10 : Kesialan yang Hakiki

946 63 0
                                    

Happy Reading!



Pagi ini, Raga bangun kesiangan sebab saat tadi malam, dirinya bergadang hingga larut malam. Ia tak berhenti-hentinya mengeluarkan decakan dan umpatan, karena itu juga dirinya tidak sempat sarapan.

Boro-boro memikirkan sarapan, yang ada dipikiran Raga saat ini adalah bagaimana caranya supaya ia tidak kesiangan ke sekolah. Dan tidak kena hukuman oleh guru BK.

“Sialan, mana ini hari Senin, upacara,” umpat Raga untuk yang kesekian kalinya, Disela-sela dirinya mengendarai motor.

Sesampainya di depan gerbang sekolah SMA Gardapati,  Raga hanya bisa menghela napas kasar. Sepertinya Senin pagi ini, dewi fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Gerbang sekolah sudah tertutup rapat, bahkan terkunci.

“Kesialan yang hakiki,” gumam Raga. Sudah bangun kesiangan, gerbang sekolah sudah ditutup, tidak ikut upacara pula. Dan pastinya, Raga yakin akan ada hukuman yang menanti dirinya.

Raga turun dari motornya, berjalan mendekati gerbang. Kepalanya maju mendekati gerbang besi itu, matanya melihat dari balik celah pagar, terlihat upacara sedang berlangsung. Obsidiannya bergulir kearah samping, disana ada teman sekelasnya, Josep. Yang pastinya kesiangan juga, terbukti dengan adanya dia di luar gerbang sama seperti dirinya.

“Telat juga lo?” tanya Raga basa-basi.

“Udah biasa kalau gue,” balas Josep santai. “Kalau lo yang sekarang telat, baru aneh. Gak biasanya lo telat Ga, kenapa?” lanjutnya bertanya.

“Gue bangun kesiangan, semalam bergadang main sampai larut,” jelas Raga yang diangguki Josep.

“Lo mau ikut gue gak?” tanya Josep

“Kemana?” Raga bertanya balik.

“Masuk ke dalem, tapi bukan lewat sini. Kita lewat jalan pintas.”

“Terus motor gue?” tanya Raga sangsi.

“Gampang kalau itu, lo titipin aja ke warung belakang sekolah.”

Raga terlihat berpikir, matanya melirik pada motornya, lalu pada Josep yang sedang memainkan pulpen ditangannya. Ajakan Josep boleh juga, daripada dia harus balik lagi ke rumah, terus kalau tiba-tiba ayahnya pulang, atau masuk melalui gerbang, yang ada dirinya menjadi pusat perhatian karena telat. Lebih baik dirinya mengikuti Josep saja.

“Jadi gimana? Mau ikut gue gak lo?”

“Yaudahlah, ayo!”

Raga menggeret motornya dengan sedikit terburu-buru, dibantu dengan Josep yang mendorong motornya dari belakang. Ia benar-benar menitipkan motor kesayangannya di warung belakang.

“Bang, gue nitip motor temen gue ya,” ucap Josep kepada pemilik warung.

Saat motornya sudah aman, Raga dan Josep berjalan pada sebuah pohon besar yang terhubung dengan tembok beton yang membentengi area sekolahnya, mereka memanjat pohon tersebut dengan perlahan.

Bugh

Itu suara kaki yang menuruni tanah. Dan ya, sekarang mereka sudah berada di dalam area sekolah. Saat keduanya akan melangkahkan kakinya ke arah kelasnya, sebuah suara menghentikan langkah pelan itu.

“Mau mencoba kabur dari hukuman?”

Secara praktis Raga dan Josep berbalik, saat melihat orang di hadapannya, Raga langsung menundukkan kepala, tidak dengan Josep yang malah memberikan cengiran khasnya. Itu pak Yasya, guru BK di SMA Gardapati.

“Sudah kesiangan, tidak ikut upacara pula,” sindir pak Yasya. “Kalian berdua ikut saya!” perintah pak Yasya yang langsung dilakukan Raga dan Josep. Mereka berdua berjalan mengekori langkah pak Yasya.

Pak Yasya membawa Raga dan Josep ke perpustakaan. Dahi Raga mengerut bingung, sedangkan Josep masih terlihat santai. Dia tahu mengapa guru yang terkenal dengan ketegasannya ini membawa ia dan Raga kesini.

“Kalian bersihkan buku-buku ini. dan satu lagi, jika sudah bersih, susun kembali ke rak! Bersihkan juga perpustakaan ini.” Nahkan pasti hukuman ini, batin Josep.

“Jangan main-main! Bapak akan memantau kalian dari ruang monitoring CCTV. Setelah selesai, kalian langsung ke kelas,” lanjutnya, lalu berjalan meninggalkan kedua muridnya.

Sesuai dengan yang di perintahkan pak Yasya. Raga dan Josep langsung menjalankan hukuman mereka. Mereka berpencar, dan mulai membersihkan buku yang terlihat sudah berdebu itu.

Area perpustakaan yang mereka kunjungi adalah area paling pojok, tempat yang jarang dikunjungi siswa-siswi. Karena buku dibagian pojok memang sudah berdebu. Dan lagi, sebenarnya perpustakaan SMA Gardapati ada dua. Yang ini merupakan perpustakaan yang jarang para murid singgahi.

“Lo tiap dikasih hukuman, selalu bersihin ini?” tanya Raga memecah keheningan. Tangannya mengusap-ngusap buku berdebu itu dengan tisu.

“Enggak, kalau di hukum suruh ngebersihin perpustakaan baru kali ini. biasanya gue di suruh bersihin toilet atau sekedar berdiri di depan tiang bendera di lapangan,” jelas Josep.

“Gak capek apa lo di hukum hampir setiap hari?” tanya Raga lagi, sebab Josep itu merupakan salah satu langganan guru BK, dan orang yang sering mendapat hukuman, sebab tingkah dan kelakuannya yang bisa dibilang brandalan.

Josep menggelengkan kepala. “Biasa aja.”






Ini sudah jam istirahat pertama, Raga dan Josep sudah menyelsesaikan hukuman mereka bertepatan dengan bunyinya bel istirahat. Jadi mereka berdua memutuskan untuk langsung saja ke kantin.

Mereka merasakan haus dan lapar, apalagi Raga yang belum makan sejak tadi pagi. Mereka berdua yang sedang anteng menunggu pesanan, dikejutkan dengan gebrakan meja.

“Lo berdua kena hukuman ya?” tanya orang itu, jesa.

“Ngagetin gue aja lo anjing,” balas Josep kesal sembari mengelus dada.

Jesa tak menghiraukan balasan Josep. Dirinya menatap aneh pada sang sahabat. “Lo Ga, tumben-tumbenan lo bisa kesiangan,” ucapnya.

“Santai kali Je,” balas Raga santai. “Gue kan juga manusia, bisa juga kesiangan.”

“Iya juga sih,” gumam Jesa. Matanya berpendar mencari seseorang yang sudah membuat mukanya cemong minggu lalu. Saat sudah menemukannya, Jesa langsung menghampiri orang tersebut, yang sedang bercanda dengan teman-temannya.

“Kemana lo Je?” tanya Raga.

“Gue mau balas dendam.”

_______________________________________________
To Be Continue

_______________________________________________To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Josep

(Source picture by pinterest)

Visual akan terus bertambah, seiring dengan kebutuhan cerita!

Jangan lupa voment, juseyo!

Terima kasih

Piala untuk Ayah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang