21 : Menunggu

866 74 0
                                    

Happy Reading!




Dua hari telah berlalu sejak hari dimana Olimpiade Fisika diadakan, kini Raga sedang berada di dalam mobil sang ayah. Entah angin darimana, yang pasti sangat membuat Raga syok, ayahnya mengajaknya untuk berangkat sekolah bersama, ingat! Satu mobil dengannya!

Karena jika diingat-ingat, sejak dirinya masuk sekolah menengah atas, hingga sekarang sudah berlalu hampir tiga tahun, ayahnya tidak pernah lagi mengajaknya berangkat sekolah bersama, membuat Raga selalu berangkat sendiri menggunakan motor, angkutan umum atau menumpang pada Jesa.

Tentu saja, saat ia ditawari ajakan itu, Raga langsung menerima dengan senang hati. Selama dua hari ini Raga rasanya selalu dilingkupi rasa senang, sebab ayahnya banyak berubah, menjadi lebih sering mengajaknya berbicara, dan rautnya pun tidak terlalu dingin seperti biasanya.

Raga berharap, semoga kedepannya sikap ayahnya akan selalu seperti ini.

"Raga masuk ya Yah, terima kasih!" Raga menyalami tangan sang ayah.

"Iya," balas Julian seraya menepuk kepala putranya dua kali. "Belajar yang bener!"

"Siap!" balas Raga

"Nanti, pulangnya bareng sama saya."

"Oke, Ayah!" balas Raga penuh semangat.

Semoga, ini awal yang baik untuk kedepannya, batin Raga.

"Wuih, kayaknya ada yang seneng nih," celetukan dari seseorang membuat Raga yang sedang memperhatikan mobil yang dikendarai ayahnya melaju menghilang dari pandangannya menoleh pada sumber suara.

"Kenapa lo? Seneng banget kayaknya," imbuhnya seraya merangkul bahu Raga.

Raga hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, lalu balas merangkul bahu seseorang tersebut yang tak lain sahabatnya, Jesa.

"Ah, gak seru lo, masa balesannya cuma gelengan," ucap Jesa seraya mulai melangkahkan kakinya memasuki area sekolah.

Raga mendengus. "Terus, gue harus gimana?"

"Ya, seenggaknya jawab kek pakai suara."

"Yaudah, nih, gue gak apa-apa. Cuma lagi keinget sesuatu aja."

"Keinget siapa?" Jesa memicingkan matanya menatap sang sahabat karib. "Mikirin si Tania ya?"

"Apaan? Mantan di pikirin," balas Raga seraya merotasikan kedua bola matanya.

"Ya, siapa tahu kan lo belum move on," ucap Jesa seraya meledek Raga.

"Bukannya lo ya? Yang belum bisa move on dari si Sherly?" Raga malah balik meledek Jesa.

Jesa terdiam, sebelum mengumpat, "Anjing lo Ga! Gue kan jadi keinget dia."

"Lo ya yang anjing, gue kan cuma balikin apa yang lo ucapin, jadi ya, gak usah marah gitu dong."

Perbincangan tentang mantan itupun berakhir sampai disana, keduanya memilih tak melanjutkannya dan lebih memilih mengalihkan pembicaraan.

"Lo gak bawa motor?" tanya Raga yang dibalas gelengan kepala oleh Jesa.

"Kenapa?"

"Gue tadi pagi berangkat bareng Jean."

"Terus, sekarang si Jean-nya kemana?"

"Gak tahu." Jesa mengedikkan bahunya. "Tadi sih, gue lihat dia sama si Kenzo, mungkin udah ke kelas."


Piala untuk Ayah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang