Catatan awal : Saya memutuskan untuk memotong adegan di kamar Joong, jadi, mari kita menutup mata dan langsung ke waktu setelahnya.
***
Pond duduk dengan menyilangkan kaki di atas sofa. Matanya menyorot tajam seperti lampu supercar keluaran awal tahun.
Dunk menyodorkan piring persegi yang berisi campuran kacang-kacangan, potongan cokelat 80%, dan biskuit non gluten rendah kalori untuk orang yang baru saja menerima pengumuman bahwa dirinya dan Joong sudah bersama dalam tahap yang lebih jauh.
"Kamu bangsat ya, Joong! Seharusnya aku sudah curiga sejak kamu bilang aku tidak perlu datang menjenguk kamu dua hari ini. Wah, wah, wah, benar-benar membuatku jengkel saja!" tegurnya sambil menatap Joong yang duduk di sofa lain, saling berhadapan.
Joong tidak terlihat ingin menanggapi ocehan Pond secara serius. Dia malah terkekeh lalu mengangkat alis.
Dunk akhirnya melempar sisa kacang almond panggang yang belum semuanya dia tuang ke arah keduanya.
"Kenapa kalian tidak adu pukul saja sana. Aku benar-benar ingin tidur. Aku lelah, seluruh tubuhku sakit!" Dunk akhirnya menunjuk pintu, mengusir dua tamunya secara halus.
Pond menoleh tidak percaya ke arah Dunk, sementara Joong memberi tatapan memelas penuh permohonan.
"Kamu mengusirku? Aku sedang ingin mengeluh, kamu tahu! Kalau kamu lelah, seluruh tubuhmu sakit, salahkan saja pacarmu!" Pond menuding Joong saat mengajukan protesnya.
Dunk membuang napas. Dia bersedekap dan merasa semakin pusing.
Yang satu merajuk, yang satu memohon. Memusingkan sekali keduanya.
"Kenapa, Phuwin menolakmu lagi?" Joong akhirnya menebak.
"Diam, kamu! Phuwin tidak menolakku, dia hanya belum ingin menerimaku. Aku pikir dia kebanyakan belajar dan bekerja, jadi pesonaku ini kadang terabaikan oleh matanya yang indah." Pond secara tidak langsung membenarkan tebakan Joong.
Dunk membuang napas, begitu juga dengan Joong.
"Cih, bisa melakukan sesuatu bersamaan tanpa komando begitu, kalian ingin aku memuji betapa serasinya, begitu!" Pond mengeluh lagi.
Dunk menatap kasihan ke arah Pond. Sepertinya, Phuwin bukan sekedar membuat Pond jatuh cinta, tetapi sudah membuatnya menjadi gila, jatuh sejatuh-jatuhnya. Sahabatnya itu tidak bisa diselamatkan lagi. Tidak bisa dibayangkan sosok yang sama, dahulu kala di dunia yang lain adalah seorang maha kaisar yang memiliki peri es luar biasa kuat sebagai permaisurinya.
"Pond, kamu tahu, kamu bisa minta bantuan kepadaku. Katakanlah, ini seperti kita adalah ayah dan anak sambung, aku akan membantumu mendapatkan Phuwin." Joong akhir bersuara tanpa nada kesal.
Dia sedang berada di kamar Dunk setelah mengantarnya pulang pagi ini. Tentu saja, dia telah melewati omelan panjang dari kakek Dunk karena membawa Dunk menginap selama dua hari dan menyebutnya tidak tahu sopan santun. Joong hanya tersenyum dan mengiyakan, membuat lelaki tua itu menyerah karena justru semakin jengkel, sementara mama Dunk justru menyapanya penuh suka cita. Di saat yang kritis, Pond masuk ke kamar Dunk begitu saja, menjadi saksi posisi keduanya yang dilihat dari manapun akan langsung menyisipkan pikiran yang tidak suci.
Akhirnya, keduanya menjadi saling melempar kekesalan satu sama lain.
"Apa kamu bisa melakukannya. Terakhir kamu membantuku menggoda Phuwin, kita berdua menerima dua tamparan sekaligus!" Pond pesimis.
"Itu karena kamu langsung melamarnya saat pertama kali bertemu, Pond. Orang gila mana yang akan menganggapmu romantis jika kamu tiba-tiba begitu?" Joong menyuarakan alasan kegagalan rencananya dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Concubine (END)
Fantasía(Warning: Boyslove, fantasi) Mimpi itu berulang, dan anehnya saat Dunk memposting apa yang dia lihat dalam mimpinya, dia menemukan bahwa ada orang lain yang juga mengalami mimpi yang sama persis. Setelah mimpi itu mulai muncul, perlahan dia merasaka...