"Dunk, ini Joong, dia model dari agensi lain. Kali ini, dia akan berada satu tim dengan kamu dan Pond." Managernya memperkenalkan sosok cowok yang dua atau tiga centimeter lebih tinggi dari Dunk itu.
"Joong. Aku sudah sering melihat kamu berjalan di runway, melihat fotomu di majalah dan sering menemukan iklan yang kamu bintangi!" Joong mengulurkan tangannya, berkata seolah sedang menunjukkan kekaguman dan pujiannya kepada Dunk tetapi di sisi lain wajahnya begitu datar dan tak ada senyum sama sekali.
meski demikian, sebagai seseorang yang dididik dengan baik, Dunk tetap menerima uluran tangan Joong dan menjabat tangan besar cowok itu. Tapi, dia memilih hanya menjawab dengan singkat.
"Panggil saja, Dunk!"
Oh, setidaknya Dunk masih memberikan senyumannya.
"Ada sungai di sebelah sana. Aku dengar para kru sedang membahas untuk kemungkinan mengambil gambar di sana besok. Bagaimana kalau kita ikut memeriksa!" Pond mengajak Dunk dan Joong.
Dunk diam. Dia ingin tapi juga malas di saat yang sama. Sebagai individu yang lebih suka berada di dalam ruangan, Dunk memang sering kali malas untuk pergi ke tempat yang mungkin membuatnya harus berjalan jauh. Tapi, dia menyukai hutan itu dan rasanya sangat nyaman berada di sana.
"Tidak bisa. Kalian harus segera bersiap, pemotretannya akan dilakukan dalam satu jam!" manager mengingatkan mereka, dan segera setelah itu, Pond terkekeh.
Cowok itu mencoba merayu manager agar diizinkan membawa Dunk dan Joong untuk mengikuti beberapa kru yang akan pergi ke sungai, meninggalkan Dunk hanya berdua saja dengan Joong di bawah pohon yang tinggi.
Angin bertiup lebih kencang sehingga bunga-bunga seukuran setengah kuku jari yang berwarna putih berjatuhan menghujani mereka. Dunk mendongak lagi, menyaksikan keindahan hujan bunga itu dan juga menikmati aroma wangi yang membuatnya merasa seperti ingin tidur nyenyak.
'Bunga ini akan terus ada sampai kamu aku temukan sekali lagi!'
Dunk mendengar seseorang berkata padanya, tapi saat dia menoleh ke arah Joong, cowok itu hanya sedang memandangnya tanpa mengatakan apapun.
"Apa?" Dunk bertanya pelan.
"Apanya yang apa?" Joong balik bertanya.
"Bukankah kamu baru saja mengatakan sesuatu kepadaku?" tanya Dunk lagi.
Joong menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mengatakan apapun!" jawab cowok tinggi itu.
Dunk mengerutkan keningnya lagi, tapi Joong sudah terebih dahulu meninggalkanya. Angin berhenti dan hujan bunga-bunga kecil berwarna putih itu juga berhenti.
"Dunk, apa yang kamu lakukan di sini?" Win bertanya.
Dunk menoleh dan mendapati Win menatapnya dengan tatapan heran. Dunk tersenyum. Dia menurunkan padangannya sedikit dan menemukan bahwa tanah yang dia pijak bersih dari bebungaan apapun.
"Tidak apa-apa, Kak. Aku pikir aku hanya kelelahan!" Dunk menjawab sambil tersenyum.
Win mengangguk-angguk kecil lalu mengajak Dunk untuk mendekati para kru yang sedang menyiapkan tenda untuk tempat mereka bersiap.
***
Bulan bersinar di langit yang cerah, tapi hanya ada sedikit bintang di sana.
Dunk tertawa mendengar cerita dari penata riasnya. Lelaki yang sedikit centil itu menggoda Pond karena beberapa kali bersin setelah nekat bermain air di sungai.
"Oh ya, Dunk. Apakah kamu memakai produk tertentu akhir-akhir ini?" tanya penata rias itu sambil mengusap wajah Dunk yang lembut menggunakan kapas.
"Tidak kok. Hanya produk yang biasanya saja." Dunk menjawab sambil memejamkan matanya agar make up pada matanya bisa dihapus dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Concubine (END)
Fantasy(Warning: Boyslove, fantasi) Mimpi itu berulang, dan anehnya saat Dunk memposting apa yang dia lihat dalam mimpinya, dia menemukan bahwa ada orang lain yang juga mengalami mimpi yang sama persis. Setelah mimpi itu mulai muncul, perlahan dia merasaka...