BAGIAN 27

78 7 0
                                    

Kami berlari sekuat tenaga, menembus jalan yang di penuhi bayangan hitam milik Lozen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami berlari sekuat tenaga, menembus jalan yang di penuhi bayangan hitam milik Lozen. Kami berlari menuju ke depan istana Ruby, jaraknya lumayan jauh jadi membutuhkan waktu lima menit agar kami sampai ke depan dengan berjalan kaki mungkin butuh tiga menit agar kami bisa sampai dengan berlari seperti ini.

Lozen mengejar kami dibelakang, melayang di udara sambil berseru menyuruh kami untuk berhenti.

"Yang benar saja. Mana ada maling mau berhenti jika d kejar warga." Ledek Aiden sambil melirik ke belakang.

Astaga yang benar saja disaat seperti ini dia bahkan masih bisa bercanda seperti itu?

"Aiden kau memiliki kekuatan juga?" Tanya Anna berlari di sebelah kiriku.

Aiden menyengir memperlihatkan gigi putihnya, "Heh! Apa kalian pikir hanya kalian yang bisa memilikinya?" Jawab Aiden dengan nada angkuhnya.

Aku memutar bola mata jengah, jika bukan terdesak seperti ini sudah kulempari dia dengan tas di punggungku ini. Amy tiba-tiba teringat sesuatu, benda yang dimaksud Lozen mungkin saja benda itu.

"Tapi kenapa dia mendadak menyerang kita merepotkan saja." Omel Aiden terlihat jengkel.

"Ntahlah dia bahkan membuat Ive sampai terluka." Jawab Anna sambil melirikku yang sedang diam berpikir.

Aiden menyinggung senyum miring, "disaat seperti ini kau memilih mengkhawatirkan orang lain? Aku sih lebih khawatir dengan diriku sendiri." Aiden berkomentar dengan nada geli.

"Ini bukan saatnya bercanda anak-anak, kita harus bergegas." Feer memanggil kami di depan.

Kami serempak mengangguk, jika bukan karena Aiden aku takkan terbawa mengobrol dengan mereka. Kami bergegas berlari menuju ke arah pintu yang sudah terlihat di mata.

"Dimana Meraz?" Tanya Vero memerhatikan sekitar tak ada Meraz sedari tadi.

"Mungkin dia sudah lebih dahulu menyelamatkan diri setelah di serang." Jawab Feer bergegas mempercepat langkah rapuhnya. Walau tua bukan berarti dia tak bisa berlari, karuan Feer bahkan lebih cepat dari kami bertiga.

"Jangan pikir kalian bisa lari!" Seru Lozen dengan suara lantang.

Kini dia sudah ada di belakang kami beberapa meter dnwgan tangan yang mengarah ke depan. Tiba-tiba bayangan di lantai bergerak dan membentuk sesuatu. Jarak kami dengan pintu hanya tinggal dua puluh meter saja.

"Akh!" Sebuah tangan bayangan menahan badanku. Menggenggam badanku dengan mudah.

Anna berseru dan langsung menyerang dengan sulur bunga mawar miliknya. Aiden juga melakukan perlawanan dengan membekukan tangan bayangan tersebut namun sebuah tangan lainnya sudah lebih dahulu mengenai mereka hingga membuat mereka terpelanting ke belakang. Mereka menghantam dinding dengan sangat keras hingga menbuat bolong dinding.

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang