Haruto berjalan menuju sekolah, hari ini terakhir pembelajaran, pantas saja Leroy memilih tidak masuk kelas, hingga tiga hari—Haruto baru tahu kalau Leroy mengambil kelas tambahan yang bila sekolah libur, kelas tambahan tetap berjalan. Haruto dapat melihat banyak mobil dan para orang tua yang berada di halaman sekolah, dari berbagai negara—yang rela untuk menjemput anaknya.Betapa Haruto menginginkan itu, hal sederhan yang pasti membuat hatinya berbunga-bunga, kembang kempis hidung saat mengambil udara, ketika mereka menemui orang tuanya—dengan amukan perasaan, bahagia, rindu atau takut karena wali kelas memberikan laporan belajar siswa, bila nilai mereka di bawah rata-rata. Tapi, Haruto hanya menonton mereka—saling berpelukan lalu berucap aku rindu.
Haruto memilih cepat-cepat pergi ke asrama Leroy, ia diberi izin untuk pergi ke tempat itu. Sebagai persembunyian, berjaga-jaga kalau kawanan itu masih melakukan perundungan meskipun orang tua mereka datang. Haruto masuk ke dalam kamar, berdiam diri di tempat yang tetap asing—tidak melakukan apa-apa, selain menatap daun gugur tertiup angin lewat jendela persegi, lewat jendela itu, Haruto juga dapat melihat rumah vinil yang berpisah dengan gedung asrama.
Tidak ada pemandangan bagus dari rumah vinil itu, kecuali dengan beberapa meter di sebalah barat, terdapat pepohonan tinggi yang tumbuh—sering disebut sebagai teman piknik kala liburan musim panas hingga musim semi. Tapi, sungguh tidak berlaku bagi Haruto, ia tak pernah sekali ke tempat itu—lantaran tak punya teman dan tidak ada yang inisiatif mengajaknya bepergian.
Asyik dengan menatap area hutan di sebelah barat rumah vinil, ketukan pintu justru membuat kepala Haruto menoleh pasti, wajahnya berubah pucat bahkan ia mengantuk bibirnya rapat. Ia diam tanpa menimbulkan suara, kendati sekarang turun diam-diam dari tempat duduknya—ia harus cerdas memilih tempat persembunyian kalau-kalau orang itu mendobrak paksa pintu.
"Aku tahu kau di sana Leroy, jangan harap kau bisa bersembunyi!" suara Peony terdengar memekakkan telinga, berisik sembari mengetuk pintu.
"Kau takut dihajar? Atau sengaja mengurung diri demi melindungi diri? Itu sia-sia, bahkan sekali pun pesta malam ini digelar ramai. Kami bisa menemukanmu!" kali ini suara Caspian, ada tawa garing diujung kalimatnya.
"Buka pintunya atau kami paksa! Kami punya rencana bagus, oh tidak... Maksudku hadiah istimewa untukmu dan si idiot itu." Edith ikut bersuara, mendorong keras-keras pintu—seperti hendak menagih hutang yang lamanya sudah tahunan.
Haruto berpikir untuk mencari persembunyian, ia diam tanpa melakukan apa-apa setelah turun dari kursi. Haruto menutup telinga, saat benda meras menampar pintu—senada dengan hitungan satu hingga lima dari Caesar, mereka benar-benar menghancurkan pintu demi menunjukkan Hadian istimewa itu. Bola mata Haruto terus bergulir mencari tempat pelarian, matanya melihat ke arah jendela.
Terbesit untuk kabur dari tempat ini, Haruto bergegas membuka jendela tersebut, sementara pintu sudah bisa diprediksi setengah rusak. Teriakan dan sumpah serapah mereka lontarkan, tidak segan-segan dengan mengucapkan banyak nama binatang, Haruto melompat setelah ia berhasil keluar.
Anak itu berlari menuju hutan, menyeret tasnya di rerumputan. Kemudian ia bersembunyi di balik pohon mahoni berbatang besar. Ia mengatur napas sambil menyandarkan diri, Haruto mengintip sedikit ke arah kamar Leroy, empat anak berandalan itu berhasil masuk. Mereka berteriak memanggil nama Leroy, bahkan tidak segan mengobrak-abrik isi kamar itu—Haruto segera berbalik, ia mengencangkan ikatan tali sepatu, membenarkan tasnya yang sudah berada di punggung.
"Dia lari ke hutan! Kejar!" suara Caesar mengintruksikan temannya, satu per satu dari mereka keluar lewat jendela.
Haruto berlari sekencang-kencangnya, melewati pohon-pohon, yang tinggi bak raksasa. Berkali-kali empat berandal meneriaki namanya dengan sebutan 'Leroy!' padahal mereka benar-benar salah mengejar orang. Haruto tersandung ranting kayu, ia terguling di rerumputan—tas yang berada di punggungnya tepat menutup setengah wajahnya. Haruto lekas berdiri—membuka tasnya, mengambil boneka beruang pemberian Leroy dan mengambil sebuah cutter. Dengan sengaja nencapakkan tasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST OF VALOR| TREASURE
Misterio / SuspensoMereka bilang, Haruto gila. Setelah mengunyah kecoa. Ia divonis sebagai disabilitas mental, yang ke depannya harus masuk sekolah ABK. Namun hal itu ditolak mentah oleh Ayahnya, dengan keras kepala Ayah Haruto tetap mendaftarkannya pada sekolah swast...