BAGIAN 18

160 11 0
                                    

Waktu berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berlalu. Kami berada di kamar tersebut selama kurang lebih 4 jam. Aku dan Anna memilih duduk di sofa melayang seperti yang ada di ruang tamu berdiskusi apa yang tengah terjadi pada kami dan kenapa kami bisa sampai di kota aneh ini. Sedangkan Aiden? Anak itu langsung melompat ke atas kasur begitu Vero meninggalkan kami. Jika saja Anna tidak mengomel menyuruh melepaskan sepatu di kakinya mungkin ia sudah tidur dengan sepatu.

Aku memberikan beberapa spekulasi yang memungkinkan. Anna lebih banyak bicara ngawur seperti kami sedang di bawah penelitian orang lain, di bawa UFO bahkan mengatakan kalau kami sedang bermimpi saat ini. Dengan mimpi yang sama? Ntahlah itu terdengar tak masuk akal.

Kami bingung namun Aiden menyela sambil mata yang masih terpejam. "Aku berani taruhan kala saat ini kita sedang ada di dunia lain." Katanya dengan suara tenang.

Anna langsung menoleh ke arah anak itu yang sudah tidur sekitar 4 jam lamanya. "Apakah itu mungkin?" Tanya Anna masih ragu.

Aiden membuka perlahan kelopak matanya dan melirik ke arah kami berdua berada. "itu mungkin saja Anna kira tak tahi bukan, bisa saja dunia ini terhubung dengan dunia kita namun kita semua tak menyadarinya." Aiden berkata dengan nada lebih santai lagi. Ia duduk di atas kasur sambil mengucek matanya.

"Kalian sadar tidak pemandangan di atas tadi?" Tanya Aiden kini terlihat sudah sadar sepenuhnya.

Aku menggeleng. "Ya tentu saja, kota aneh dengan tiang-tiang bulat." Jawab Anna dengan nada tak paham.

Aiden menghembuskan nafas kasar, "kalau itu juga aku tahu, coba ingat-ingat lagi gunung yang kita lihat tadi berada di arah timur bukan? Sedangkan di kota kita gunung berada di arah barat, pantai tadi berada di arah selatan sedangkan pantai paling dekat saja di kota kita ada di sebelah utara." Anak itu terus bicara menjelaskan.

Aku berusaha memahami penjelasan Aiden yang sama sekali tak terkoneksi dengan otakku. Anna pun terlihat begitu ia hanya memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan wajah bingung.

"Itu sangat bertolak belakang dengan kota kita, Anna. Terlihat seperti cermin." Tambah Aiden dengan nada gemas.

Anna terkejut, "benar juga." Ujar Anna sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Jadi maksudmu kita saat ini berada di dunia cermin?" Tanyaku dengan satu alis yang naik. Sama sekali tak masuk akal.

Aiden menggeleng, "bukan dunia cermin, dunia lain yang merupakan cerminan dari kita kita, Ive." Jawab Aiden dengan bersemangat.

Aku tak paham sungguh. Sangat aneh dan membingungkan. Bagaimana bisa kami bisa sampai ke dunia ini jika bukan ini adalah kota kami tinggal. Seingatku pun kami hanya tenggelam ke dalam tanah bukan melewati pintu yang disimpulkan Vero saat kedatangan kami tadi.

"Kau masih tak paham Aiden, kenapa tak ada orang yang mengetahui dunia ini jika memang benar ini dunia lain?" Anna kembali mengeluarkan suaranya.

Aiden mengangguk seolah dia memiliki jawaban atas pertanyaan Anna. Tak pernah kulihat Aiden yang seperti ini di sekolah. "Anna bagaimana kalau dua acara sekaligus diadakan di tempat yang sama?" Tanya Aiden membuat heran.

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang