09

241 22 8
                                    


   Pagi sekali, Jihoon dan Dalton datang bersamaan saat Haruto masih mengumpulkan nyawa dan tenaga, mereka terlihat bercakap-cakap saat Haruto bersandar pada atasan ranjang. Dalton, membawakannya sarapan bubur, memeriksa jahitan Haruto lalu melepas selang infus. Meski hanya sebuah mansion yang terletak di tengah hutan, mereka mempunyai Dokter pribadi yang juga tinggal di tempat itu. Dan Haruto sudah menduga dari awal, bangunan ini seperti tempat persembunyian kriminal agar tak terendus oleh pihak berwenang.

"Haruto, semoga hari ini menjadi langkah awal. Tidak semua orang dapat bekerja dengan Tn. Yoshi dan Tn. Hyunsuk, kau yang paling beruntung." Dalton membuka suara, sembari membereskan alat-alat miliknya ke dalam tas.

"Dia benar, kau harus ahli pukul, ahli bedah, atau mengerti sistem komputer baru mereka menerima sebagai karyawan. Itu patut disyukuri, mereka menawarkan pekerjaan tanpa harus melihat kemampuanmu." Jihoon menimpali, Haruto hanya bisa mendengarkan.

  Dalton pergi lebih dahulu, hingga kemudian Jihoon menyuruh Haruto ikut dengannya. Lagi-lagi bergantung dengan kursi roda, keduanya tidak saling bicara. Haruto hanya memastikan bagaimana bisa sebuah mobil masuk dan terparkir di halaman mansion, padahal tidak ada jalan untuk keluar atau masuk sebuah kendaraan, gatal sekali Haruto mempertanyakan itu—karena berpapasan dengan seseorang.

"Sejak kapan kau kembali?" Tanya Jihoon pada orang yang berpapasan dengannya.

"Kemarin, senang bisa kembali ke tempat ini," jawab orang itu, sesekali matanya melirik ke arah Haruto.

"Bagus, kau sudah benar-benar bersih? Jangan sampai memakai barang dagang kedua kalinya," ucap Jihoon, yang tentu saja memberikan kesan ambigu pada diri Haruto.

"Aku mengakui kesalahanku. Siapa bocah lumpuh ini?" Tanya orang itu, membuat Haruto mendengus tak terima.

"Dia? Yap, anak baru yang akan menggantikan posisimu." jawab Jihoon, sembari tersenyum ke arah orang itu.

"Sial, setidaknya kinerjanya harus sebagus aku. Sudahlah, aku harus bergegas," ucapnya sambil melirik Haruto, Jihoon mengangguk dan orang itu lekas pergi menuju mobil.

  Jihoon kembali mendorong kursi roda, mereka memasuki lantai dasar, beberapa orang sedang berbincang-bincang dan bermain kartu di meja mereka. Tidak ketinggalan dengan minum alkohol bermerek di meja mereka, Haruto memperhatikan itu semua—tiba-tiba banyak orang di pagi hari, apakah mereka juga pekerja? Jika iya, kenapa bersantai di pagi hari.

  Dua orang yang berjaga di depan pintu lekas membuka ketika melihat Haruto dan Jihoon, kursi roda benar-benar berhenti di ambang pintu. Beberapa orang sedang duduk di kursinya, hanya tersisa dua kursi yang mungkin untuk mereka. Haruto tidak banyak bertanya, mungkin di tempat inilah ia bekerja.

  Jihoon membantunya duduk, beberapa pasang mata mulai mengawasi terutama pada Haruto, jika dilihat-lihat—wajah orang di dalam ruangan ini berumur. Sekitar di atas kepala dua sampai kepala empat, dan hanya Haruto yang masih belasan tahun.

"Di tempat inilah pemula ditempa." Jihoon membisikkan pada telinga Haruto, dan Haruto hanya diam sambil melihat suasana di dalam ruangan ini.

"Yang bertemu kita tadi, itu siapa?" Tanya Haruto, tidak lagi ia bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Dia senior, ahli kancil. Tapi, dia memakai narkoba dan menjalani rehabilitasi yang direkomendasikan Tn. Yoshi. Kau tahu, memakai barang dagang adalah larangan." jelas Jihoon semangat, sementara orang-orang sudah sibuk dengan perbincangan mereka, tidak lagi menatap aneh ke arah Haruto.

"Memakai barang dagang, jadi pekerjaanku nantinya adalah—" ucapan Haruto menggantung, matanya dengan bulat menatap Jihoon tak percaya.

"Istilah kancil adalah kode kita, pekerjaan mudah tapi berisiko. Kau akan dilatih, sebagai pengedar narkoba pemula." mendengar ucapan Jihoon, jantung Haruto membeludak.

FIRST OF VALOR| TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang