Polisi Jaehyuk mengernyit keningnya dengan heran, ia terkejut membaca data hasil otopsi jenazah Pak Zhang. Sebelum tewas mengenaskan di ruang olahraga, Pak Zhang sempat mengonsumsi narkoba jenis ganja—selain itu, dua tusukan di leher belakang hanya sedalam lima centi, jenis pisau yang digunakan hanya berupa pisau dapur, yang ujungnya tidak terlalu runcing. Bahkan belahan dan robekan pada perut korban jelas baru dilakukan setelah sekitar sepuluh menit tusukan pada leher korban, artinya? Tentu saja diprediksi ada dua pelaku yang datang dengan waktu yang kontras.
Perihal mengindentifikasi atau prediksi senjata, robekan pada perut korban sangat jelas menggunakan pisau khusus semisal, pisau khusus belah perut yang sering digunakan oleh oknum Dokter tak berpengalaman. Pisau itu memiliki ujung yang runcing, bagian mata pisau melengkung ke atas, dan bagian atas sebelah kanannya terdapat sisi patahan yang sedikit naik ke atas. Polisi Jaehyuk meletakkan data hasil otopsi tersebut, ia mengetuk meja—menerawang untuk mencari kejelasan, kira-kira siapa pelakunya.
'Saat menembak sore itu, kami baik-baik saja, selayaknya hubungan antar siswa dan Guru'
'Dia meminta imbalan untuk melakukan—'
Polisi Jaehyuk mengetuk meja, hanya ada dua orang di antara dua anak pada saat itu. Alasan Peony Tiny tidak rasional saat berkata bahwa Pak Zhang meminta imbalan membelikan camilan, secara tersirat ada perkara kecil yang disembunyikan gadis itu—selain tingkahnya yang terkesan aneh, secara psikologis nada bicaranya sudah dapat ditebak menyembunyikan sesuatu. Rasa curiga dalam bentuk apapun dapat terlihat dengan jelas dari keduanya.
"Hei," panggil Polisi Jaehyuk pada rekannya yang sibuk mengutip catatan interview lewat komputer.
"Kenapa? Kau tidak percaya hasil otopsinya?" Tebak Polisi Pil-doo dengan sembarang, apalagi melihat kerutan wajah yang jelas stress dari muka polisi Jaehyuk.
"Bukan, bukan itu. Kau ingat interview saat itu, bukan?—" Polisi Pil-doo langsung mengangguk, "Apa kau curiga, jika pertemuan antara Junghwan dan Pak Zhang bukan hanya sekadar menembak. Maksudku, pasti ada alasan mereka bertemu di lapangan menembak sore itu."
Polisi Pil-doo menyipitkan matanya. "Tunggu, kau berpendat kalau pertemuan sore itu ada kaitannya dengan narkoba dalam data otopsi?"
Polisi Jaehyuk mengangguk. "Aku mengira, pertemuan antara pak Zhang dan Junghwan tidak lebih saling membagi narkoba, pasalnya, saat interview itu, celana yang digunakan berbau ganja," pungkas Polisi Jaehyuk dengan tenang.
"Lantas? Apa selanjutnya? Apa yang akan kita lakukan ke depannya?" Tanya beruntun Polisi Pil-doo dengan ekspresi wajah biasa.
"Aku punya rencana," jawabannya enteng, matanya menyala menatap lawan bicaranya yang tertegun menunggu rencana apa yang akan dilakukan Polisi Jaehyuk.
---00---
Leroy mendapati telepon dari Damian jika Seon-yong pulang sore ini, dengan tanpa gairah lelaki itu memilih menanggapi dengan santai. Pasalnya, pikiran Leroy terus mengarah kepada Haruto, ia harus menghentikan aksi salah Haruto—semua langkah yang dilakukan Haruto tidaklah benar, Haruto tidak memikirkan konsekuensi yang akan didapatnya jika semisal Polisi mengendus kejahatannya atas penghilangan nyawa, bisa-bisa Haruto tergugat pasal berlapis.
Betapa sebenarnya Leroy benar-benar menyayangi Haruto meski ia tahu bahwa hubungan itu hanya sekadar persaudaraan tiri. Menikah karena Seon-yong ingin mengambil aset Damian, kenapa Leroy berpikir demikian? Hal itu terbukti saat dia menyembunyikan fakta jika Haruto adalah anaknya. Sungguh Leroy tidak dapat dibohongi, Leroy ingat betul saat Seon-yong menenggelamkan Haruto, memukuli Haruto dan mengusir Haruto dari rumah. Ia ingat betul Haruto berteriak berucap Mama saat Seon-yong memukul kaki Haruto hingga timpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST OF VALOR| TREASURE
Детектив / ТриллерMereka bilang, Haruto gila. Setelah mengunyah kecoa. Ia divonis sebagai disabilitas mental, yang ke depannya harus masuk sekolah ABK. Namun hal itu ditolak mentah oleh Ayahnya, dengan keras kepala Ayah Haruto tetap mendaftarkannya pada sekolah swast...