Persamaan

441 51 4
                                    

Dunk membuka mata karena mendengar keributan kecil. Matanya menangkap gambaran taman yang indah, membuatnya bertanya sejenak tetapi kemudian sadar bahwa dia kembali bermimpi. Karena itulah, Dunk tidak merasa khawatir.

Hanya sebuah mimpi. Meskipun aneh, Dunk yakin dia tak akan mengalami masalah asalkan segera terbangun.

Keributan kecil yang dia dengar tadi rupanya datang dari gazebo lain yang berada di tengah kolam dengan teratai dan bunga-bunga air. Dirinya sendiri juga berada di sebuah gazebo, di atas sebuah alas empuk yang berwangi bunga. Di depannya, ada meja pendek yang berisi berbagai makanan, termasuk buah-buahan, madu dan daging.

Beberapa orang dengan pakaian yang seragam duduk tenang di bagian bawah gazebo tempatnya berada, membuat Dunk meyakini bahwa mereka adalah semacam dayang. Ada juga lelaki besar bersenjata di kanan dan kiri pilar gazebo yang dililit oleh mawar.

Dunk memperhatikan sekelilingnya dan akhirnya menyadari bahwa ada enam gazebo dengan ukuran yang sama mengelilingi kolam, dan sebuah gazebo yang lebih pendek berada di tengahnya, tempat beberapa orang menari dan memainkan alat musik. Di seberang gazebo-gazebo itu, ada tangga yang indah menuju ke sebuah gazebo lain yang jauh lebih besar. Saat Dunk mengangkat wajahnya, dia bisa melihat bahwa gazebo yang kebih besar dihiasi dengan tirai-tirai tipis berwarna putih dan ada dua orang di sana.

Mereka besar. Itulah yang bisa Dunk tangkap dari bayangannya.

Sementara di permukaan kolam tergambar tiga bulan dengan tiga warna yang berbeda. Keperakan, keemasan dan kebiruan. Dunk rkejut sampai hampir terjatuh dari posisinya, membuat seseorang yang rupanya trus berada di sampingnya bertundak cepat untuk menahan alas duduknya. Dia adalah ksatria yang sama, yang memakai baju zirah itu. Dia sama sekali tidak menyentuh Dunk.

"Anda sebaiknya lebih berhati-hati yang mulia, acara perayaan bulan purnama penuh masih akan berlangsung sampai tengah malam nanti!" Ksatria itu berucap.

Dunk hanya menganguk meski dia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Lagi pula mimpi dan logika tidak berjalan beriringan sehingga Dunk memilih untuk tetap duduk dan menyaksikan tarian-tarian dari gazebo di tengah kolam.

Waktu terasa berjalan lebih cepat, seolah ada yang menekan tombol percepatan dan membuat tengah malam datang dalam sekejab. Ksatria yang menjaga Dunk tetap diam saat seorang dayang dengan hiasan kepala memberitahukan bahwa Dunk sudsh bisa kembali ke taman abadinya.

Jangan kira akan paham, dia bahkan tak mengerti apa yang dayang itu maksud tetapi dia memutuskan untuk mengikuti alur mimpinya. Dunk berdiri dan turun dari gazebonya menuju ke jalan selebar dua meter yang mengelilingi kolam dan menghubungkan setiap gazebo.

Dayang-dayang mengikuti. Mereka semua beraroma harum seperti bunga-bunga, membuat Dunk merasa seperti sedang berada di sebuah ruangan yang dipenuhi bunga-bunga. Di saat yang sama seseorang turun dari gazebo yang akan Dunk lewati. Para dayangnya yang memakai seragam berlainan dari dayang yang mengikuti Dunk menunggu dengan posisi menunduk.

Dunk sengaja berhenti. Setidaknya dia ingin melihat siapa yang ada di gazebo sebelah. Gazebo indah yang dihiasi serbuk berpendar.

Wajahnya indah, Dunk harus mengakui sosok dalam balutan kain berwarna hijau alpukat itu manis dan cerah seperti bunga pagi yang baru saja mekar. Awalnya, Dunk hanya memuji penampilan sosok yang menurut perkiraannya berusia belasan tahun, lebih muda darinya dan lebih mungik. Akan tetapi kemudian dia merasa pernah melihat wajah yang sama.

"Ah, Peri. Cantik sekali! Aku mendengar bahwa selir agung ke tujuh adalah rayu peri dari rimba keajaiban, ternyata benar-benar indah. Apakah ingin berjalan kembali ke istanamu bersamaku? Ini pertama kalinya kita bertemu bukan?" Sosok itu melompati beberapa tangga dengan lincah.

Kakinya bagus dan terlihat sangat terlatih. Dunk tersenyum ketika sosok itu mendekatinya, sampai kemudian dia mendengar sebuah suara yang bergerak kecil.

Dunk kira, ada ikan yang bergerak di tepi kolam, di dekatnya. Tetapi, sosok di depanya melongok memeriksa kolam, membuat Dunk ikut menoleh. Sesuatu yang sangat besar bergerak di dalam kolam. Sesuatu dengan sisik berwarna emas dan bergerak menuju gazebo lain, melewati Dunk dan si manis hijau alpukat.

"Ular?" Dunk berseru.

"Yang Mulia!" yang lebih muda turut.

Dunk tidak sempat melihat apa yang terjadi selanjutnya karena air di dalam kolam mulai berombak dan berakhir menyiramnya. Begitu dia membuka mata, apa yang dia saksikan bukanlah kejadian selanjutnya, melainkan pemandangan kota yang cerah dari kamar Joong.

Mata Dunk  memandang jauh sampai batas pandangnya. Panorama kota dan gedung-gedung, puncak bangunan juga highway yang menunjukkan pergerakan kecil.

Mimpinya baik-baik saja sampai dia melihat sosok remaja itu, dan ular besar yang sisiknya saja selebar wajah. Dunk mengambil napas panjang. Dia sudah tidur dalam waktu yang cukup tetapi rasanya seperti baru saja begadang sepanjang malam. Dunk masih mengantuk dan memejamkan matanya lagi. Aroma Joong yang memenuhi kamar itu membuat Dunk measa aman, rasanya seperti ada yang terus menjaganya selama dia tertidur.

Entah berapa lama pastinya Dunk tertidur kembali, yang pati, ketika dia kembali terbangun, sudah terdengar suara Pond dan Joong yang sedang mengobrol. Dunk tidak yakin apa yang sedang mereka berdua bicarakan karena dinding dan pintu kamar yang menghalangi suara.

"Kamu sudah bangun?" Jong masuk ke dalam kamarnyabyang sejak semalam diambil alih oleh Dunk.

Dunk hanya menganguk. Dia sedikit pusing dan berkeringat. Joong mendekat, memeriksa suhu badan Dunk lalu memintanya untuk beristirahat dahulu karena sepertinya demam mulai menyerang.

***

"Sialan! Aku bermimpi lagi?" Dunk menebak dengan sangat yakin.

Kali ini, dia berada di gazebo berpilar tiga yang tinggi. Gazebo itu berada di dlam taman yng gt sangat indah dengan pohon-pohon berbunga. Taman itu dihiasai warna-warna, mulai dari biru, ungu sampai putih.

Di depan Dunk saat ini, ada sebuah meja yang penuh dengan hidangan, termasuk air hangat. Para dayang berada di sekitar gazebo, sedang memetik bunga dan mengumpulkannya dalam keranjang-keranjang emas.

Suara gemerincing mendekat, seperti alat musik tertentu. Tak lama, sosok remaja yang juga muncul di dalam mimpi Dunk sebelumnya datang dikuti para dayangnya.

Bunga-bunga yang berjatuhan menjadi katar belakang kedatangan sosok itu. Kai ini, dengan cahaya yang terang karena sedang siang hari, Dunk bisa melihat sosok itu dengan lebih jelas.
Saat sosok itu sudah dekat, Dunk akhirnya mengenali sosok itu.

"Saya datang bekunjung Yang Mulia, terima kasih banyak sudah mengizinkan saya melihat taman ini!" ucapnya.

Dunk menganguk. Dia membiarkan sosok itu duduk di dekatnya.

"Kamu terlihat sedikit lebih muda dari terakhir kali kita bertemu!" Dunk memuji.

Dia lalu memuji suaranya dan juga menanyakan mengenai rencana rilis album band yang digawanginya.

"Peri, meskipun aku berasal dari negeri yang memiliki banyak alat musik, tetapi aku tidak mengerti apa yang kamu katakan." sosok di depannya itu menanggapi dengan wajah heran.

Sekarang justru Dunk yang kebingungan.

"Fourth, apakah kamu tidak pernah melihatku di tempat lain selain acara semalam?" tanya Dunk.

Fourth, sosok yang lebih muda itu menggelengkan kepala.

Astaga, karena begitu nyata, Dunk sampai lupa bahwa dia sedang berada di dalam mimpinya. Apa yang dia ingat adalah, sosok di hadapannya itu adalah Fourth, vokalis sebuah band yang menjadikan Dunk sebagai model video musik mereka baru-baru ini.

***

15 September 2023

7 Concubine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang