Dunk melepas napas lega. Pemotretannya selesai meski dia tidak merasa sebaik biasanya. Keanehan Joong dan perbincangan mencurigakan antara cowok itu dengan Nicha menghantui pikirannya, membuatnya kurang berkonsentrasi.
Wajahnya serasa seperti menemukan kulit baru setelah membersihkan riasan dan mencuci buka. Bare face memang pesona terbaiknya.
Pond nengirim pesab bersamaan dengan suara pintu yang dibuka dari luar. Dunk tidak begitu memberi perhatian, dia sudah menunduk untuk membaca pesan dari sahabatnya itu. Pond mengatakan bahwa dia menerima tawaran untuk menjadi model sebuah video musik, dan sedang merasa sangat bahagia karena akan melakukan pekerjaan itu bersama dengan Phuwin, si kucing salju yang dia sukai itu.
Dunk turut senang dengan kabar itu, mengucapkan selamat dan berjanji akan mentraktir Pond sebagai bentuk dukungannya jika mereka sama-sama ada waktu luang nanti. Pond mengiyakan kemudian pamit, meminta Dunk untuk menjaga makannya dan beristirahat dengan baik agar dia tidak lagi bermimpi aneh.
"Pond sedang sibuk mengejar kucing liar, kenapa kamu tidak mengajak aku saja untuk pergi makan?" Suara Joong terdengar, membuat Dunk terkejut.
Rupanya, pintu tadi dibuka oleh cowok itu. Dunk sedikit menyesal tidak waspada sejak awal. Dia mungkin sudah dibuat terbiasa atas keberadaan Joong, lantaran dia selalu berkeliling di sekitar Dunk seperti udara. Pada akhirnya, bahkan ketika Dunk mencoba meyakinkan dirinya bahwa Joong masihlah cowok yang masuk dalam daftar hitamnya, Dunk tidak lagi merasa harus mendorong Joong menjauh.
"Kenapa aku harus mengajak kamu pergi makan?" Dunk bertanya dengan pinggul bersandar di wastafel.
Joong tersenyum, kemudian mengangkat tangan, menunjuk hitungan pertama.
"Aku membantumu bertahan di hutan," mulainya.
"Aku menolong kamu bersama Pond saat ada ular besar di rumahmu, juga saat kamu mengalami masalah di rumahmu, aku juga mengizinkan kamu tinggal sementara di apartemenku setelah itu, oh, apakah aku harus menyebutkan alasan lainnya?" tanya Joong.
Kelima jarinya sudah terangkat sekarang.
Dunk menarik sebelah sudut bibirnya ke atas.
"Maksudmu kamu ingin aku membalas budi. Ok, ok. Baiklah. Kamu pilih sendiri ingin makan di mana!" Dunk menjawab lalu meninggalkan Joong di sana.
Begitu sudah berada di ruang hanti, Dunk menepuk kedua pipinya sendiri. Baru sadar bahwa sebelumnya dia penasaran pada apa sebenarnya Joong itu. Tidak mungkin manusia bisa muncul tiba-tiba di belakangnya padahal Dunk baru saja mendengar suara Joong di ruangan lain bersama Nicha.
"Jika aku pikir-pikir ...," Dunk menoleh ke arah cermin, melihat bayangannya berdiri dari samping dengan latar belakang deretan pakaian.
"Joong seperti selalu muncul tiba-tiba di saat aku dalam bahaya." lirihnya.
Dunk mencoba kembali berpikir positif. Dia tidak ingin menggila hanya karena memikirkan hal-hal ganjil.
"Apakah kamu baik-baik saja, Dunk?" Suara Nicha terdengar lembut, nyaman di telinga.
Dunk tersenyum, menjawab dengan anggukan. Sosok tinggi menjulang itu memasuki ruang ganti bersama salah seorang kru pemotretan hari itu.
Nicha segera duduk di depan cermin, sepertinya dia sudah menyelesaikan bagiannya dan akan segera membersihkan riasan. Joong masuk tidak lama kemudian, langsung mendekati Dunk dan pamit kepada semua orang atas nama mereka berdua, menggandeng Dunk yang berusaha keras untuk tidak membenturkan kepalanya ke kepala Joong saking kesalnya.
"Apakah rumor mereka mulai berkencan itu benar?"
"Loh, Dunk dekat dengan model baru itu?"
"Bukankah Dunk pacaran dengan model aktor yang populer itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Concubine (END)
Fantasía(Warning: Boyslove, fantasi) Mimpi itu berulang, dan anehnya saat Dunk memposting apa yang dia lihat dalam mimpinya, dia menemukan bahwa ada orang lain yang juga mengalami mimpi yang sama persis. Setelah mimpi itu mulai muncul, perlahan dia merasaka...