Wajahnya tenang, memberikan kesan dingin yang anggun. Proporsi antara alis, mata, bentuk hidung, tulang pipi, rahang sampai bibirnya begitu pas, padu satu sama lain. Kulit yang pucat seperti salju di puncak musim dingin dan mata biru menuju abu-abu, bibir kemerahan dengan senyuman bak mawar merekah di penghujung pagi lepas hujan.
Dia seperti gambaran yang digaungkan oleh setiap burung di langit dan ikan-ikan di laut.
Caranya menatap memberi efek menundukkan, senyumannya memikat hati dan rona pada pipinya ketika bertemu matahari menggundang decak kagum.
Demi menyaksikan langsung keindahan yang kabarnya melampaui penggambaran yang bisa dijangkau, kaisar Naga menempuh perjalanan jauh. Bersama sepuluh ribu pasukan terbaik menyeberangi lautan yang dingin setelah melewati belantara mematikan, padang tanpa kehidupan dan juga gurun yang gersang.
Begitu menemui batas antara negeri es di utara yang diselimuti langit gemerlap sembilan warna, pasukan itu dihadang badai tanpa ampun. Separuhnya nyaris dilumpuhkan dalam sepenggalan siang, menggetarkan tunggangan mereka. Tetapi nyali sang kaisar Naga tidaklah kerdil. Dia bahkan percaya bisa memanah bintang-bintang di langit bila perlu.
Dengan berani menyeberangi sungai perbatasan sampai tubuhnya nyaris membeku dan membawa pasukannya mengepung kota salju.
Tempat itu indah meski hanya diliputi warna-warna yang beku. Hanya sedikit tanaman yang bisa hidup di sana, menyokong kehidupan sejenis peri yang hidup dengan wujud dan cara berbeda dari bangsa peri pada umumnya.
Mereka sama sekali bukan makhluk seukuran ibu jari, sebagian dari mereka bahkan lebih tinggi dari sang kaisar Naga. Mereka berjalan dan berlari, berseluncur di atas salju, terbang tanpa sayap pun mereka mampu. Jumlah mereka tidak begitu banyak tetapi mereka hidup dalam waktu yang sangat panjang.
Bangsa yang mencintai kedamaian dan ketenangan, menyisih dari kehidupan dan keramaian itu terusik ketika sang kaisar Naga memacu tunggangannya menuju ke arah gerbang. Dengan lantang mengutarakan niatnya untuk menjadi menantu sang raja dengan jaminan keamanan sepanjang usianya, membawa persembahan permata dengan warna-warna yang asing di wilayah mereka.
Gerbang dibuka setelah negoisasi membuahkan hasil. Semua pasukan sang kaisar Naga dilucuti senjatanya, tidak dibiarkan memasuki kota. Hanya sang kaisar seorang diri yang diperkenankan hadir menghadap sang raja.
Kedatangan kaisar Naga yang masyur akan kekuasaannya, perang nyaris tanpa akhir dan tanpa kekalahan itu membuat para peri es mengintip ketakutan dari jendela rumah-rumah mereka.
Kaisar Naga, untuk pertama kalinya menjejak langkah di istana yang dibekukan oleh waktu. Raja tua menyambutnya, menanyakan niatnya dan penawaran yang bisa dia berikan.
Raja tua memerintah nyaris seumuran dengan sang kaisar Naga sendiri, membuat keduanya bisa saling berbicara tanpa harus dipersulit oleh aturan.
"Aku akan memenuhi syarat apapun, asal bisa memboyong permata paling berharga di istanamu ini ke istanaku, anak sulungmu, wahai rajaku!" tutur sang Kaisar.
Raja tua sudah paham akan maksud sang kaisar. Lamaran untuk anaknya tidak datang satu atau dua kali, sudah ada ratusan dalam satu dekade terakhir. Dia pun semakin tua dan akan segera turun tahta, setelah putra mahkota siap untuk duduk di singgasana.
Tentu, raja tua tahu benar sang kaisar bukan lawan yang sebanding untuk putranya. Usia terpaut ribuan tahun, pengalaman dan juga pengetahuan akan perang sangat menguntungkan sang kaisar.
Maka, demi kota yang dipimpinnya itu tetap utuh, raja menerima lamaran sang Kaisar dengan tiga belas syarat yang harus dipenuhi sebelum bisa membawa anaknya meninggalkan negeri es di utara itu.
Sang kaisar akan membangunkan istana beserta puri-purinya, mengisi seluruh tamannya dan menggenapi dengan para dayang untuk anaknya yang akan menjadi selir agung keenam sang kaisar.
Selir keenam itu tidak akan diposisikan lebih rendah dari selir lain, apapun keadaannya nanti. Kaisar Naga menyanggupi dan menempatkan selir agung keenam persis satu tingkat di bawah permaisuri. Bahkan, permaisuri tidak memiliki hak untuk mengatur selir keenam.
Dia akan berkuasa penuh di dalam istananya, dan kaisar tidak diperkenankan menerapkan hukumnya di wilayah yang terbatas itu. Dengan kata lain, di dalam istananya nanti, selir keenam adalah memimpin tertinggi dan perintahnya akan menjadi mutlak bagi siapapun.
Ketiga, Sang Kaisar akan menjadi pendukung utama atas kepimimpinan adik dari selir agung keenam. Sepasang kembar itu tidak akan diusik oleh siapapun karena sang kaisar yang akan menghadapi mereka.
Keempat, sebagai ganti dari peri yang akan pindah ke kerajaan sang kaisar, maka Sang kaisar akan memberikan upeti dan jaminan setiap tahunnya kepada negeri es.
Kelima, sang peri keenam hanya bisa dibawa pergi dari istana negeri es apabila sang kaisar telah mengumunkan pernikahan mereka secara resmi dan mendeklarasikan hukum pengecualian. Yakni, semua keluarga kerajaan di negeri es kebal atas hukum di kerajaan sang kaisar, termasuk sang selir agung keenam sendiri.
Awalnya, kaisar Naga sedikit kurang menyetujui syarat kelima itu, tetapi syarat itu rupanya datang dari calon selir yang didambakannya sendiri. Meski dengan sedikit berat, kaisar Naga akhirnya menyetujui syarat kelima itu, yang mana dia memahami segala konsekuensinya, yakni selain tidak bisa lagi menyerang negeri es, dirinya dan seluruh keturunan serta kerajaannya secara tidak langsung tidak akan memiliki kekuasaan sedikitpun dan lemah di depan para peri itu.
Delapan syarat lainnya, mau tidak mau juga harus dia sepakati agar bisa segera melihat sosok yang penggambarannya tidak bisa dipenuhi oleh akal itu.
***
Begitulah adanya.
Dia seperti kepingan salju abadi yang sempurna, tersimpan di dalam kristal es. Sang kaisar Naga bahkan enggan mengedipkan mata demi mampu menangkap gambaran di hadapannya tanpa melewatkan sedikitpun.
Tirai-tirai tipis sewarna air diturunkan kembali, dibentangkan di antara mereka.
"Datanglah kembali jika ketigabelas syarat yang disampaikan kepada kamu sudah berhasil kamu penuhi!" Suara itu dalam seperti palung lautan.
"Yang mulia ...!" Sang kaisar mencoba untuk menahan peri tercantik yang pernah dia lihat secara langsung itu beranjak.
Yang dipanggil menoleh. Angin meniup tirai-tirai, menciptakan liukan ombak dan pola acak yang artistik. Sosok peri es dengan pakaian serba putih itu sudah berdiri, dengan posisi menghadap ke arah jendela besar yang ada di samping aula, sementara wajahnya ditolehkan ke arah saang kaisar Naga, yang secara tidak resmi adalah pasangannya.
"Kita ... kita baru saja bertemu, tidak bisakah saya menghabiskan waktu denganmu sedikit lebih lama?" tanya sang kaisar, takhluk tanpa syarat di depan tatapan menunduk sosok itu.
"Tentu. Jika anda sudah memberikan ketigabelas syarat yang kami minta tentu nantinya!" jawabnya, tidak menolak secara langsung.
Senang kaisar tidak mampu membantah lagi. Selir keenamnya itu berbeda dengan para selirnya yang lain, bahkan lima selir agungnya yang keseluruhannya sangat rupawan pun tidak akan mengangkat pandangan di hadapannya, tetapi peri yang tidak pernah meninggalkan istananya itu bahkan tidak ragu untuk mengulangi 'perintah' kepadanya. Dia mungkin tunduk pada perintah ayahnya, tetapi tidak takut pada sang kaisar naga.
Dia lantas berjalan pergi meninggalkan aula dengan diiringi para dayangnya, meninggalkan serpihan salju yang hanya bisa disaksikan oleh sang kaisar naga.
Sial, dia jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Concubine (END)
Fantasía(Warning: Boyslove, fantasi) Mimpi itu berulang, dan anehnya saat Dunk memposting apa yang dia lihat dalam mimpinya, dia menemukan bahwa ada orang lain yang juga mengalami mimpi yang sama persis. Setelah mimpi itu mulai muncul, perlahan dia merasaka...