Bagian 8

760 26 4
                                    

Author pov

Selama dalam perjalanan pulang tak henti-hentinya nia mengucap syukur karna bisa tinggal dan berkuliah di negara yang termaju di dunia yakni dubai UEA.

Selayang pandang di pinggiran jalan berderet bangunan nan megah namun mata nia terhenti berkedip seraya melihat sesuatu yg indah dan berwarna itulah masjid niapun minta berhenti .
" paman , saya turun di sini aja " pinta nia
" maaf nona belum sampai tujuan nanti laporan saya bagaimana " tanyanya
" saya mau sholat dulu paman " ucap nia
" kalo begitu sholatlah dulu nona saya tunggu disini " jawabnya
" saya jadi ga enak sama pamannya " keluh nia
" gapapa nona sekalian saya beristirahat di sini " ujarnya
" oke deh kalo begitu saya sholat dulu ya " jawab nia
Nia pun bergegas menuju masjid tersebut dan berlalu menuju tempat wudhu setelah itu niapun berjalan ke dalam masjid.

Di tempat lain handam dkk melaju cepat dengan mobilnya memerobos jalanan kota dubai yang sedikit lenggang dari biasanya.
" uncle kita sholat dulu ya di masjid depan " ajak hamdam
" okay " jawab uncle
Sesampainya di masjid hamdan langsung memarkirkan mobilnya hamdan bingung karna ada sebuah mobil terpakir dan di anak tangga ada sepatu wanita yang tak asing baginya.
" permisi, anda menunggu seseorang paman " tanya hamdan
" eh sheikh hamdan , iya sheikh lagi nunggu seseorang dia lagi sholat di dalam " jawabnya
" silahkan ,saya masuk dulu " pamitnya
Dan berlalu menuju pintu masuk masjid menuju tempat wudhu dia pun melihat wanita sedang berdoa meminta kepada sang kuasa sampai terdengar isakannya akhirnya hamdan melaksanakan sholatnya.

Nia yg sudah melaksanakan sholatnya berjalan menuju jendela guna merapikan hijabnya sesekali sambil menyanyikan sebuah lagu

" oke mungkin aku tak akan
Jadi yang pertama tuk mengungkapkan
Jika kau merasakan yang kurasakan
Shoot me now
Shoot me now

Oke mungkin aku takkan bisa
Ku tak mau menunggu lebih lama
Katakanlah semua yang kau rasa
Shoot me now
Shoot me now "

Niapun bergoyang sedikit dan menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan tanpa di sadari ada sesosok pasang mata tengah melihatnya tak hentinya tersenyum geli melihat apa yang di lihatnya.
Di saat yang sama nia berbalik badan setelah selesai merapikan hijabnya kaget bukan maen karna ada seseorang disana yang sedang tersenyum sendiri.
Menyadari apa yang di tertawainya melihatnya hamdanpun bergegas menghampiri nia.
" sheikh ada di sini juga " tanya nia polos
" kita bertemu lagi ya " jawab hamdan
" ternyata negara anda kecil sheikh " guraunya
" kecil ya " jawab hamdan singkat
" iya buktinya kita bertemu lagi hadehhhh " asal jawab aja nia
" mungkin jodoh " ledek hamdan
" johan donk " tak kalah jahilnya
" johan ??? " keningnya berkerut tanda tak mengerti
" hehehe " nia terkekeh terus menjawab lagi " jodoh di tangan tuhan " sambil tersenyum tipis
" tadi pamitnya pulang koq malah kesini " tanya hamdan
" tadinya sih iya tapi begitu melihat masjidnya ini jadi lupa pulang pengennya kesini " jawab nia polos
" hmmm begitu ya " hamdan bergumam dan berkata lagi " kamu tinggal di mana ? Di asrama buat mahasiswi beasiswa ato??? Tanya hamdan
" ga sheikh ,saya ga tinggal di asrama yang di sediakan kampus dan saya lebih senang tinggal di tempat lain itung-itung bisa mandiri " seringai nia sambil senyum tipis
" bukannya dengan kamu kuliah di sini sudah termasuk mandiri " ujar hamdan
" iya juga sih tapi kan masih aja ada bantuan dari kakakku juga makanya mending kalo bener-bener mandiri biar nantinya ga ketergantungan apalagi manja " jawab nia panjang x lebar
" dimana orangtua kamu " padahal dalam hati dia sudah tahu hanya ingin lebih jelas dari yang bersangkutan
" orang tua ku sudah bahagia sama alloh swt sheikh " polosnya nia
" maksudnya " sambil mengangkat salah satu alisnya
" orangtuaku wafat pasca bencana di negara kami sheikh hanya saya dan kakaku yang selamat " curhatnya
" maaf tentang ini saya tidak tahu " sedih hamdan
" iya gapapa kan sekarang orangtuaku udah bahagia di sana cukup kirimkan doa sepanjang hari dan paling di khususkan di malam jumat karna mereka pada pulang " curcol nia
" rasanya pasti sangat tersakiti kehilangan orang yang kita sayang dan akupun juga pernah merasakan kehilangan orang yang tersayang " ucap hamdan
" kehilangan ??? Sheikh juga pernah kehilangan" bergumam dalam hati ah pasti kehilangan kekasihnya kan dia pernah gagal nikah sama kek aku " kekasih ya sheikh " tanya nia hati-hati
" bukan tapi kehilangan kakak tercinta yang selalu suport dan menjadi rifal terbaikku " sedih hamdan
" sheikh rashid maksud anda sheikh " ujar nia
" iya hampir aku menjadi gila di saat itu kalo tidak semua orang mensuportku
" kelah hamdan
" iya lah sheikh pasti semua akan melakukan seperti itu kan ga mungkin juga kita terpuruk di posisi itu "ujar nia yg di ikuti angkukan hamdan.
Tiba uncle saeed dkk datang dan ikut bergabung dg kita dengan datangnya uncle datang pulang hujan yg tiba-tiba turun dengan derasnya .
" waduh koq hujan sih " keluh nia yang terdengar hamdan
" bagus donk kan dubai jarang turun hujan " jawab hamdan
" apa iya jarang turun hujan " tanya nia
" iya nia dubai sama aja dengan tanah arab lainnya yang gersang makanya kalo hujan datang warga arab sungguh bahagia " ujar uncle saeed
" betul apa yang di katakan uncle " sergah hamdan
Nia hanya manggut-manggut

My Idol My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang