BAGIAN 39

72 6 0
                                    

Ternyata melakukan perpindahan amat mudah untuk seorang anggota pasukan tempur dimensi Ruby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata melakukan perpindahan amat mudah untuk seorang anggota pasukan tempur dimensi Ruby. Uroz dengan mudah membuka portal menuju istana Ruby dengan media tungku perapian di Vila Feer. Aurora dan Mia tinggal di Vila, mereka tak mungkin ikut dengan rombongan kami karena terlalu berbahaya.

Aku, Anna, dan Aiden mengikuti Uroz memasuki api perapian tersebut. Kupikir tadinya kami akan terbakar namun nyatanya semua baik-baik saja. Seluruh tempat yang kulihat saat ini bewarna jingga persis seperti langit di sore hari. Disusul oleh Feer dan Vero memasuki portal perapian akhirnya kami melihat ujung lorong.

Uroz langsung membuka portal tepat di ruangan rahasia istana Ruby. Tempat dimana Anna mendapatkan cambuk bunga mawar dari Feer. Ternyata pak tua ini sengaja membuat sebuah perapian di dalam ruangan pengap seperti ini agar bisa di gunakan saat darurat. Mungkin Feer tak bisa bertarung tapi dengan bantuan serbuk spesial dia bisa membuka portal lewat perapian tapi dengan syarat harus berkonsentrasi penuh pada tujuannya.

Kami akhirnya keluar dari portal perapian buatan Uroz. Tak buruk jauh lebih baik dari portal yang kami lewati saat di rumah kosong tempo hari. Ruangan itu masih kosong tanpa ada makhluk hidup seekor pun. Berdebu dan memiliki banyak barang berharga dan langkah.

"Apakah Lozen ada disini?" Tanya Anna dengan wajah khawatir.

"Jika dia ada disini sudah sedari tadi kita akan di serang." Jawab Aiden dengan wajah malas.

Anna menatapnya sebal. Apa salahnya takut dan khawatir saat ini. Kami sama saja dengan senang hati memberikan nyawa mereka para pria jahat yang sangat berbahaya.

Kami melangkah pelan-pelan menuju ke pintu ruangan rahasia. Dan syukurlah tak ada Lozen di ruangan luar tersenyum tapi ada seseorang disana. Tergeletak dengan keadaan yang mengenaskan.

Aku mengenali siapa dia. "Meraz!" Aku bergegas mendekatinya yang sedang tak sadarkan diri.

Wajahnya babak belur, darah kering ada di sudut bibirnya. Badannya lebam-lebam walaupun tampaknya sudah semakin membaik. Air mataku tak terbendung lagi, aku menangis sambil memegangi lengan Meraz.

"Astaga para sekali kondisi anak ini." Feer mendekatiku dan Meraz. Ia duduk di samping tubuh Meraz dan menyembuhkan lukanya dengan api Phoenix. Api berwarna merah itu membakar tubuh Meraz secara keseluruhan dan akhirnya setelah sepuluh menit membuat api itu berkobar Feer akhirnya berhenti.

"Aku sudah mengobati lukanya tapi kondisi yang lainnya benar-benar butuh istirahat jadi biarkan dia beristirahat dulu." Ujarnya sambil beranjak menuju sebuah sofa panjang berwarna ungu.

Aku menghela nafas lega, setidaknya dia takkan mati. Anna juga ikut duduk di sampingku. Aiden dan Vero memilih mendekati Feer yang terlihat kelelahan.

"Apakah Lozen ada disini?" Tanya Anna lagi.

"Astaga tadi aku sudah menanyakannya Anna." Seru Aiden kesal. Pertanyaan Anna hanya membuatnya darah tinggi.

Anna menggerutu, "aku hanya waspada,  apa salahnya aku bertanya." Anna ikut berseru membalas Aiden.

RUBY [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang