dirinya melipat koran ditangannya. Menyeruput kopi hitam buatan bi Munasih.

Selesai dengan sarapan paginya, Raga mulai membuka suara, "Ayah hari ini sibuk?" tanyanya pelan.

"Tidak, kenapa?" tanya ayah Raga.

"Hari ini olimpiade Fisika yang Raga ikuti dilaksanakan, Ayah mau kan datang ke tempat olimpiade-nya?"

Saat ayah Raga menatap Raga, ada nada dan tatapan penuh harap dari wajah sang anak. Mau tak mau ayah Raga mengangguk mengiyakan.

Sontak saja, saat melihat anggukan yang diberikan ayahnya, Raga dengan refleks tersenyum, walaupun sebuah senyum kecil.

"Terima kasih," ucap Raga pelan. Dirinya berdiri memutari meja makan, mendekati sang ayah. "Raga pamit dulu," lanjutnya setelah menyalami tangan sang ayah.

"Hati-hati!" balas ayah Raga yang sekarang sedang sibuk dengan ponsel ditangannya.

Lagi, senyum Raga kali ini begitu lebar. Akhirnya, dirinya mendengar ucapan itu lagi.

Ah, rasa-rasanya Raga menjadi memiliki semangat yang membara dan lebih tinggi dari sebelumnya untuk olimpiade kali ini.







"Si Raga kemana sih anjir? Lama banget," dumel Janu yang saat ini sedang menunggu kedatangan Raga di parkiran SMA Gardapati bersama Jesa dan Rangga, disana juga ada Josep, Kenzo dan Jean. Rencananya kelima orang itu akan ikut ke SMA Negeri 2 Jakarta untuk menjadi suporter Raga dan Janu. Ada juga beberapa siswa dari kelas sepuluh hingga dua belas yang akan ikut serta.

"Sabar elah, jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh," balas Jesa yang sedari tadi sedang asik memakan bubur pengkolan sekolah.

Tak berselang lama suara mesin motor mengalihkan perhatian mereka, itu Raga. Keenam orang yang menunggu tadi langsung menghampiri Raga.

Piala untuk Ayah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang