[ Brothership, Sicklit, Angst ] ㅡ TERSEDIA VERSI CETAK
Namanya Askara Devan, tapi akrab disapa Radev. Punya 2 kakak dan 1 adik, tapi semua orang memperlakukan dia berbeda karena katanya Radev itu istimewa. Kalau kata Sangga, Radev mirip kayak kaca...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu kayak pantun, Dev."
"Maksudnya?"
"Cakep."
Hampir saja gulungan kertas berukuran A1 itu mengenai kepala Hanan, sayangnya Radev terlalu baik dan penyabar. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, tapi untungnya matahari sedang bersembunyi dibalik awan, membuat sekitar tak terlalu panas atau gersang.
Setelah melepas seatbelt dan turun dari mobil sang kakak, Radev mulai menapaki lantai gedung FT dengan semangat yang menggelora. Ini bukan kali pertama memang, lebih tepatnya sudah hari keempat sejak Radev diizinkan untuk kembali masuk kuliah. Tapi, kali ini sensasinya berbeda, ia lebih bersemangat daripada sebelumnya. Mungkin karena sudah tertinggal banyak materiㅡsekalipun Jovan sudah membantu mencari rangkuman yang dibutuhkannyaㅡRadev kini bertekad akan lebih rajin dan serius kuliah.
Kondisi fisik Radev memang tidak bisa kembali seperti dulu, selain karena kini asmanya yang semakin parah dan semakin sensitif, dokter juga mewanti-wanti Radev untuk menjaga kepalanya agar tidak terbentur atau mendapat luka baru. Walaupun begitu, setidaknya sekarang Radev sudah terbebas dari jeratan peralatan medis yang 2 minggu lebih melilit tubuhnya, belum lagi terapi dan beberapa pengobatan yang harus ia jalani pasca koma.
Tepat sebelum naik lift ke lantai empat, Ardhi tiba-tiba muncul dari arah berlawanan, kemudian berdiri bersama sembari menunggu pintu mesin pengangkut itu terbuka.
"Kak Ardhi kelihatan capek banget. Gak tidur, kak?" Tanya Radev yang langsung membuat Ardhi menggosok matanya pelan. Tentu saja ia penasaran, penampilan kakak tingkatnya itu terlihat begitu memprihatinkan. Kantung mata, mata sayu, bibir kering, dan jangan lupakan kemeja lusuh berbalut jaket jurusan yang dipakai asal. Ardhi lebih terlihat seperti mahasiswa tingkat akhir krisis jam healing daripada ketua departemen di BEM.
"Tidur sih, tapi cuma sekitar 2 jam kayaknya." Jawab Ardhi seraya melangkahkan kakinya memasuki lift bersama Radev, hanya ada mereka berdua disana, sebuah hal yang jarang terjadi ketika jalur ini sepi peminatㅡatau mungkin orang-orang sedang membiasakan hidup sehat dengan naik tangga?
"Karena tugas?" Tanya Radev, lagi. Ia penasaran.
Ardhi menggelengkan kepala, "Bukan. Tugas mah easy, kakak lagi sibuk rapat buat persiapan masa bimbingan fakultas."
"Masa bimbingan?"
"Iya. Lo ikut kan?"
Kini Radev menggelengkan kepalanya, hatinya tentu saya ingin mengikuti agenda 'wajib' setiap tahun itu, tapi ia tidak yakin akan mudah mendapatkan izin dari keluarganyaㅡterlebih lagi izin dari Ratih.
"Mabim tuh seru, Dev. Sayang banget kalo dilewatin gitu aja. Kalo lo khawatir kegiatannya bakal bikin capek, tenang aja, gue sama Ren bakal mastiin semuanya aman buat lo." Ardhi sedikit membenarkan ransel yang ada dipunggungnya setelah keluar dengan sempurna dari lift. "Pendaftarannya sampe besok. Kalo gak bisa ke kampus, kirim softfile aja ke gue. Gue tunggu ya, Dev!" Lanjutnya sebelum melenggang pergi.