BAGIAN 30

70 7 0
                                    

Begitu suara jentikan jari itu terdengar kami sudah berpindah tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu suara jentikan jari itu terdengar kami sudah berpindah tempat. Saat ini kami tidak lagi di hutan pohon tinggi namun berada di pinggir sungai yang ntah dimana.

Nafasku tersengal. Aku terjatuh ke tanah pinggir sungai yang terasa sangat lembek.

"Wow! Kau barusaja memindahkan kita semua Ive." Seru Aiden dengan wajah antuasias. "Ini pertama kalinya aku merasakan perpindahan tempat yang seperti itu."

"Nak, bagaimana caramu melakukannya?" Tanya Feer mendekatiku yang masih terduduk di tanah.

Aku menggeleng. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba kekuatanku bisa membawa orang sebanyak ini dan sekarang seberapa jauh kami dari pasukan tempur?

"Kurang lebih kita sudah menjauh setengah kilometer dari pasukan tempur tadi." Ujar Vero seolah tahu apa yang kupikirkan.

Anna membantuku bangkit. Kakiku terasa lemas karena keadaan genting yang terus-menerus seperti merenggut nyawa. Aiden yang ada di sebelahku masih bertanya dengan wajah antusias.

Feer melirik ke langit memerhatikan sesuatu dalam diam. "Kita sudah dekat, sungai ini akan mengalir sampai ke lautan di dekat Vila-ku berada." Ujarnya membuat senyum Anna merekah.

Kami harus berjalan menuju ulu sungai ini. Paling tidak sudah tidak terlalu jauh, jika masih jauh lebih baik aku menyerahkan diri ke hewan buas di hutan ini daripadanya tertangkap pasukan tempur.

"Tapi kenapa pasukan tempur itu mengejar kita?" Tanya Anna dengan nada polos.

Aiden mendengus. "Aku berani taruhan pria suram di istana tadi yang mengirim pasukan tempur itu untuk mencari kita." Jawab Aiden sambil memasang tampang kes.

"Tapi bukankah benda yang dia inginkan sudah dia dapatkan?" Anna kembali memberikan pertanyaan.

"Memang tapi tak ada jaminan kalau pria suram itu bisa menggunakannya. Lagipula itu juga novel kosong, apa bagusnya." Aiden berseru sebal.

Feer menghela nafas panjang. Pria tua itu jelas sudah lelah, didalam kapsul harus berguling-guling sekarang harus berjalan satu setengah kilometer untuk menuju ke Vila pinggir kota milik Feer.

Vero juga terlihat lelah. Yang paling kumal diantara kami adalah dia karena paling dekat dekat mesin-mesin kontrol kapsul yang meledak tadi. Aiden yang disebelah aku masih mengomel sedangkan Anna terlihat masih agak pucat walaupun sudah banyak bertanya.

"Feer, apakah kau mengetahui siapa pria tadi?" Tanya Vero yang berjalan di sebelah Feer.

Pria itu menggeleng. "Aku tidak tahu Vero. Pria itu sama sekali bukan orang dari dunia ini. Tak ada seseorang pun dalam sejarah dunia kita ada yang mengendalikan bayangan." Jawab Feer dengan nada lelah. Wajahnya pun terlihat lelah dan kusam.

Aku menghela nafas panjang. Hari ini benar-benar berat sekali yang dijalani. Bahkan lari dari pasukan tempur yang hendak menangkap kami tanpa alasan yang jelas. Seharusnya kami saat ini sedang belajar matematika di kelas sambil mendengarkan Miss Sari, bukan di sini.

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang