27

242 19 1
                                        


  Pada pagi menjelang siang di ruang tengah, Polisi Jaehyuk membawa secangkir kopi. Masih dalam berseragam ia mendudukkan bokongnya pada sofa tunggal, matanya liar menatap seisi rumahnya yang terasa asing, tadi tidak lama sekitar sepuluh menit yang lalu ia sudah mendapatkan kabar atas penemuan boneka beruang, yang disimpulkan memang milik pelaku. Tapi, lebih dari siapa pemiliknya melainkan hal aneh yang ditemukan di dalamnya. Polisi Jaehyuk menyesap kopi hangat, ia kembali terbayang dengan penemuan jasad korban, hal yang paling mengerikan yang pernah ia temui dalam beberapa tahun meniti karier sebagai Polisi dalam divisi kriminal.

  Justru ini menjadi kasus terbesar yang pernah ia cicipi selain pembunuhan pak Zhang yang pelakunya masih belum diketahui. Pada dasarnya, rasa curiga merujuk pada Junghwan dan Peony sementara sekarang dua anak itu tersebut menjadi sasaran pembunuhan berantai. Belakangan ini, Mrs. Betty tidak tampak berhadapan dengannya sebagai saksi penemuan jasad pak Zhang, hal ini menjadi cukup sulit apalagi federal berfokus pada pencarian pelaku pembunuhan berantai dan menjalani tahap deportasi.

  Lonceng yang bertengger di belakang pintu utama terdengar gemerincing, menandakan bahwa seseorang telah masuk. Polisi Jaehyuk langsung menoleh, karena ruang tengah tidak jauh dari pintu utama rumah. Polisi Jaehyuk membuang napas kecil, ia memperhatikan pergerakan Polisi Pil-doo yang datang setelah ia minta beberapa menit setelah laporan penemuan isi di dalam boneka beruang tadi.

"Kau tak bertugas di kamp?" Tanya Polisi Pil-doo, sebelum duduk di sofa seberang.

Polisi Jaehyuk menggelengkan kepalanya. "Aku berjaga di sekitar rumah yang mereka tinggalkan, di waktu malam," jawab Polisi Jaehyuk.

"Ya, aku akan pergi ke kamp terakhir mereka sore ini, kamp sementara terlalu buruk sebagai persinggahan, mereka mempercepat pembangunan kamp terakhir di daerah pegunungan," jelas Polisi Pil-doo begitu antusias, padahal Polisi Jaehyuk juga sudah tahu hal itu. Ia hanya mengangguk saja mendengarkan beberan informasi dari Polisi Pil-doo.

"Apa yang membuatmu memaggilku kemari?" Tanya Polisi Pil-doo, kaki kanannya berpangku pada kaki kirinya.

Polisi Jaehyuk melirik sebentar posisi itu. "Boneka yang ditemukan Tentara malam itu, sudah diperiksa badan forensik. Dan apa kau tahu jika ada resleting di bagian punggung boneka itu?" setelah mengajukan pertanyaan yang hanya dijawab gelengan kepala oleh Polisi Pil-doo.

"Mereka menemukan potongan jari dan bola mata, itu pasti milik korbannya." setelah berucap demikian ia menatap lawan bicaranya.

Polisi Pil-doo meneguk ludah. "Lantas, apa identitas korban sudah diidentifikasi Polisi yang bertugas?"

Polisi Jaehyuk mengetuk meja. "Caesar, Junghwan dan hanya batang tubuh tanpa kepala. Hanya tiga itu yang mereka temukan, sisanya masih tahap pencarian."

"Sadis, anak itu tidak berperikemanusiaan. Masalah terberat sekarang pelaku kabur, menyulitkan pencarian jasad korban, bagaimana pun pelaku pasti satu-satunya orang yang paling tahu. Tapi, bagaimana dengan Doyoung?"

"Sudah bersama orang tuanya, kabarnya dalam pemulihan. Kakinya sulit digerakkan karena rasa sakit akibat tembakan. Leroy, aku berpesan pada pimpinan Tentara, untuk memperhatikan anak itu, mau bagaimana pun dia juga korban meski tetap diharuskan mengikuti deportasi," jawab Polisi Jaehyuk dengan kedua mata yang menatap ke arah jendela di belakang Polisi Pil-doo.

Polisi Pil-doo mengangguk-anggukan kepalanya memahami penjelasan Polisi Jaehyuk. "Dan, apa kau yakin tanpa alasan Haruto membunuh mereka? Apa kau ingat? CCTV di ruang olahraga hilang, artinya ada sesuatu yang sempat terjadi di sana sebelum ada yang mencurinya."

"Aku sebenarnya mencurigai seseorang, meskipun kamera pengawas dicuri tapi, rekamannya tidak mungkin bisa dicuri. Apa kau mengerti maksudku?"

Mata kedu Polisi itu saling menatap. "Mrs. Betty adalah jawabannya,"

FIRST OF VALOR| TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang