20 : Senang

916 86 1
                                    

Happy Reading!



"Kita menang?" tanya Janu pelan sesaat setelah mendengar pengumuman dari juri olimpiade yang mengatakan jika mereka memenangkan olimpiade kali ini.

"Gue dengernya sih iya," balas Raga pelan, keduanya seperti orang bingung setelah mendengar pengumuman tersebut.

"Kalian kenapa kayak bingung gitu?" tanya bu Meta yang saat ini sudah berdiri di hadapan keduanya. "Kalian menang lho, juara pertama olimpiade Fisika."

Ketiganya sedang berada di pinggir, sembari melihat juara dua dan juara tiga sedang diberikan piala dan beberapa hadiah olimpiade lainnya.

"Kita senang Bu, cuma ketutup sama rasa heran aja, perasaan tadi kita ngisinya banyak yang salah." Janu menjawab pertanyaan yang terlontar dari bu Meta.

Bu Meta tersenyum kecil saat mendengar jawaban Janu. "Ya, kalian hanya salah sepuluh soal, sedangkan yang tadi bersama kalian di babak final salah lima belas soal. Jadi, kalian yang berada di posisi pertama."

"Aduh Bu, saya masih spechlees," celetuk Raga membuat bu Meta terkekeh pelan. Keduanya pintar, tapi kadang-kadang seolah melupakan.

"Sudahlah, sekarang tunjukan raut senang kalian. Lihat, teman-teman kalian heboh sekali sedari tadi."

Baik Raga maupun Janu langsung menoleh ke arah tribun, benar saja. Banyak teman-teman mereka yang berteriak menyuarakan rasa senang juga bangga mereka kepada Raga dan Janu. Keduanya langsung melambaikan tangan masing-masing, sebagai jawaban dari teriakan teman-temannya.

"Selamat ya, Ibu tahu kalian pasti bakalan jadi pemenangnya," ucap bu Meta.

Ucapan bu Meta, membuat Raga dan Janu menolehkan kepalanya pada guru Fisika mereka.

"Ah, iya Bu, terima kasih. Ini juga berkat bantuan Ibu yang gak pernah absen ngajarin kita berdua," balas Raga.

"Iya Bu, kita juga mau bilang terima kasih sebanyak-banyaknya buat Ibu," timpal Janu. "Tanpa Ibu, kita belum tentu bisa menang di olimpiade Fisika ini."

Bu Meta tersenyum bangga dengan sikap keduanya yang kata murid-murid lainnya merupakan musuh bebuyutan itu. "Itu sudah tugas Ibu sebagai tenaga pendidik."


"GILA, BESTIE GUE KEREN BANGET KELUAR SEBAGAI PEMENANG!" pekik Jesa seraya tersenyum saat melihat Raga dan Janu yang sedang diberikan piala.

Rangga yang berada disebelahnya tak mau kalah, ia ikut memekik, "SAHABAT GUE JUGA KEREN TUH." Matanya menatap Janu dengan rasa bangga. "Kalau bukan karena Janu, si Raga mana mungkin bisa menang," lanjutnya yang membuat Jesa, Kenzo, dan Jean menoleh pada Rangga, begitupula dengan Josep yang berada di sisi sebelahnya.

"Lo remehin sahabat gue?" tanya Jesa sedikit emosi.

"Enggak," balas Rangga santai.

"Ish, kalau gue gak inget si Janu sama Raga sekarang udah jadi temen, udah gue bogem lo Rang."

"Udah Bang, sabar!" Jean mengelus bahu sang abang. "Kita maklumi aja sikap Bang Rangga, kayaknya dia kekurangan kasih sayang pacar deh," lanjutnya berbisik sepelan mungkin, membuat Jesa dan Kenzo yang mendengar langsung tertawa terbahak-bahak. Membuat Rangga dan Josep yang tak mendengar hanya mengernyitkan dahinya merasa heran.

"Gila," gumam Rangga sarkas.


"Selamat ya atas kemenangan kalian berdua di olimpiade Fisika ini, Bapak senang sekali melihatnya." Pak Tikno, kepala sekolah SMA Gardapati langsung memberikan selamat pada Janu dan Raga yang sudah turun dari podium dan sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. "Terima kasih juga, karena sudah mengharumkan nama sekolah dengan kemenangan yang kalian raih."

"Tidak perlu berterima kasih Pak, itu sudah tugas kami sebagai siswa di SMA Gardapati." Janu mengangguk menyetujui ucapan Raga.

Pak Tikno tersenyum. "Kalau begitu, silahkan nikmati kemenangan kalian, setelahnya kita akan kembali ke sekolah."

"Baik Pak."

"Gila! Kalian berdua keren banget tadi," ucap Kenzo setelah kepergian pak kepala sekolah. "Sesuai janji, karena kalian berdua menang, gue bakalan traktir kalian selama seminggu di sekolah."

"Wih, gue seneng nih yang begini." Raga merangkul bahu Kenzo dan Jean yang berada di dekatnya. "Btw, makasih ya."

"Kita gak dapet traktiran nih?" tanya Josep setelah selesai berbicara dengan Janu.

"Dapet kok, cuma sehari tapi," jawab Kenzo santai.

"Kok aneh, Bang Janu sama Bang Raga seminggu, kita cuma satu hari?" Jean memberikan protesan.

"Ya kan, yang ikut olimpiade cuma mereka berdua, bukan lo," jelas Kenzo seraya memutarkan bola matanya malas.


"Jadi, kita berangkat sekarang nih ke sekolah?" tanya Josep setelah mereka menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk merayakan juga merasakan euforia  yang menghinggapi mereka sebab kemenangan Janu dan Raga.

"Nanti dulu, tunggu Bu Meta sama Pak Tikno dulu. Biar barengan," jelas Rangga membuat semuanya mengangguk menyetujui.

"Raga!"

Panggilan dari seseorang yang terdengar familiar di gendang telinga itu membuat Raga menoleh, begitupula dengan sahabatnya yang lain.

"Ayah," gumam Raga. "Itu, beneran?" lanjutnya sebab merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Disana, tak jauh dari ia dan para sahabatnya berdiri. Netranya menangkap perawakan tubuh tinggi sang ayah yang berjalan mendekati dirinya bersama dengan papa Janu.

Dapat Raga lihat, ada senyum tipis yang ayahnya berikan kepadanya, membuat Raga sempat tertegun.

Hingga tak berselang lama, sebuah senyuman senang tersungging di bibirnya. Jadi, ayahnya datang? Benarkah? Dirinya tidak salah lihat kan? Ya Tuhan, Raga senang sekali sekarang.

"Om!" sapa Jesa seraya menyalami tangan ayah Raga dan tangan Papa Janu bergantian dengan yang lainnya.

Julian tersenyum kecil, begitupula dengan sahabat SMA-nya yang ternyata merupakan ayah dari partner olimpiade Raga.

"Saya, boleh pinjam Raga sebentar?" tanya Julian yang tentu saja diangguki oleh semuanya, tidak mungkin kan mereka melarang Julian, yang notabenenya ayah kandung Raga?

"Om, Raga ke Ayah dulu!"

"Oh iya, silahkan Nak Raga."

"Gue, ikut Ayah dulu!" Raga kembali berpamitan, yang kali ini ditujukan untuk sahabat-sahabatnya sebelum beranjak menjauhi mereka beserta papa Janu.


"Ayah, terima kasih!" ucap Raga penuh ketulusan disertai dengan senyuman kecil.

Julian mengerutkan keningnya merasa tak mengerti. "Untuk apa?"

"Terima kasih, karena sudah mau datang. Raga senang banget." Raga masih tak melunturkan senyumannya.

"Hm," balas Julian. "Kebetulan saya lagi gak ada jadwal apa-apa."

"Selamat, karena sudah memenangkan olimpiade Fisika ini!" imbuhnya membuat Raga semakin mengembangkan senyumannya menjadi lebih lebar.

_______________________________________________
To Be Continue

A/N

Hello guys!

Apa kabar? Semoga selalu baik-baik saja, aamiin!

Ada yang masih baca book ini gak sih?

Sorry sudah membuat kalian menunggu, selama dua bulan ini. Dan terima kasih kepada kalian yang masih setia dengan book ini.

See you in the next chapter

Terima kasih.

Piala untuk Ayah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang