Caesar membelah semak belukar, hingga tanaman merambat mengait pada lengan, kaki serta lehernya tapi itu tidak membuatnya barang sedetik pun berhenti berlari, tak juga ia berpikir ke mana dua temannya, pada dasarnya mereka sama-sama berkinginan untuk selamat dari hantaman Haruto. Napas Caesar terengah, kakinya tersandung batu hingga tubuhnya terjerembab—dengan panik ia menoleh ke belakang, senyap. Tidak ada tanda-tanda pergerakan apa pun kecuali suara napasnya yang memburu terbawa angin. Caesar meratapi hidupnya, ia mengumpat sembari memengagi dadanya yang terasa sakit.Ia berdiri, menatap sekeliling yang semakin asing. Sudah berapa jauh ia masuk ke hutan, dan yang membuat Caesar sadar pilihan untuk kehutan demi membalaskan dendam atas kematian Caspian justru pilihan yang salah, kesalahan yang besar, Peony telah mati. Pada dasarnya semua pasti akan mati, idiot itu tidak seperti yang ia kenal, dia berubah benar-benar berubah. Caesar melangkah terseok, ia tersesat di hutan yang tidak ia tahu arahnya di mana, di Barat Daya, Utara, Selatan Timur atau lebih buruknya, ia jauh dari posisi sekolah. Pantas, guru mereka selalu melarang siswa agar tak terlalu masuk ke dalam hutan karena hutan ini besar dan menyesatkan.
Caesar menangis di perjalanan, ia menatap pohon tinggi yang bagai gergasi menghadang santapan, sinar matahari pun tak menembus dedaunan. Rasa dingin menghujam, angin bertiup menakutkan kabut muncul perlahan. Dunia Caesar seperti berada di ujung jalan, beku, buntu dan menakutkan—air mata Caesar bergulir melingkari dagu, celananya yang basah membawa ranting daun hingga rerumputan yang menempel. Tenggorokannya kering, perutnya semakin terasa lapar—ia mendongak melihat ke dedaunan yang bergoyang, hutan rasanya terasa pengap kabut menebal gelap menyerang, akankah malam telah tiba.
Caesar duduk di tengah susuna pohon yang duannya melambai, kabut membuatnya tenggelam kecuali sepasang matanya yang menyorot ke segala penjuru hutan. Ia memeluk lutut, tubuhnya menggigil, ia mengigit bibir, kedinginan yang luar biasa. Caesar merebahkan diri, meringkuk dengan waspada—memejamkan mata, tubuhnya lelah amat sangat lelah, ia pasrah. Semuanya akan mati, seperti tiga temannya, tidak akan ada yang berhasil, tidak mungkin.
Belum lama Caesar memejamkan matanya, hujan turun mengguyur, Caesar lekas bangun ia mendongak membuka mulutnya berharap dapat mengobati rasa hausnya. Caesar seperti orang gila di bawah rinai hujan, stres menghukum dirinya—bayangan mengerikan kepala Peony menghantui dirinya, ia teringat hal-hal manis yang sering dilakukan dengan Caspian, bermain main game bersama, memetik buah, mencuri kaset CD, menanam pohon, dan menonton acara televisi yang sama-sama mereka sukai. Caesar melihat saudara kembarnya berlompat kangguru menghampirinya, membawakannya kue hingga bermacam-macam makanan lezat.
Caesar melihat adiknya melambai, Caesar tersenyum ia melangkah mengikuti sang adik yang membawa lari sepiring bebek panggang. Aromanya semakin menggiurkan, membuat Caesar tak tahan untuk menyantap—Caspian tertawa berlari semakin cepat, membuat Caesar semakin jengkel dengan kembarannya itu. Hujan deras semakin membuatnya buta, kabut menenggelamkan tubuhnya dari sedikit cahaya kemerahan di belakang sana. Sosok itu memanggil Caesar, berteriak nyaring meminta Caesar berhenti.
Namun, telinganya seperti menuli. Adiknya itu berlari dengan kencang ke arah kasur tidur, kasur empuk yang selau menjadi favoritnya. Terlihat Caspian meletakkan sepiring bebek panggang di atas meja belajar, Caspian menjulurkan lidah kemudian merebahkan dirinya pada kasur. Caesar yang jengkel membuat sebuah tinju—tujuannya hanyalah bercanda terhadap sang kembaran, tubuh Caesar melayang dengan mata terpejam.
Caspian tertawa, angin di hutan itu bertiup semakin garang, cahaya kemerahan yang berkelip semakin cepat menyusul di belakangnya. Rambut Caesar tertiup angin, tubuhnya semakin cepat menuju dasar, aroma daging bebek panggang semakin merayu perutnya. Semua apa yang dilihatnya buyar, saat tubuhnya jatuh mengenai batu di bawah sana, kabut tiba-tiba menipis hujan pun berubah gerimis. Caesar meringkuk tewas di atas batu, kedua tangannya patah memunculkan tulang siku yang menonjol. Doyoung mengecap ludah, air matanya menetes melihat Caeser telah mati, jatuh dari ketinggian.
Darah menghiasi batu itu, benturan serius membuat kepalanya terluka. Jasad itu meringkuk seperti tidur dengan nyaman, Doyoung memukul bumi dengan frustrasi—ia merasakan sesak dalam dadanya, Junghwan telah tertangkap dan Caesar memilih mengakhiri hidupnya. Rasa sakit di dada Doyoung mengalahkan pedihnya luka di paha, ia terisak, pemantik api yang dipegangnya mengerat—gerimis terus menembus kulit, rasa dingin hirau karena rasa sakit merajai segalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/340579605-288-k541197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST OF VALOR| TREASURE
Mystery / ThrillerMereka bilang, Haruto gila. Setelah mengunyah kecoa. Ia divonis sebagai disabilitas mental, yang ke depannya harus masuk sekolah ABK. Namun hal itu ditolak mentah oleh Ayahnya, dengan keras kepala Ayah Haruto tetap mendaftarkannya pada sekolah swast...