Koalisi Anonim

187 24 4
                                    


"Jadi, kamu sudah hidup dengan terus dibayangi kaisar Naga selama bertahun-tahun?" tanya Dunk, wajahnya menunjukkan rasa simpati.

Posisi duduk mereka sudah tidak seperti tadi. Tiga orang duduk berdekatan di lantai sementara Nicha dan Satang pergi ke kamae mandi sekaligus akan membuat pesanan baru, atau bisa saja pihak restoran meminta mereka untuk segera pergi.

Kay menganggukkan kepalanya.

"Aku yakin aku sudah melihat sosok yang sama berada di sekelilingku sejak aku masih kecil, tetapi saat itu aku tidak memikirkannya. Aku hanya berpikir bahwa ya dia sama seperti orang lain. Sampai aku mulai remaja dan memiliki banyak kesibukan, kiriman-kiriman bunga berdatangan ke rumah. Kalian pahamlah, aku hanya berpikir itu dari orang iseng atau penggemar kecil rahasia." Kay mengulang cerita yang sudah dia sampaikan sebelumnya. Hanya saja, kali ini raut wajahnya menjadi sedikit lelah.

"Ya. Aku awalnya juga menyangka mendapat bunga dari penggemar!" Dunk membenarkan.

"Iya. Aku juga. Bunga dalam jumlah banyak yang aku kira adalah pemberian penggemar. Tapi setelah itu kaisar Naga muncul ketika aku tidur dan mulai melakukan hal-hal tidak sopan." Fourth yang masih sangat muda mulai terlihat takut.

Dunk merangkul pundak vokalis band itu sementara Kay menepuk-nepuk punggungnya.

"Nah, aku perki ke psikolog dan ke psikiater karena dia malakukan hal-hal itu. Pada usia itu, rasanya memalukan untuk membicarakannya dengan teman. Aku membicarakannya dengan orang tuaku dan mereka menganggap itu hanyalah mimpi yang umum untuk remaja seumuranku. Tetapi, makin lama rasanya menjadi semakin menakutkan, aku seperti dibangunkan dari tidurku tetapi kemudian merasa yakin aku masih bermimpi. Yah, lalu karena semua cara yang dilakukan tidak berhasil, aku dikirim ke luar negeri." Kay melanjutkan ceritanya.

"Apakah ketika kamu di luar negeri kaisar Naga berhenti menganggu kamu?" tanya Dunk.

Kay menggeleng.

"Sayang sekali tidak. Aku hanya berpikir bahwa aku gila, begitu saja. Karena jauh dari orang tua, aku mulai berpikir tidak benar. Aku pikir dia adalah halusinasi atau mimpiku sehingga aku memutuskan untuk sebisa mungkin tidak tidur, tetapi ternyata tidak begitu. Dia justru menjadi semakin nyata. Salah seorang temanku di sana berusaha tidur denganku setelah kami mulai bergaul beberapa waktu, besoknya, dia ditemukan mati tenggelam. Aku pikir mungkin dia frustasi karena ditolak etapi rasanya sedikit mustahi. Apalagi, setelah autopsi, katanya ada beberapa ekor ular kecil di dalam organ tubuhnya." Kay memperkecil suaranya di akhir.

"Astaga, itu menakutkan sekali!" Fourth memeluk Dunk, memekik mendengar cerita Kay yang rasanya berubah genre menjadi horor supranatural.

Dunk diam, menemukan kesamaan antara apa yang dia alami dengan Kay. Dia tidak bisa membayangkan jika tidak ada yang mempercayainya seperti apa yang Kay alami. Setidaknya, dia punya Pond yang bahkan tidak meragukannya sama sekali.

Senyumnya mengembang tipis ketika sadar bahwa ternyata Joong benar-benar hadir di saat yang tepat. Jika tidak ada Joong dan Pond di sampingnya, mungkin Dunk bukan hanya akan berpikir dirinya gila tetapi benar-benar menjadi gila.

"Lalu, bagaimana kamu mengatasinya? Kamu bilang, kamu sudah menerimanya sekarang?" Dunk segera menanyakan solusi yang mungkin bisa dia gunakan.

"Aku tidak yakin ini adalah hal baik untuk dilakukan, tapi, yah, setelah beberapa kejadian tragis menimpa orang-orang yang mencoba menyakiti atau mendekatikus secara romantis tanpa bisa dijelaskan. Aku membuat kesimpulan sendiri, membuat keputusan untuk membiarkannya berada di sekitarku. Kadang, aku bahkan merasa seperti sedang tidur di samping seekor ular yang sisiknya saja selebar wajahku. Lalu dua tahun yang lalu, seperti yang Win bilang, aku datang ke acara ulang tahun Joss. Dia kenalanku dan aku datang bersama kenalan-kenalanku yang lain. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, tetapi aku merasa hari itu aku tidak begitu diawasi dan aku mabuk, lalu ....!" Kay menghentikan ceritanya.

Dunk dan Fourth menelan ludah gugup. Keduany memandang Kay dengan wajah penuh harap, seperti memohon untuk diberi petunjuk akan cara mengatasi masalah yang sedang menghimpit hidup.

"Astaga, aku mohon jangan meniru apa yang aku lakukan!" Kay mengelak.

Dunk dan Fourth seperti sehati, keduanya menahan Kay yang berniat berdiri dan menahannya agar tetap duduk di lantai bersama mereka.

"Kami tidak akan membiarkan Kakak pergi sebelum menjelaskan semuanya, sedetail-detailnya. Aku tidak mau tidur dengan makhluk itu, astaga. Aku lebih baik tidur dengan boneka bebek yang sudah tidak dicuci setahun!" Fourth memohon.

Kay terlihat kasihan.

"Baiklah, aku tidak akan menjelaskan rinciannya tapi intinya aku tidur dengan seseorang!" Kay menutup matanya ketika menjawab permohonan Fourth.

Kali ini, bukan hanya Kay, tapi Dunk dan Fourth juga terlihat kikuk padahal mereka sudah bisa menjadi akrab dalam sekejab.

"Emmm ... itu ... maksud Kak Kay, tidur .... tidur dengan orang lain begitu?" Fourth mencoba menahan ekspresinya tetapi mau dilihat dari ujung tata surya sekalipun, tetap jelas rona dari hidung sampai ke telinganya.

Dunk yang mendengar pertanyaan Fourth juga merasa malu. Mereka bertiga tiba-tiba saja salah tingkah sendiri. Apa yang Kaya katakan jelas dan bisa dengan sangat mudah dipahami, mereka hanya sedang mencoba untuk mengharapkan definisi lain yang sudah jelas tidak bisa ditemukan.

"Fourth ... kamu bukan anak-anak," Kay berucap lirih, seperti ingin menelan kata-katanya sendiri.

Fourth menelan ludah dan mengangguk dengan gugup.

"Apa menurutmu itu akan berlaku juga untukku? Maksudku, semisal aku tidur dengan seseorang apakah kaisar Naga akan meninggalkanku?" tanya Dunk, sedikit ragu karena resiko yang harus ditanggungnya tidak main-main.

Tidur dengan seseorang bukan perkara yang gampang untuk diputuskan. Setidaknya, Dunk bukan seseorang yang akan segampang itu membiarkan dirinya tidur di kasur seseorang yang tidak dia percayai.

"Aku tidak bisa memberi jaminan apapun, karena itupun aku lakukan tanpa sengaja. Aku mabuk waktu itu, jadi aku tidak yakin apakah penyebabnya memang karena aku tidur dengan orang lain atau karena hal-hal yang tidak aku ketahui, tetapi setelah itu, serius, aku hanya menerima satu bunga dan sebuah plakat emas seukuran telapak tangan. Dia memang masih pernah aku lihat sesekali, tetapi tidak terasa nyata lagi. Kamu tahu, ini seperti aku dan dia adalah pasangan yang sudah bercerai!" Kay menjelaskan berdasarkan pengalamannya.

Dunk meneguk ludahnya kasar, sementara Fourth sudah merosot sampai berguling di lantai.

Solusi ternyata ada, tapi yang benar saja!

"Apakah kamu kelaparan lagi, Fourth?" Satang yang kembali ke ruangan itu terkejut melihat vocalis bandnya berguling di lantai, sampai ke bawah meja.

"Astaga Fourth, kamu baik-baik saja? Apakah kebanyakan makan daging panggang membuatnya eror?" Satang mendatangi Fourth, mencoba menariknya agar keluar dari meja.

Nicha yang juga sudah kembali menatap penuh tanya kepada Kay, karena Dunk sudah meringkuk seperti anak kucing.

***

7 Concubine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang