Tirai Ditutup Kembali

302 24 15
                                    

"Joong, suara siapa itu?" Dunk merapatkan tubuhnya pada Joong, meminta pelukan.

Tidak ada wujud lain yang terlihat di sana selain mereka tetapi dia bisa mendengar suara itu dengan jelas, membuatnya merasa seperti sejoli yang ketahuan sedang melakukan hal tidak layak oleh tetangga.

"Aku tidak berniat bertahan di sini, tapi aku tidak bisa pergi sendiri, Win!" Joong menjawab.

"Oh!" Suara itu menyahut, tetapi terdengar seperti lebih jauh dari sebelumnya.

"Oi, Winny! Jangan harap aku akan merestui hubunganmu dengan Satang sampai tujuh kehidupan jika kamu per ...!" Joong berteriak.

"Bangsat! Merepotkan saja!"

Sahutan terdengar, tetapi lebih seperti makian setengah hati.

Dunk langsung melepaskan diri dari pelukan Joong. Dia sudah mengingat pemilik suara itu begitu mendengar makiannya.

Itu suara Winny, tetangga Joong yang galak itu. Jika dipikir-pikir, Winny kadang lebih menakutkan daripada sosok kaisar Naga yang berwujud ular raksasa itu. Jika Kaisar Naga seperti ingin menelannya, Winny seperti bisa mengulitinya hanya dengan menatap saja.

Suara yang memberi kesan sama persis seperti ketika ada sebuah pintu terkunci yang didobrak terdengar, kemudian muncul sebuah pintu. Pintu itu mirip pintu kayu, ditopang oleh dua pohon kering yang sama persis seperti yang Dunk lewati di hutan saat awal pertemuannya dengan Joong.

Pintu itu dibuka dan wajah garang nan menyebalkan milik Winny terpampang nyata seperti sebuah poster ukuran sebenarnya.

"Nah, tanda tangani ini!" Winny melangkah santai, keluar dari pintu itu dan membiarkan pintunya terbuka, kemudian meletakkan sebuah kertas kecokelatan yang tidak benar-benar terlihat seperti kertas di depan wajah Joong.

"Apa ini? Kamu tidak mempercayaiku?" Joong terlihat kesal.

Winny menarik kembali kertas itu.

"Kamu membawa tujuh ribu pasukan menyerang istana kakak iparmu untuk membawa selir agungnya yang rindu rumah untuk keluar istana, apa menurutmu aku akan dengan senang hati mengiyakan omong kosong?" Winny memberi alasan, terdengar masuk akal meski apa yang dia katakan mungkin juga menyebalkan.

Joong membuang napas, terlihat begitu jengkel sampai ingin menjambak Winny.

"Jika kamu semenjengkelkan ini, meskipun hari ini aku merestuimu, besok kamu akan ditendang oleh Pond!" Joong masih melancarkan serangan verbal.

Dunk tidak tahu apa sebenarnya yang sedang dilakukan oleh dua orang itu. Mereka seperti sedang berdebat tetapi tidak seperti berdebat, kata-kata mereka saling memukul tetapi dengan cara yang akrab.

"Apa kamu sudah buta, lihat, lihat!" Winny kembali menyodorkan kertas itu dan menunjuk satu titik.

Ada noda merah di sana, tetesan darah yang kemudian bersinar.

"Sialan. Kamu sudah sekian langkah lebih siap!" Joong berucap, kemudian tertawa.

Winny hanya menyeringai, "Bahkan kaisar Naga sialan itu tidak bisa menyentuhku sama sekali, aku hanya harus mengurus orang tua Satang yang sekarang. Itu sama sekali todak sulit!"

Joong mengangguk-angguk, kemudian menggoreskan jari kelingkingnya dengan sudut kertas dan meneteskan darahnya di sana.

"Baiklah. Sekarang Satang resmi milikku!" Winny mengambil kertas itu yang seketika melebur menjadi api kemudian menghilang.

Joong berdecih, mengalungkan lengannya melingkari leher Dunk ketika Winny menjentikkan jari.

Seperti sihir yang ajaib, dalam satu kedipan, Dunk sudah berpindah kembali ke sebuah ruangan. Tepatnya, sebuah ruang makan, duduk di pangkuan Joong.

7 Concubine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang