Dunk mengetuk pintu kamar Joong, tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Dia juga sudah menekan bel, mengira Joong tertidur dan tidak tahu dia datang, tetapi tetap tidak ada jawaban.
Mungkin merasa terganggu, Winny kembali keluar dari dalam kamarnya.
"Kamu bisa membuka kamar itu dengan sidik jari!" Winny berkata dari depan kamarnya.
"Huh?" Dunk bereaksi seperti tidak bisa berpikir lagi.
Winny lantas mengangkat jari telunjuknya.
"Pakai jarimu sendiri, apakah kamu bodoh atau linglung sih!" Si tetangga tampaknya sudah semakin kesal. Wajahnya terlihat lebih kaku dari tembok dan lebih garang dari macan gunung.
Takut membuat Winny semakin marah, Dunk segera mencoba cara yang Winny tunjukkan.
Nah, benar. Pintu itu terbuka.
Winny mendengkus kesal kemudian kembali memasuki kamarnya dengan membanting pintu. Sepertinya, dia bukan tipe orang yang mau repot-repot bersikap ramah.
Dunk buru-buru masuk ke kamar Joong karena takut tetangga Joong itu keluar lagi untuk mengomel. Winny punya entah saudara lewat jalur mana dengan Nicha, senior yang Dunk kagumi dan model nomor satu yang masih aktif, dia juga orang penting di perusahaan yang menaungi Fourth dan bandnya. Dunk tidak akan cari mati, kekayaan keluarganya besar tetapi mereka berada di bidang yang berbeda. Dalam hal ini, Winny lebih unggul darinya di atas kertas.
Suasana kondominium mewah itu sepi, lebih ke arah sunyi. Dunk tidak mendengar suara apapun tetapi seluruh ruangan terasa sangat dingin sampai Dunk menggosok kedua telapak tangannya sendiri.
Dia berjalan mendekati pintu kamar Joong yang tertutup, khawatir lelaki itu terluka parah sampai tidak mampu bangun dari tempat tidurnya. Begitu memasuki kondominium itu, Dunk juga merasa seperti setengah melayang. Kakinya menjejak lantai, tetapi rasanya seperti tidak. Langkahnya ringan dan tidak bersuara.
"Aku pikir, kamu harus melakukan sesuatu. Jika dibiarkan lebih lama, Kakak akan semakin mengamuk, lalu sangat mungkin dia kehilangan kendali dan melukai banyak orang!"
Dunk mendengar suara Joong yang sedang berbicara dengan seseorang.
"Aku tidak bisa melakukannya,"
Sekarang, Dunk mendengar suara lain.
"Kak Nicha?" bisiknya lirih sekali.
Dunk berjalan lebih cepat mendekati kamar Joong. Dia mengingat betul kamar itu sejak pertama kali menginap di sana.
Cowok semacam Joong ini, berani sekali dia membawa orang lain memasuki kamarnya setelah mengucapkan banyak kata cinta pada Dunk.
"Lihat apa yang akan kulakukan padamu, Joong!" Dunk tidak lagi bersuara pelan, dia nyaris memekik sambil berjalan cepat ke arah kamar Joong. Dunk bahkan tidak berpikir apakah pintu kamar itu dikunci atau tidak. Dia membukanya tanpa pertimbangan dan pintu itu terbuka lebar tanpa perlawanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Concubine (END)
Fantasy(Warning: Boyslove, fantasi) Mimpi itu berulang, dan anehnya saat Dunk memposting apa yang dia lihat dalam mimpinya, dia menemukan bahwa ada orang lain yang juga mengalami mimpi yang sama persis. Setelah mimpi itu mulai muncul, perlahan dia merasaka...