Bagian #60

108 3 0
                                    

Author pov

Nia merasakan dilema dalam hatinya kenapa semua yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya terjadi. Nia tertawa hambar sebagai penghilang rasa gugupnya.
"Kak, kamu ini lucu sekali, ga banget sumpah bercandanya," kilah Nia.
"Tidak Nia, aku seriusan," tolak Esa.
"Kakk, kak Esa kan tahu sendiri bagaimana keadaan aku sekarang bukan," ujar Nia.
"Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini terus Nia, selalu berlari dari perasaan yang pernah membuatmu terluka, seharusnya kamu melawannya Nia." Cicit Esa.
"Kak, bukannya kak Esa mengajakku kesini untuk bersenang-senang?, kenapa jadi ambigu begini sih," dongkol Nia.
"Maafkan aku Nia." Sesal Esa.
"Aku mau pulang," ujar Nia.
"Baiklah, tunggu disini biar ku ambil kendaran terlebih dahulu." Titah Esa.
"Tidak, aku bisa pulang sendiri," tolak Nia.
"Jangan gegabah, biar aku antar pulang," sela Esa.
"Ok," singkat Nia tak mau berdebat lagi.

Selama didalam perjalanan tidak ada satupun percakapan dari keduanya, suasana sangat canggung Esa fokus dengan setirnya dan Nia entah apa yang sedang ia pikirkan, saat ini ia sibuk memandangi germelapnya kota Dubai.

Sesampainya di parkiran Esa menghentikan mobilnya tanpa keluar dari dalam mobil. Esa memperhatikan Nia yang tidak disadari terlelap tidur dikursi sebelahnya.
"Aku hanya ingin kamu bahagia, bukan aku sebagai dokter kamu tapi sebagai orang yang paling kamu butuhkan, sayangi dan kamu cintai Nia, hanya itu."  Ucap Esa.
Lama memandangi Nia akhirnya dengan lembut Esa mengguncang lengan Nia guna membangunkan dari tidurnya.

Terdengar lengkuhan dari Nia "udah sampai kak?" Tanya Nia.
"Sudah, baru saja sampai," alibi Esa.
"Aku keflat dulu, sampai ketemu besok kak," pamit Nia yang segera membuka pintu mobilnya untuk turun.
"Tunggu!" Sela Esa kemudian ikut turun mendatangi Nia.
"Ada apa lagi kak?" Kepo Nia.
"Dengerin aku dulu," titah Esa.
"Apa yang harus aku dengarkan kak," keluh Nia.
"Nia, jangan jadikan masa lalu kamu sebagai perisai untuk menolak perasaan orang lain terhadapmu, tapi jalani saja mungkin sedikit demi sedikit bisa membuat kamu lupa akan luka sebelumnya." Titah Esa.
"Akan aku usahakan, tapi tidak untuk saat ini, aku butuh waktu lama." Terang Nia.
"Aku harap kamu tidak seperti pohon pisang yang punya jantung tapi tidak punya hati, jangan lupa istirahat, kurangi begadang." Cicit Esa.

Mobil Esa kini sudah tidak terlihat lagi namun Nia masih setia berdiri ditempatnya "aku bukannya tidak punya hati, hanya saja aku menjaga hati  biar ga sakit lagi, rasanya tuh ngena banget, aku harap kamu mengerti kak, bagiku sekarang kaulah malaikat pelindungku saat ini seperti kak Adli, maafkan aku belum bisa menerima perasaanmu kak," lirih Nia.

Dihari berikutnya Nia sangatlah sibuk menyiapkan semua data dan keperluan koasnya di Al Zahra Hospital. Hampir setiap hari Nia bolak balik kampus rumah sakit guna melakukan tugasnya sebagai mahasiswa dan calon Dokter muda.
Kini Nia tengah terduduk lesu di tempat rehat mahasiswa koas yang sudah disiapkan, demi memfokuskan tugasnya sekarang ini Nia memutuskan menonaktifkan ponselnya terkecuali malam hari setelah pulang dari rumah sakit.

"Sedang istirahat Dokter Nia?" Tanya David Dokter specialist bedah.
"Oh iya nih dok," jawab Nia.
"Denger-denger ruangan kamu sudah siap, nanti kamu bisa beristirahat diruanganmu," cicit David.
"Wah saya jadi tidak enak hati Dok, padahal disini juga bagus tempatnya," kilah Nia.
"Disini memang diperuntuhkan untuk Dokter magang sama Suster jadi wajar tempatnya menyesuaikan." Terang David.
"Pantas saja Dok," ujar Nia.

"Pantas saja Dok," ujar Nia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Idol My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang