BAGIAN 3

482 60 111
                                    

Sewaktu kecil, saat aku masih belajar berjalan itulah pertama kalinya aku menggunakan kekuatan ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sewaktu kecil, saat aku masih belajar berjalan itulah pertama kalinya aku menggunakan kekuatan ku. Mama sedang sibuk melipat kain bersih sedangkan Papa sedang menerima telpon sejenak, ia meninggalkan diriku sebentar yang berada di ruang tamu. Dengan langkah tak kuat dan masih belum terlalu tegap aku berjalan menuju ke arah pintu depan yang terbuka lebar. Hari itu cuaca sangat panas karena sedang musim kemarau, Mama sibuk melipat kain sedangkan Papa sibuk dengan telpon.

"Ive," panggil Papa.

Papa beranjak kembali mendekati tempat dimana diriku masih berdiri tadinya. Papa terlihat bingung, "Ma, Ive lagi sama kamu ya?" Tanya Papa sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Nggak, kan tadi sama kamu belajar jalan," jawab Mama ikut bingung.

Mereka langsung beranjak dari posisi mencari ku ke sepanjang penjuru ruang tamu sambil memanggil-manggil namaku.

"Ive!"

"Ive, kamu dimana sayang?"

Papa dan Mama mencari ku dengan keadaan panik, tak menemukan diriku di sepanjang ruang tamu. Aku tidak di dalam rumah, kedua kaki mungilku sedang menginjak rumput di halaman depan.

"Ive!" Papa bergegas mendekat dan langsung memelukku.

Mama menyusul tak lama, ia tampak berlinang air mata. Aku saat itu baru berumur satu setengah tahun bahkan bicara pun masih belum bisa. Mama dan Papa tampak berbincang sesuatu setelah kejadian tersebut. Esok harinya pintu depan dibatasi oleh sebuah kayu pipih yang melintang setinggi setengah meter.

Hari-hari berikutnya Papa jauh lebih memperhatikan pertumbuhan ku. Mulai dari berjalan dan berbicara, sejak saat itu tak ada lagi Mama dan Papa memasang wajah penuh kekhawatiran seperti saat itu. Tidak sampai aku berumur 4 tahun, kejadian itu terulang lagi. Aku yang sebelumnya berada di dapur mendadak menghilangkan dan tiba di halaman belakang dekat pohon Bidara India milik Mama. Untuk kedua kalinya aku melihat Mama sangat khawatir, ia langsung memeluk badan kecilku begitu ketemu. Malamnya Mama dan Papa berdiskusi lagi akan sesuatu yang ntah apa itu.

"Tapi bagaimana bisa Pa, aku aja nggak bisa," ucap Mama dengan suara lunak.

Papa mendekat dan mengusap pundak Mama, "mungkin kamu nggak bisa melakukannya tapi itu bisa turun lewat gen yang kamu miliki dari ibu kamu kan," Papa berkata dengan nada lembut.

Mama tampak sedih, ia menutupi wajah dengan tangannya sendiri, "Mama harap dia besar tanpa ada kekuatan itu Pa," suara Mama terdengar serak, "Mama mau Ive tumbuh dengan normal."

Papa memeluk Mama, menenangkannya sambil terus berkata semua akan baik-baik saja nantinya. Mereka masih sempat berkata beberapa kalimat sebelum akhirnya beranjak ke kamar.

"Apa yang Mama dan Papa bicarakan?" Gumamku bertanya pada diri sendiri.

                                  ***

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang