26

211 20 6
                                    

 
  Haruto tidak ditemukan pada malam itu, dua orang remaja yang dianggap korban telah diamankan Polisi. Dalam wawancara dengan dua korban, alasan pembunuhan belum jelas. Identitas sang pelaku berhasil disikat; Watanabe Haruto, usia delapan belas tahun berdarah Jepang-Korea, yang tergabung dalam pendidikan international boarding school.  Doyoung bersaksi bahwa Haruto telah menghabisi lima temannya ia mengungkapkan identitas lima korban tersebut, Doyoung mengaku bahwa ia tidak mengenal spesifik di arah dan di mana lima jasad temannya. Mendapatkan kesaksian korban selamat pihak Tentara, Polisi dan tim SAR melakukan pencarian.

  Namun pengaruh negatif dari lima korban pembunuhan yang dibeberkan identitasnya tersebut, membuat para orang tua korban menuntut atas kematian anaknya. Para orang tua melakukan demo pada pihak sekolah hingga pemerintah Korea Selatan, akibat aksi demo tersebut pemerintah Korea Selatan mengeluarkan surat edaran proklamasi 1. Keluarnya kebijakan proklamasi 1 membuat kericuhan dan tindakan tidak terima serta dukungan dari penduduk setempat, Tentara yang ditugaskan bergerak pada sore dan berjaga di malam hari sebelum perpindahan massal, penduduk asing diberi waktu dari pagi hingga pukul 15.05 untuk berkemas selebihnya Tentara akan segera melakukan penangkapan.

  Lero yang awalnya diamankan Polisi harus menerima tindakan relokasi, pada waktu yang sudah ditentukan Tentara datang bersama dengan pasukan bersenjata. Para orang tua menarik koper mereka, peraturannya hanya boleh membawa satu koper harta berharga lainnya dicampakkan begitu saja, bagi mereka yang tidak menuruti peraturan akan dihukum. Sore itu jalanan ramai akan masyarakat asing yang melakukan relokasi, barang-barang mereka dimasukkan ke dalam truk Tentara, sementara pemiliknya akan masuk ke dalam truk penumpang.

  Sebelum mereka masuk ke dalam truk penumpang orang-orang asing itu dipercayakan untuk memakai sebuah bros bernomor yang diletakkan di dada guna mengetahui hitungan berapa keluarga yang ikut dalam relokasi tersebut. Di dalam truk itu Leroy berdiri paling ujung di antara orang-orang yang berdesakan, anak kecil menangis kesulitan bernapas dan suara tembakan serta peluit peringatan. Leroy dapat melihat ratusan kepala keluarga harus berpisah saat menaiki truk penumpang, jika waktu berbaik hati mungkin akan kembali bertemu di alur selanjutnya.

  Seorang Tentara berdiri mengatur jalannya relokasi, memperhatikan penduduk asing yang hanya bisa diam, patuh akan perintah. Leroy menyadari di dalam truk itu ada banyak sekali perbedaan, penduduk asing dari Eropa hingga kawasan negara tetangga yang beradu nasib di negeri orang. Mereka berbicara dalam bahasa Inggris, Mandarin, Jepang dan Canton—mereka menyebutnya relokasi penduduk asing tapi bagi Leroy hal ini lebih layak disebut deportasi, pengusiran warga asing yang tidak dikehendaki. Leroy yang menyadari hal ini sama seperti peperangan Amerika, di mana saat itu penduduk Japan town diasingkan karena perang semakin ganas, perang antara Amerika dan Jepang dan di masa sekarang dan didetik ini.

  Leroy yang merasa bahwa dirinya seperti orang-orang Jepang yang terusir dari Amerika. Bisa berbahasa Korea tidak membuatmu selamat dari yang bukan deportasi, dari truk penumpang ini Leroy dapat siswa yang kedua orang-orang berwajah cukup Korea berbaris dengan protes siswa internasional digiring seperti anak bebek, mereka diteriaki, baris berbanjar seperti peserta parade pada acara besar. Terdengar pula orang-orang berwajah cukup Korea yang berbicara lantang dengan dua bahasa sekaligus.

"Aku orang Korea! Suamiku berdarah Korea-Polandia! Anak kami lahir dan tumbuh di Korea, kami orang Korea!" Wanita itu menerangkan pada Tentara yang berjaga untuk melancarkan masuknya barang ke dalam truk.

"Maaf Nyonya, kami hanya menjalankan tugas. Tapi, tetap saja Anda orang asing, Nyonya!"

    Begitulah fenomenanya, anak wanita yang digandeng Ayahnya menangis keras saat Tentara mendorong mereka masuk ke dalam truk penumpang. Leroy menyeka keringatnya, matahari tenggelam dengan lambat di balik awan—hiruk pikuk ratusan keluarga asing masih berdesakan masuk ke dalam truk, setelah selesai Tentara membawa ratusan keluarga keluarga ke dermaga, kabarnya mereka akan menaiki feri menuju daerah pesisir yang asing. Tentara yang bertugas di sana telah menginformasikan bahwa kamp sementara layak dihuni.

FIRST OF VALOR| TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang