BAGIAN 36

74 6 0
                                    

Pagi-pagi buta aku sudah membangunkan Aiden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi buta aku sudah membangunkan Aiden. Anak itu seperti batu yang bisa mendengkur susah sekali untuk di bangunkan. Aku harus berkali-kali namanya agar anak itu sedikit sadar.

"Apa yang kau inginkan, Ive?" Tanya Aiden dengan suara merengek. Ia terlihat masih sangat ngantuk.

"Cepat bangun Aiden!" Seruku sambil menarik selimut yang menutupinya.

Aiden terlihat sebal, ia bangun dari tidurnya sambil mengucek matanya. Rambut hitam miliknya berantakan dan terlihat kusut, belum lagi dengan wajahnya yang terlihat sangat menyebalkan dimataku.

"Cepat bangun." Seruku lagi.

"Kenapa berisik sekali?" Anna ikut terbangun karena teriakanku barusan.

Anna bangun dari tidurnya persis sama seperti Aiden. Mengucek mata dengan setengah sadar. Aku menghela nafas kasar dan bergegas menyuruh mereka berdua untuk bangun berhubungan juga sudah sadar. Dengan mengomel-ngomel kecil Aiden bangun dari ranjangnya.

"Ada apa, Ive?" Tanya Anna. Dia berdiri di sebelahku sambil merapikan anak rambutnya.

"Aku butuh bantuan kalian lagi." Ujarku dengan wajah serius. Aku sadar, aku payah dalam pertarungan dan sama sekali tak bisa membantu atau melindungi seseorang. Aku hanya bisa menyelamatkan diri sendiri dan itu tidak akan merepotkan orang lain.

Aiden mendekat sambil menguap lebar. "Apa yang kau inginkan, Ive? Ini masih jam enam kita juga tak sekolah." Ujarnya dengan nada malas.

Aku memutar bola mata jengah. Menyebalkan sekali berurusan dengan Aiden namun saat ini hanya pada mereka berdua aku bisa meminta tolong akan hal ini. Aku butuh teman latihan yang bisa membuatku berkembang.

"Bantu aku latihan." Kataku dengan jelas.

Tiba-tiba mata Aiden terbuka lebar, tangan kanannya bergegas memegangi dahiku, "astaga!"

"Apa yang kau lakukan?"

"Ive, kau tidak sedang sakit kan? Apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Suhu tubuhnya juga baik-baik saja dan normal." Tangan Aiden memegangi dahiku.

Aku menepis tangan Aiden dari dahiku dan menatapnya sebal. "Apa salahnya? Bukankah kau sendiri yang bilang kalau aku harus berkembang." Kataku dengan nada sebal. Aiden benar-benar menyebalkan.

Anna juga sepenuhnya sudah sadar, ia mengangguk setuju. "aku juga, aku ingin melatih lebih lanjut mengendalikan cambuk bunga mawar milikku." Ujarnya sambil tersenyum lebar. Anna memegangi bahuku memberikan semangat.

Aiden kembali menguap lebar, jawabannya yang kami tunggu saat ini. Kekuatan Aiden sangat membantu kami latihan terutama dia terlihat sudah terlatih dalam menggunakannya dalam bertarung.

"Baiklah tapi katakan sesuatu." Aiden berkata santai.

Aku dan Anna menatapnya bingung, "katakan apa?" Tanyaku.

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang